Breaking News

Berita Sumba Timur

Insiden di Rindi, Tokoh Adat se Pulau Sumba Gelar Pertemuan, Ini Kata Umbu Maramba Hawu

Terkait Insiden dengan Gubernur di Rindi, Tokoh Adat se Sumba Gelar Pertemuan, Umbu Maramba Hawu : Saya Serahkan Ke Keluarga Besar 

Penulis: Ryan Nong | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/RYAN NONG
Umbu Maramba Hawu saat berbicara dalam pertemuan keluarga besar dan tokoh adat se Sumba di Kampung Raja Prailiu, Kota Waingapu, Sumba Timur, Selasa 7 Desember 2021. 

Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Ryan Nong

POS-KUPANG.COM, WAINGAPU -  Tokoh adat Sumba Timur, Umbu Maramba Hawu menyebut dirinya menyerahkan keputusan terkait persoalan yang terjadi antara dirinya dengan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat kepada pihak keluarga besar. 

Hal itu disampaikan Umbu Maramba Hawu usai musyawarah (pertemuan) para tokoh adat dan keluarga besar dari Prailiu dan Rindi se-daratan Sumba yang berlangsung di Kampung Raja Prailiu, kota Waingapu, Sumba Timur, Selasa 6 Desember 2021 sore. 

Umbu Maramba Hawu tidak ingin memberikan komentar dan menanggapi persoalan tersebut karena hal tersebut telah diserahkan kepada pihak keluarga besar untuk dibicarakan dan dicarikan jalan keluarnya bersama. 

"Persoalan ini saya serahkan ke pihak keluarga besar untuk dibicarakan dan dicarikan jalan," ujar Umbu Maramba Hawu saat ditanya POS-KUPANG.COM

Pada musyawarah yang berlangsung sejak pukul 14.00 Wita itu, tampak hadir para tokoh adat se-daratan Sumba yang menjadi bagian keluarga besar Umbu Maramba Hawu baik dari Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat hingga Sumba Barat Daya. 

Lebih dari 70an tokoh adat hadir atas undangan keluarga besar Rindi dan Prailiu. 

Hadir Niga Dapawole, mantan Bupati Sumba Barat, Umbu Sappi Pateduk atau Umbu Bintang, mantan Bupati Sumba Tengah, drh. Palulu Pabundu Ndima, mantan Ketua DPRD Sumba Timur, David Pandjara, ketua adat Prailiu, Umbu Taratau Ng. Awang, dan para tokoh yang merupakan kerabat dan keluarga Umbu Maramba Hawu

Hadir pula Bupati Sumba Timur Khristofel Praing bersama jajaran pejabat Kabupaten Sumba Timur

Pertemuan tersebut, menurut, pihak keluarga, dilakukan untuk mendengar secara jelas persoalan yang terjadi antara Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan tokoh adat Rende yang juga merupakan Ketua Kepercayaan Marapu, Umbu Maramba Hawu di Desa Kabari Kecamatan Rindi pada Sabtu 27 November 2021 lalu. 

Pertemuan juga diharapkan dapat mencari jalan keluar terhadap persoalan itu. 

Saat memberikan penjelasan tentang  'Insiden Rindi' yang terjadi antara dirinya dan Gubernur Viktor Bungtilu laiskodat pada Sabtu 27 November 2021 lalu, Umbu Maramba Hawu mengaku sangat kecewa dan merasa direndahkan oleh pernyataan yang dilontarkan oleh Gubernur Viktor Laiskodat. Apalagi kata dia, Gubernur Viktor Laiskodat sempat menyebut kata 'monyet'. 

Meski demikian, persoalan tersebut ia serahkan kepada keluarga besarnya. Dirinya tidak bisa mengambil keputusan sendiri untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Hal itu dikatakan karena dirinya merupakan bagian tak terpisahkan dari keluarga besar sesuai dengan adat dan budaya Sumba yang dipegang teguh secara turun temurun. 

Umbu Sappi Pateduk yang juga dikenal sebagai Umbu Bintang pada kesempatan itu menyebut bahwa pernyataan yang dikeluarkan oleh Gubernur Viktor Laiskodat bernada kurang elok. 

"Dari pernyataan itu (Gubernur Viktor Laiskodat) bisa diklasifikasikan ada kesan arogansi, intimidasi, ancaman dan penjara. Apakah kita minta klarifikasi dari bapak gubernur?" tanya Umbu Bintang. 

