Imlek 2022

Kue Khas Imlek Langka di Kupang, Ini Penyebabnya

Kue keranjang yang lebih dikenal sebagai dodol cina selalu hadir sebagai sajian manis dalam setiap perayaan Imlek

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/FB. ETTY KURNIANINGSIIH
Kue keranjang yang menjadi sajian khas saat perayaan Imlek. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kue keranjang yang lebih dikenal sebagai dodol cina selalu hadir sebagai sajian manis dalam setiap perayaan Imlek.

Dalam tradisi masyarakat Tionghoa, kue keranjang menjadi lambang kebahagiaan dan keberuntungan.

Artinya setiap orang memakan kue keranjang akan mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan di dalam hidupnya sepertinya manisnya rasa dari kue keranjang.

Khusus di wilayah Kota Kupang, sejak beberapa tahun terakhir, kue keranjang sudah jarang ditemui karena sudah jarang warga Tionghoa yang membuat kue keranjang.

Baca juga: Selain Angpau, Inilah 6 Tradisi Unik yang Dilakukan Saat Imlek, Kamu Wajib Tahu

Bahkan sajian kue keranjang yang hadir dalam perayaan Imlek berasal dari luar NTT, seperti dari Semarang, Jawa Tengah, atau Kue Keranjang dari Makassar, Sulawesi Selatan.

Tempat penjualannya pada beberapa toko milik warga Tionghoa serta swalayan di Kota Kupang.

Kepada POS-KUPANG.COM, warga Tionghoa di Kota Kupang, Ence Hoa mengatakan saat sulit menemukan warga Tionghoa yang menjual kue keranjang di Kota Kupang.

Menurutnya, penyebab kue keranjang menjadi langka, orangtua yang membuat kue keranjang sudah lama meninggal dunia, sehingga generasi penerus tidak mewarisi keterampilan tersebut karena sangat rumit dalam proses dan teknik pembuatannya.

Baca juga: Bisa Ditonton Saat Libur Imlek, Inilah 7 Rekomendasi Web Series Indonesia, Gratis di YouTube!

"Para orangtua yang mengerti dan memiliki keterampilan membuat kue keranjang sudah meninggal dunia, kemudian para penerusnya tidak bisa membuat kue keranjang karena teknik pembuatannya sangat rumit, apabila salah memasaknya maka akan gagal," ungkap Ence.

Menurutnya dalam membuat kue keranjang membutuhkan teknik khusus yang berbeda dari kue pada umumnya.

"Kue keranjang yang asli berasal dari campuran tepung beras, tapioka, dan gula merah kemudian dimasak metode kukus yang dibakar dalam perapian kayu bakar, serta prosesnya memasak membutuhkan waktu lama seperti masak dodol, sehingga harus sabar saat memasaknya," jelas Ence.

Terkait rasa kue keranjang yang asli memiliki rasa gula merah, namun saat ini kue keranjang telah dibuat dalam berbagai varian rasa.

Untuk mengkonsumsi kue keranjang, biasanya warga Tionghoa menggorengnya terlebih dahulu agar tetap hangat saat memakannya.

"Kue keranjang itu bisa langsung dimakan, tapi dalam kondisi dingin dapat menggoreng terlebih dahulu agar tetap hangat saat dimakan," pungkasnya. (*)

Sumber: Pos Kupang
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved