Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Jumat 18 Februari 2022: Nasib sebagai Murid

Dalam pengajaran-Nya, Yesus berkata kepada para murid-Nya, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik, Jumat 18 Februari 2022: Nasib sebagai Murid (Markus 8:34-9:1)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Dalam pengajaran-Nya, Yesus berkata kepada para murid-Nya, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (Mrk 8:34).

Ini pernyataan Yesus tentang "nasib" dari siapa saja yang menjadi murid-Nya. Nasib yang kiranya sudah ditentukan, yakni memikul salib.

Nasib dari siapa pun yang menjadi murid-Nya ini memang mirip atau mengikuti nasib dari Anak Manusia yang diikutinya.

Yesus memang harus menyampaikan pernyataan tentang nasib murid-Nya secara terbuka, terus terang.

Soalnya, ketika Ia berbicara terus terang tentang nasib diri-Nya yang barusan diakui Petrus, "Engkau adalah Mesias!", Petrus justru menarik Dia ke samping dan menegor Dia (Mrk 8:32).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 17 Februari 2022: Mengenal Bertahap

Bagaimana nasib Mesias, Anak Manusia yang dibeberkan-Nya itu? Nasibnya adalah harus menanggung banyak penderitaan. Penderitaan macam apa?

Penderitaan-Nya kiranya bukanlah menderita stroke akibat kalah dalam kontestasi politik padahal telah bayar mahar sekian besar rupiah.

Atau, bukan "penderitaan" akibat serangan Covid-19 yang berganti varian sehingga gerak-gerik perjalanan masih belum bebas dan nyaman.

Atau, bukan pula penderitaan apa pun bentuknya yang merupakan sisi lain dari kehidupan, selain sisi kegembiraan dan kebahagiaan.

Tapi penderitaan yang berkenaan dengan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat (lih. Mrk 8:31).

Intinya, keberadaan-Nya tidak diakui. Diri-Nya dan ajaran-Nya dinyatakan tidak benar. Ia (akan) dinyatakan sebagai pribadi yang tidak pantas, sehingga harus disingkirkan, dilenyapkan, dibunuh. Dapat dikatakan nasib-Nya sungguh tragis.

Mesti disadari bahwa setiap manusia amat dikasihi Allah. "Nasib" yang ditentukan Allah bagi manusia pun tentulah baik. Masa sih Allah menentukan yang buruk bagi manusia, gambar-Nya sendiri.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Senin 14 Februari 2022: Tindakan Kasih

Yang Allah tentukan bagi manusia adalah keselamatan sejati. Dan Allah ingin agar manusia benar-benar menyerahkan diri kepada-Nya dan percaya penuh kepada-Nya semata-mata, sehingga akan selamat dan bahagia kelak.

Namun tiap manusia mempunyai kebebasan untuk "mengatur nasibnya" sesuai dengan kemauannya, menurut sukanya sendiri. Bahkan ada yang kebablasan mengatur nasib sesamanya.

Yang terakhir ini sering terjadi pada manusia yang merasa berkuasa dan merasa terganggu status quo dan kekuasaannya.

Manusia jenis ini merasa tak tenang dan tidak nyaman. Ia pasti akan menggunakan pelbagai macam jurus, menghalalkan segala cara untuk mengatur nasib orang lain.

Pengaturan yang salah arah seperti ini pasti merugikan manusia lain. Sebab manusia tak lagi melihat hidupnya secara jernih dan menyeluruh seperti Allah.

Yesus sudah menduga bahwa biarpun Ia secara sempurna menerima apa yang disediakan Allah bagi-Nya untuk mengarahkan manusia di jalan keselamatan, tapi para pemimpin agama akan menentang dan menghancurkan habis-habisan.

Nah ... nasib yang sama akan dialami oleh para murid yang "menyangkal" diri dan tidak mengatur nasibnya menurut enaknya sendiri, tapi benar-benar menyerahkan diri kepada Allah.

Siapa yang tak menginginkan nasib baik dalam hidupnya? Untuk mengetahuinya bukankah banyak orang mendatangi para peramal dan orang pintar dan mengikuti apa yang disarankannya?

Pernyataan Yesus tentang nasib murid-Nya, termasuk kita tentunya, bukanlah pemberitahuan apalagi ramalan tentang masa depan kita sebagai murid.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Kamis 10 Februari 2022: Kasih Yesus Lintas Batas

Apa yang Yesus sampaikan adalah pengajaran-Nya yang diberikan-Nya kepada kita.

Dengan demikian Yesus tentu menginginkan kiranya apa yang disampaikan-Nya kiranya menjadi sesuatu yang perlu diingat selanjutnya. Dia ingin agar bicara-Nya didengar dan meresap ke dalam hati, selanjutnya dihayati dalam hidup.

Seorang guru sejati pastilah tak sekadar mengajar tanpa peduli apakah apa yang diajarkan-Nya "masuk dan tinggal" dalam diri para muridnya. Ia pasti ingin agar para muridnya memahami dan pada saatnya memanfaatkannya dalam hidup.

Sebagai murid, nasib kita sudah pasti! Kita bakalan memikul salib seperti Sang Guru. Memikul salib bukanlah nasib sial, ciong. Tapi itu risiko menjadi murid.

Dus, kalau saat ini ada yang telah memikul salib, maka berbahagialah dan teguhkan hatimu. Bagi kita yang belum, kalau suatu saat harus memikul, maka pikullah dengan senyum.*

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 18 Februari 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan I: Yak 2:14-24.26

Sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian pula iman tanpa perbuatan.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus:

Saudara-saudaraku, Apakah gunanya kalau seseorang mengatakan bahwa beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan?

Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?

Misalnya saja seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari.

Kalau seorang di antara kalian berkata kepadanya, "Selamat jalan! Kenakanlah kain panas, dan makanlah sampai kenyang!" tetapi tidak memberikan apa yang diperlukan tubuhnya; apakah gunanya itu?

Demikian pula halnya dengan iman.

Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya mati.

Tetapi mungkin ada orang berkata, "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan"; aku akan menjawab dia, "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah. Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan karenanya mereka gemetar.

Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?

Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?

Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh karena perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Dengan jalan demikian genaplah ayat yang mengatakan, "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."

Karena itulah Abraham disebut "Sahabat Allah."

Jadi kalian lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

Sebab sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2.3-4.5-6

Berbahagialah orang yang suka akan perintah Tuhan.

*Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan,
yang sangat suka akan segala perintah-Nya.
Anak cucunya akan perkasa di bumi;
keturunan orang benar akan diberkati.

*Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya,
kebajikannya tetap dikenang selama-lamanya.
Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap,
ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.

*Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman,
ia melakukan segala urusan dengan semestinya.
Orang jujur tidak akan goyah,
ia akan dikenang selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil: Yoh 15:15b

Kalian Kusebut sahabat-sahabat, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa.

Bacaan Injil: Mrk 8:34-9:1

Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan karena Injil, akan menyelamatkan nyawanya.

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka, "Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku.

Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya.

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.

Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?

Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak

Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."

Kata Yesus lagi kepada mereka, "Aku berkata kepadamu; Sungguh, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa."

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved