Timor Leste
Sejarah Perkembangan Agama di Timor Leste, Bumi Lorosae Didominasi Agama Ini Hingga Tahun 2022
Dari prospektif topografis, wilayah Timor-Timur sebagian besar terdiri dari daerah-daerah pegunungan yang membentang dari timur ke barat.
Penulis: Maria Enotoda | Editor: maria anitoda
Misalnya anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa Indonesia untuk ujian akhir.
Banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan ilmiah.
Selain itu terdapat pula belasan bahasa daerah, diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan, Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka, Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Mambai, Tokodede, dan Wetarese.
Menurut Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari penduduk Timor berbicara bahasa Portugis secara fasih.
Meskipun demikian, validitas laporan ini dipertanyakan oleh para anggota institut linguistik nasional Timor, yang mempertahankan pendapat bahwa bahasa Portugis diucapkan hingga 25% dari penduduk Timor.
Seiring dengan bahasa lokal lainnya, bahasa Tetum merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk berkomunikasi, sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di media dan sekolah dari SMA hingga perguruan tinggi.
Sebagian besar kata dalam bahasa Tetum berasal dari bahasa Portugis, tetapi juga terdapat kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi bilangan.
Agama
Mayoritas penduduk Timor Leste beragama kristen yakni 99,53%, dimana Katolik 97,57%, diikuti Protestan sebanyak 1,96%.
Sebagian kecil lainnya beragama Islam yakni 0,24%, kemudian Buddha 0,07%, Hindu 0,02%, dan aliran kepercayaan dan kepercayaan tradisional 0,16%.
Mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat tiga keuskupan (diosis) di Timor Leste, yaitu: Diosis Dili, Diosis Baucau dan Diosis Maliana yang baru didirikan pada tanggal 30 Januari 2010 oleh Paus Benediktus XVI.
Sebelumnya, pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor Leste yang dibaptis sebagai seorang Katolik.
Namun, setelah Timor Leste diduduki oleh Indonesia, agama Katolik berkembang pesat di wilayah tersebut, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor Leste yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.
Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.
Diyakini salah satu penyebab Timor Leste berubah menjadi negara Katolik adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan animis rakyat Timor Leste dianggap tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila.