Berita Kupang Hari Ini
Gedung Baru SMA Santo Arnoldus Janssen, Kupang Mulai Digunakan
Para siswa dan siswi serta guru pada SMA Santo Arnoldus Janssen, Kota Kupang, mulai menggunakan gedung sekolah baru
Penulis: Paul Burin | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Para siswa dan siswi serta guru pada SMA Santo Arnoldus Janssen, Kota Kupang, mulai menggunakan gedung sekolah baru, Senin, 21 Februari 2022.
Gedung megah berlantai tiga ini dibangun sejak 15 Februari 2020 atau memakan waktu sekitar tiga tahun dengan total biaya mencapai Rp 13 miliar.
Sebelumnya, para pelajar menggunakan bangunan tua dengan usia kurang lebih 30 tahun, yang adalah gedung Percetakan dan Penerbitan Idea, berada di Kompleks Bruder Beato Gregorius (BBG) di Kelurahan Tuak Daun Merah (TDM), Kupang untuk proses belajar- mengajar. Bangunan megah ini berdiri pada kompleks BBG.
"Kita patut berbangga karena bangunan sudah mulai digunakan sejak hari Senin, kemarin," kata Kepala SMA Santo Arnoldus Janssen, Kupang, Pater Petrus Salu, SVD, di Kupang, Selasa, 22 Februari 2022.
Baca juga: Gubernur NTT Resmikan Gedung Baru SMK N Bikomi Selatan di TTU
Pater Piet, demikian panggilannya mengatakan, semua pihak merasa gembira atas aktivitas baru di sekolah itu. Anak-anak mulai menggunakan gedung yang baru. Sebuah kerinduan yang lama tersimpan di hati.
Meski demikian, pastor yang sudah puluhan tahun mengelola sekolah-sekolah di bawah asuhan Yayasan Pendidikan Aryos milik Serikat Sabda Allah (SVD) dalam Provinsial SVD Timor, mengatakan, saat ini gedung itu masih dalam proses finishing. Karena itu baru digunakan oleh Angkatan Pertama sekolah ini.
"Kelas XII yang gunakan dulu. Sedangkan kelas X dan XI masih gunakan gedung lama karena beberapa hal penting pada gedung baru itu masih dibenahi," katanya.
Sesuai agenda kata dia, pada tahun ajaran baru 2022/2023 gedung baru itu akan digunakan oleh siswa/siswi dari kelas X sampai kelas XII, tentu setelah diberkati dan diresmikan oleh Pater Provinsial SVD Timor bersama Pater Ketua Yayasan Aryos.
Baca juga: Gedung Baru Pasar Mbongawani Ende Lengang, Disperindag ANcam Putus Kontrak, Pedagang Mengeluh
Pater Piet mengatakan, hadirnya gedung baru ini dapat "dijual" kepada masyarakat yang menginginkan putra dan putrinya mengenyam pendidikan pada sekolah yang tak hanya mengejar aspek akademis semata, namun nilai-nilai (value) serta kesiapan untuk berkompetisi secara global.
Ia juga mengatakan telah berdiskusi dengan Ketua Yayasan Aryos, P.Yustus Asa, SVD. Diskusi itu menyepakati bahwa mulai tahun ajaran baru semua pelajar sudah menggunakan gedung baru.
Sedangkan gedung lama akan menjadi asrama. Untuk asrama, diprioritaskan untuk para siswi yang datang dari luar Kota Kupang. Tahun depan kata dia, baru menerima para siswa putra untuk diasramakan.
Lahurus Baru
Dalam keterangan lainnya Pater Piet Salu mengatakan, Santo Arnoldus Janssen, misionaris yang luar biasa. Atas gerakan Roh Kudus, Arnoldus Janssen memulai misi pelayanan di Lahurus, Belu tahun 1912. Saat itu, SVD mengganti karya kerasulan imam-imam Jesuit yang pulang karena terserang penyakit malaria.
Pastor Arnoldus Janssen yang hidup berkelimpahan secara materi di Eropa, entah mengapa memilih datang ke Lahurus. Ini sebuah misteri gerakan Roh Kudus. Beliau memilih menjadi "miskin" di tengah penduduk Lahurus.
Ia memilih untuk "bertarung" dengan penyakit malaria yang sungguh ganas dan aneka kesulitan yang secara manusiawi tidaklah mungkin untuk diemban.
Saat datang, Pater Arnoldus Janssen fokus membangun pertanian, peternakan, pertukangan serta melatih masyarakat lokal dengan keterampilan lainnya.
"Kita dapat membayangkan manusia Timor atau orang NTT waktu itu seperti apa? Tapi, misi tetap berjalan," katanya.
Merasa "kampung tengah" masyarakat sudah oke kata Pater Piet, dilanjutkan dengan katekese dan latihan untuk tanda salib. Mengurus lebih dahulu "perut manusia," selanjutnya barulah "menanamkan Sabda Allah." Orang-orang lokal saat itu masih kafir.
Yang menarik juga bruder-bruder SVD dan pater-pater selalu mendatangi masyarakat di kebun-kebun untuk melatih cara bercocok tanam, memelihara peternakan dan lainnya. Sekalian agar para bruder dan pastor-pastor dapat hidup dengan makanan lokal. Sebab mengharapkan pengiriman bahan makanan dari Eropa sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
Para misionaris ini juga belajar mengadaptasi diri dengan warga lokal. Belajar tentang kultur, bahasanya, pola berkomunikasi serta hal lainnya. Hal ini terasa sungguh penting dan misinya ternyata berhasil.
Orang-orang bule ini belajar bahasa Bunak, Marae, Tetun dan Dawan, sesuatu yang menarik dan sangat fundamental dalam karya misi.
Selain itu mereka berjalan kaki atau berkuda berpuluh-puluh kilometer melintasi daratan Timor yang terbilang masih "sangat liar."
Dan, ternyata mereka bisa menyatu dengan warga lokal. Mereka menjadi bagian integral masyaralat lokal, tadi jadi orang asing, kini mereka menjadi satu.
Dua tahun di Lahurus, kata Pater Piet Salu, SVD melebarkan sayap misi ke Ndao, Pulau Flores. Di sana, SVD membangun sejumlah seminari menengah hingga seminari tinggi. Lahirlah Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero dan Ritapiret untuk mencetak imam-imam pribumi karena sebelumnya didominasi imam-imam SVD. Jauh-jauh hari SVD telah memikirkan semua ini. Kini, semua imam di paroki-paroki dan uskup dipegang oleh Gereja Lokal. Sungguh membanggakan.
SVD kata dia, sejak tahun 1912 hingga kini membutuhkan 108 tahun untuk berkarya. Dari 1912 sampai sekarang disebut masa perintisan. Masa perintisan sudah usai. Gereja Lokal sudah mandiri.
Setelah peralihan ke gereja lokal, apalagi yang hendak dilakukan SVD untuk mengisi 108 tahun mendatang? Pater Piet Salu mengatakan, untuk 108 tahun mendatang, Provinsi SVD Timor memiliki rencana strategis dalam kerja sama dengan Gereja Lokal, antara lain adalah mendirikan SMA Santo Arnoldus Janssen di Kota Kupang. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2020 dan disebut juga sebagai Lahurus Baru. (pol)