Berita Ekonomi Bisnis Hari Ini
Ketua REI NTT Sebut di NTT Peminat Rumah Non Subsidi Hanya 10 Persen
Untuk penjualan nonsubsidi di NTT pada umumnya penjualan nonsubsidi ini cuman sekitar kisaran 8% sampai 10%
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM,Asti Dhema
POS-KUPANG.COM,KUPANG - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) NTT, Bobby Pitoby menyebut bahwa peminat rumah non subsidi di Nusa Tenggara Timur (NTT) hanya 10 persen.
"Kalau khusus untuk penjualan nonsubsidi di NTT pada umumnya penjualan nonsubsidi ini cuman sekitar kisaran 8% sampai 10% saja, namun penjualan komersial,rumah nonsubsidi regulasinya tidak sebanding dengan rumah subsidi,"Kata Bobby kepada Pos Kupang, Jumat 11 Februari 2022.
Bobby menjelaskan khusus untuk pembangunan rumah komersial tidak ada batasan harga yang ditentukan oleh pemerintah,jadi sewaktu-waktu developer bisa bisa menaikkan harga sesuai dengan kondisi di lapangan.
Baca juga: Ketua REI NTT Sebut Harga Rumah Subsidi Dipastikan Naik Hingga 10 Persen
"Jadi khusus untuk pembangunan rumah komersial kan tidak ada batasan harga yang ditentukan oleh pemerintah, jadi sewaktu-waktu developer bisa menaikkan harganya sesuai dengan kondisi di lapangan contohnya, hari ini saya jual rumah 300 juta per unit rumah terus besok kenaikan aluminium sekitar 20% otomatis saya jual rumahnya Jadi mungkin 320 juta 350 juta,"jelas Bobby.
Artinya rumah non subsidi tidak ada regulasi oleh pemerintah sehingga lebih fleksibel dan up to date. Kalau bahan bangunan dan harga tukan sudah mengalami kenaikan maka otomatis harga rumah juga naik.
"Nah itu kan artinya tidak ada regulasi oleh pemerintah sehingga lebih fleksibel dan juga lebih up to date.Jadi kalau bahan bangunan dan harga tukang udah pasti otomatis harga rumah juga naik, berbarengan begitu,"jelas Bobby.
Baca juga: REI NTT Minta Pemkot/Pemkab Lakukan Review RDTR dan Tarif BPHTB
Berbeda dengan rumah subsidi yang regulasinya diatur oleh pemerintah jadi developer tidak bisa semena-mena menaikkan harga.
"Tapi kalau rumah subsidi ini kan diatur semuanya oleh pemerintah jadi kita tidak bisa semena-mena.Contohnya di NTT harga Rp 168 juta kalau kita masukkan Rp 170 juta itu sudah tidak dikategorikan lagi sebagai rumah subsidi dan untuk itu tidak mendapatkan fasilitas subsidi lagi, itu bedanya," terangnya.
Bobby menerangkan penjualan rumah nonsubsidi di NTT memang dikarenakan daya beli yang masih sedikit namun seiring berjalany waktu ada perbaikan di rumah komersial dalam beberapa waktu terakhir ini.
Baca juga: Store Manager Roby Kase Sebut Ramayana Robinson Supermarket Tdak Pernah Putus Stok Migor Rp 14.500
"Penjualan sendiri di NTT itu memang dikarenakan daya beli yang masih tidak banyak sehingga daya beli untuk rumah komersial itu masih sangat sedikit namun seiring berjalan tetapi saya lihat ada perbaikan di rumah komersial dalam beberapa waktu terakhir ini,"kata Bobby
Di tahun 2019,2020 dan 2021 sebenarnya mengalami stagnan atau penurunan penjualan komersial,Bobby berharap di 2022 ini penjualan rumah komersial bisa lebih baik lagi.
"Tapi di tahun 2019,2020 dan 2021 sebenarnya mengalami stagnan atau malahan mengalami penurunan, penurunan penjualan rumah komersial tetapi di 2022 ini kita harapkan bisa ada lebih baik lagi," ungkap Bobby.(*)