Berita Lembata Hari Ini
Seorang Nenek di Lewoeleng Lembata Meninggal Dunia Dalam Rumah yang Terbakar
Seorang Nenek di Desa Lewoeleng Kabupaten Lembata Meninggal Dunia Dalam Rumah yang Terbakar
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Laporan POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA- Berta Oeng, nenek renta berusia 73 tahun hangus terbakar bersama rumahnya sendiri sekitar pukul 04.00 dini hari di Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Jumat, 18 Februari 2022.
Nenek Berta Oeng memang tinggal seorang diri dalam gubuk bambu di desa Lewoeleng. Dia sudah tidak punya suami, dan tak punya anak.
Tetangga Nenek Berta, Teodorus Toda (65) yang rumahnya berdekatan dengan rumah korban, menjelaskan, kebakaran di rumah Nenek Berta terjadi sekitar pukul 04.00 Wita. Ketika itu, semua warga sedang tertidur lelap.
Teodorus Toda sendiri terbangun karena bunyi ledakan. Saat ia keluar melihat ke arah datangnya bunyi ledakan, ternyata api sedang membakar rumah Nenek Berta.
Baca juga: Asrama SLB Negeri Ende Terbakar, Ternyata Sudah 29 Tahun Belum Pernah Rehab
Kontan saja, ia berteriak meminta pertolongan. Datanglah dua warga Lewoeleng, Gabrial Isa Maing, (43) dan Andreas Leba Maing (38). Mereka berusaha mengevakuasi Nenek Berta. Namun si jago merah sudah membakar seisi rumah, termasuk Nenek Berta.
Kasat Reskrim Polres Lembata, Iptu Jhon Blegur, langsung terjun ke lokasi kejadian di desa Lewoeleng untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), bersama Piket Reskrim dan Unit Identifikasi Polres Lembata.
Dari hasil olah TKP ditemukan bahwa rumah Nenek Berta Oeng terbuat dari kayu dan bambu (keneka) yang mudah terbakar. Nenek Berta sendiri sedang lelap tidur saat api membakar rumahnya.
Sumber api diduga berasal dari lampu pelita dalam keadaan menyala dan diletakan di atas meja berdekatan dengan pakaian korban. Juga, berdekatan dengan tempat tidur korban yang beralaskan kasur kapuk.
Baca juga: BREAKING NEWS: Yulita Menangis 25 Anak Difabel di Ende Tidak Bisa Makan Akibat Asrama Terbakar
Di bawah tempat tidur korban, terdapat 1 (satu) jerigen penuh dengan minyak tanah yang sering digunakan korban setiap malam hari sebagai kebutuhan penerangan.
Oleh TKP ini dihadiri pula Kapospol Lebatukan Bripka Christo Sapa bersama anggota, Camat Lebatukan Moses Museng, kepala desa Lewoeleng, dan dokter Puskesmas Hadakewa.
Pihak keluarga Nenek Berta menolak dilakukan otopsi jenasah. Kejadian hingga tewasnya Nenek Berta dinilai keluarga sebagai musibah. Keluarga korban juga tidak mau melakukan proses hukum. Mereka menolak pemandian jenazah Nenek Berta. Sikap keluarga ini dinyatakan dalam surat pertanyaan bermaterai. (*)