Berita Nasional
Ini Sosok Ayah Ahok BTP yang Punya Panggilan Khusus untuk Eks Veronica Tan Itu, Banyak yang Tak Tahu
Ahok BTP adalah pengusaha dan politikus keturunan Tionghoa-Indonesia yang menjabat Komisaris Utama PT. Pertamina sejak 25 November 2019.
Penulis: Maria Enotoda | Editor: maria anitoda
POS-KUPANG.COM- Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M lahir 29 Juni 1966.
Ia lebih dikenal dengan panggilan Hakka Ahok atau BTP.
Ahok BTP adalah pengusaha dan politikus keturunan Tionghoa-Indonesia yang menjabat Komisaris Utama PT. Pertamina sejak 25 November 2019.
Ia merupakan kakak kandung dari Basuri Tjahaja Purnama (Bupati Belitung Timur periode 2010–2015).
Baca juga: 3 Tahun Diceraikan Ahok BTP, Veronica Tan Masih Simpan 3 Kenangan Bareng Ahok, Apa Itu?
Di dunia politik, ia tergabung dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang terdaftar sebagai anggota sejak 8 Februari 2019.
Siapa itu Ahok BTP?
Bagaimana latar belakang keluarga, hingga pendidikannya?
Basuki adalah putra pertama dari Alm. Indra Tjahaja Purnama (Tjoeng Kiem Nam) dan Buniarti Ningsih (Boen Nen Tjauw).
Baca juga: Seteru Ahok Tantang KSAD Dudung Abdurachman, Coba Bandingkan KKB Papua dengan Baliho Rizieq Shihab
Ia lahir di Belitung Timur, Bangka Belitung pada tanggal 29 Juni 1966. Basuki memiliki empat orang adik, yaitu Basuri Tjahaja Purnama (dokter PNS dan mantan Bupati di Kabupaten Belitung Timur), Fifi Lety Indra (praktisi hukum), Harry Basuki (praktisi dan konsultan bidang pariwisata dan perhotelan), dan Basu Panca Fransetio yang meninggal dunia di usia remaja.
Keluarganya adalah keturunan Tionghoa-Indonesia dari suku Hakka (Kejia).
Masa kecil Basuki lebih banyak dihabiskan di Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, hingga selesai menamatkan pendidikan sekolah menengah tingkat pertama.
Setamat dari sekolah menengah pertama, ia melanjutkan sekolahnya di Jakarta.
Baca juga: PDIP Lebih Memilih Ahok Pimpin IKN Nusantara, Hasto Kristiyanto Akui Risma Memenuhi Kualifikasi
Di Jakarta, Basuki menimba ilmu di Universitas Trisakti dengan jurusan Teknik Geologi di Fakultas Teknik Mineral.
Selama menempuh pendidikan di Jakarta, Ahok diurus oleh seorang wanita Bugis beragama Islam yang bernama Misribu Andi Baso Amier binti Acca.
Setelah lulus dengan gelar Insinyur Geologi, Basuki kembali ke Belitung dan mendirikan CV Panda yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan PT Timah pada tahun 1989.
Basuki menikah dengan Veronica Tan, kelahiran Medan, Sumatra Utara, dan dikaruniai 3 orang putra-putri bernama Nicholas Sean Purnama, Nathania Berniece Zhong, dan Daud Albeenner Purnama.
Baca juga: IRONIS, Kalau Presiden Pilih Ahok Jadi Kepala IKN Nusantara, Kenapa Harus Gelisah? Ini Figur Terbaik
Pasca bercerai dari Veronica, Basuki menikah dengan mantan ajudan Veronica Tan, yakni Puput Nastiti Devi pada tahun 2019.
Pasangan ini dikaruniai seorang putra bernama Yosafat Abimanyu Purnama yang lahir pada tanggal 6 Januari 2020.
Nama panggilan "Ahok" berasal dari ayahnya.
Mendiang Indra Tjahaja Purnama ingin Basuki menjadi seseorang yang sukses dan memberikan panggilan khusus baginya, yakni "Banhok".
Baca juga: Bukan Perbedaan Agama,Ini Hal bikin Ahok Sempat Ragu Dekati Puput Nastiti,Mantan Ajudan Veronica Tan
Kata "Ban" sendiri berarti puluhan ribu, sementara "Hok" memiliki arti belajar.
Bila digabungkan, keduanya bermakna "belajar di segala bidang."
Lama kelamaan, panggilan Banhok berubah menjadi Ahok.
Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah atas, Basuki melanjutkan studinya di jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Trisakti dan mendapatkan gelar Insinyur pada tahun 1990.
Basuki menyelesaikan pendidikan magister pada Tahun 1994 dengan gelar Master Manajemen di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya.
Penghargaan
Basuki memperoleh penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari unsur penyelenggara negara dari Gerakan Tiga Pilar Kemitraan, yang terdiri dari Masyarakat Transparansi Indonesia, KADIN dan Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara, pada tanggal 1 Februari 2007.
Ia dinilai berhasil menekan semangat korupsi pejabat pemerintah daerah, antara lain dengan tindakannya mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyat, yaitu untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur.
Ia juga terpilih menjadi salah seorang dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia, yang dipilih oleh Tempo.
Basuki kembali mendapat penghargaan anti korupsi dari Bung Hatta Anti Corruption Award, yang diterimanya pada tanggal 16 Oktober 2013.
Ia mendapat penghargaan ini karena usahanya membuka laporan mata anggaran DKI Jakarta untuk dikaji ulang.
Anugerah Seputar Indonesia (ASI) 2013 memberikannya gelar Tokoh Kontroversial. (*)