Sementara itu, terkait tanah, dirinya menyebut bahwa aspek kepemilikan merupakan hal yang penting selain aspek pemanfaatan. 

"Tanah apapun bentuknya adalah tanah warisan, bukan milik kita, tapi milik mereka yang akan datang. Dalam hukum kita, aspek pemanfaatan adalah hal yang penting, tapi yang lebih penting itu aspek kepemilikan. Karena itu tanah tidak bisa dialihkan kepada siapapun kecuali ada kesepakatan bersama," ujar Umbu Bintang. 

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa sebagai maramba atau tokoh adat (raja/bangsawan), semua pikiran harus dicurahkan untuk kepentingan bersama masyarakat. 

"Keluarga Prailiu dan Rindi, bahwa kita hadir dan dinobatkan  sebagai bangsawan adalah kita tetap berpikir tentang kemanusiaan dan kepentingan bersama, tetapi di atas semua itu adalah keadilan. Kita tetap mengharapkan ada cara terbaik yang ujung ujungnya harus menimbulkan kedamaian," ujar dia. 

"Di situlah kita mempertahankan dan membuktikan kemarambaan kita," pungkas dia. 

Sementara Agustinus Niga Dapawole berharap semua keluarga bersatu hati agar persoalan tersebut dapat diselesaikan tanpa mengorbankan pihak manapun. Ia berharap, semua keluarga dengan besar hati menemukan jalan agar persoalan yang menimpa keluarga besar itu dapat menemui jalan keluar. 

"Saya menggarap kita berdoa kepada Tuhan agar persoalan ini selesai dengan baik dan tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan bersama," kata Niga Dapawole. 

Senada dengan Umbu Bintang, Drh. Palulu Pabundu Ndima, juga menegaskan sikap untuk berpihak pada nilai luhur orang Sumba yang sakral. Orang Sumba, kata dia, dengan peradabannya sangat menghargai dan menjunjung tinggi martabat dan kemanusiaan. 

"Kalo Soal Monyet, Saya rasa semua Orang Sumba tersinggung. Kata monyetnya itu, tetap minta pertanggungjawaban," ujar Palulu Pabundu Ndima. 

Sementara itu, terkait persoalan status tanah di Desa Kabaru, dirinya mengaku memegang dokumen resmi terkait hal itu. Dokumen tersebut akan dibuka dalam pertemuan bersama dengan pemerintah daerah dan para tokoh masyarakat jika dibutuhkan. 

"Pak bupati undang DPR, kita yang tahu, saya serahkan (dokumen) kepada pak bupati begitu," ujar Palulu Pabundu Ndima. 

Ning Ada Li, Ning Luku Pala

Tak hanya pihak keluarga, Bupati Sumba Timur, Drs. Khristofel Praing juga yakin persoalan tersebut bisa dicarikan jalan keluar dengan tidak mengorbankan para pihak. 

Bupati Praing mengaku tidak bisa berdiri untuk membela salah satu pihak dalam kasus tersebut. Sebagai birokrat, Gubernur NTT adalah atasannya. Namun sebagai bupati, masyarakat adalah pihak yang harus dilindungi. 

Karena itu, ia mengatakan kesiapan untuk memfasilitasi semua pihak agar dapat menemukan jalan keluar yang diharapkan mampu membawa kebaikan bersama khususnya masyarakat Sumba Timur

"Ini untuk kebaikan kita, untuk kebaikan bersama, untuk Sumba Timur yang lebih baik. Saya siap untuk mengundang DPR, semua pihak kultural untuk menemukan jalan keluar bersama," ujar Bupati Praing. 

Dirinya yakin semua hal di kolong langit bukanlah sebuah kebetulan belaka. Demikian pula sebagai putra sumba dengan tradisi yang kuat dipegang, ia yakin seluruh persoalan pasti menemukan jalan keluar. 

"Apakah kita jamin bahwa persoalan ini akan berhenti? Ning Anda Li, Ning Luku Pala. Intinya kita yakin selalu ada solusi untuk semua persoalan. Tidak pernah ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Semua bisa diselesaikan," pungkas dia.  (*)

Baca Berita Sumba Timur Lainnya

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved