Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Minggu 6 Februari 2022: Berdaya Guna Karena Kasih Karunia Tuhan
Dapatkah seseorang mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri bila tidak dianugerahkan dari Allah? Dapatkah Salamo jadi raja berhikmat kalau bukan Allah
Renungan Harian Katolik, Minggu 6 Februari 2022: Berdaya Guna Karena Kasih Karunia Tuhan (Lukas 5 :1-11)
Oleh: RD. Maxi Un Bria
POS-KUPANG.COM - Dapatkah seseorang mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri bila tidak dianugerahkan dari Allah?
Dapatkah Salamo menjadi raja berhikmat kalau bukan Allah yang memberi hikmat?
Memang Salomo telah berdoa dengan rendah hati dan hanya memintakan hikmat dalam mengadili, namun Allah memberi lebih dari yang diminta yakni hikmat, kemuliaan dan kekayaan.
Begitu besar kasih karunia Allah bagi Salomo karena Allah telah mengenal ketulusan hati dan keluhuran motivasi Salomo dalam berdoa.
Selanjutnya, Alkitab mencatat, Nabi Yesaya diutus Allah untuk mengingatkan Israel agar tidak berpaling dari Allah.
Terhadap pertanyaan Allah, “Siapakah yang akan diutus? Dan siapakah yang akan pergi atas nama-Ku?
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 5 Februari 2022: Jeda, Istirahat
Yesaya dengan rela dan tegas menjawa ,” Inilah aku, utuslah aku.“
Kerelaan dan kesiapan Yesaya dalam mengikuti bimbingan Allah, menjadikannya penuh hikmat dan menjadi nabi yang sangat berpengaruh dalam ziarah bangsa Israel menuju tanah terjanji. Kasih Karunia Allah menyertai Nabi Yesaya dan bangsa Israel.
Seperti Yesaya yang dipilih Allah sebagai nabi bagi bangsa Israel, demikian pun Rasul Paulus pada zamannya ‘ditangkap’ dan diutus Tuhan sebagai rasul bagi bangsa-bangsa. Meskipun Paulus dikenal sebagai penjahat dan pendosa, ia telah digunakan Tuhan sebagai pewarta Injil dan saksi kebangkitan Kristus yang efektif.
Semua itu telah terjadi, semata-mata karena kasih karunia Tuhan bagi dirinya. Rasul Paulus insaf bahwa ketaatan untuk berpegang teguh dan hidup menurut Injil menghasilkan keselamatan dan buah-buah yang menggembirakan dalam hidup.
Ia bersaksi, “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, dan tidak layak disebut Rasul, sebab aku telah menganiaya jemaat Allah. Tetapi berkat kasih karunia Allah aku menjadi sebagaimana aku sekarang ini, dan kasih karunia yang dianugerahkan- Nya kepadaku tidaklah sia-sia.”
Paulus bertobat dan berubah dari seorang pendosa dan penjahat menjadi pewarta Injil dan saksi Kritus yang berdampak bagi pertumbuhah iman jemaat, semata-mata karena kasih karunia Tuhan.
Memang kelihatannya ia telah bekerja keras dalam mewartakan Injil yang berdampak bagi banyak orang, tetapi dengan rendah hati, ia mengakui bahwa bukannya aku, melainkan karena kasih karunia Allah yang menyertaiku.