Tips Sehat

Rasa Lelah Sepanjang Waktu dan Rasa Kantuk Yang Berlebihan Gejala Penyakit Apa?

Karakteristik hipersomnia dapat bervariasi pada setiap penderitanya tergantung pada usia, gaya hidup, serta penyebab yang mendasari.

Editor: Hermina Pello
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi Mengantuk - Rasa Lelah Sepanjang Waktu dan Rasa Kantuk Yang Berlebihan Gejala Penyakit Apa? 

POS-KUPANG.COM - Rasa kantuk merupakan hal yang wajar namun bagaimana jika Anda memiliki rasa kantuk yang berlebihan?

Ada kondisi dimana seseorang mengalami rasa kantuk tau tidur secara berlebihan, bahkan di siang hari.

Rasa kantuk yang berlebihan seperti ini disebut Hipersomnia

Penderita hipersomnia juga kesulitan untuk tetap terjaga.

Baca juga: Fatal, Bagi Kamu dengan Riwayat Serangan Jantung,Hindari Olahraga Ini,Kenali Gejala Penyakit Jantung

Kondisi ini membuat penderitanya dapat tertidur kapan saja, misalnya saat mengemudi atau di tempat kerja.

Karakteristik hipersomnia dapat bervariasi pada setiap penderitanya tergantung pada usia, gaya hidup, serta penyebab yang mendasari.

Bahaya utama hipersomnia adalah meningkatnya risiko kecelakaan.

Gejala

Seorang pengidap hipersomnia dapat mengalami:

Baca juga: Batuk hingga Demam, Kenali Penyebab, Gejala Penyakit Sinusitis

tidur siang secara teratur dan tidak merasa segar
tertidur saat siang hari, saat makan atau melakukan aktivitas lainnya
tidur selama berjam-jam di malam hari
merasa lelah sepanjang waktu
apati
sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu
pikiran terasa berkabut, sulit membuat keputusan.

Baca juga: Serang Sistem Pencernaan, Kenali Gejala Penyakit Kolera dan Cara Mengobatinya

Penyebab

Terdapat beberapa kemungkinan penyebab hipersomnia, antara lain:

gangguan tidur narkolepsi (ngantuk pada siang hari) dan sleep apnea (gangguan pernapasan saat tidur)
tidak cukup tidur di malam hari (kurang tidur)
kelebihan berat badan
penyalahgunaan narkoba atau alkohol
cedera kepala atau penyakit saraf, seperti sklerosis ganda atau penyakit parkinson
obat resep, seperti penenang atau antihistamin
genetika (memiliki kerabat dengan hipersomnia)
depresi

Baca juga: Gejala Penyakit Cacar Air, Penanganan Hingga Komplikasi Yang Ditimbulkan

Diagnosis

Menurut Stanford Health Care, seseorang setidaknya harus mengalami gejala hipersomnia selama tiga bulan sebelum dokter dapat memberikan diagnosis hipersomnia primer.

Dokter juga mungkin akan menggunakan beberapa tes latensi tidur.

Tes tersebut dapat mengukur seberapa cepat seseorang tertidur di lingkungan yang tenang pada siang hari.

Hipersomnia sekunder dapat didiagnosis berdasarkan penggunaan obat yang sedang dijalani dan mengesampingkan kondisi kesehatan lain atau gangguan tidur yang dapat menyebabkan kelelahan.

Baca juga: Demam, Lemas dan Mual, Bahaya Bisa Jadi Gejala Penyakit Hepatitis A, Begini Cara Mengatasinya

Dokter juga akan bertanya tentang rutinitas tidur penderita.

Beberapa tes yang mungkin dilakukan dokter, termasuk:

tes darah
CT scan
tes tidur atau polisomnografi

Dalam beberapa kasus, dibutuhkan elektroensefalogram (EEG) tambahan untuk mengukur aktivitas listrik otak.

Perawatan

Perawatan hipersomnia bervariasi dan bergantung pada gejala dan jenisnya.

Perawatan dapat mencakup hal di bawah ini.

Baca juga: Kenali Gejala Penyakit Diabetes Melitus pada Anak dan Balita

Terapi Perilaku Kognitif: untuk membantu penderita dapat menjalani tidur yang lebih berkualitas serta mengurangi hambatan yang dapat mengganggu pola tidur
Obat-obatan: penderita hipersomnia primer seringkali diresepkan stimulan untuk mencegah tidur yang berlebihan. Selain itu, dokter juga mungkin akan memberikan antidepresan jika penderita mengalami depresi.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pola tidur, yaitu:

Baca juga: Kenali Gejala Penyakit Diabetes Pada Anak, Waspada jika Mudah Lapar & Muncul Warna Gelap di Area Ini

tidur pada waktu yang sama setiap malam
hindari minum alkohol dan kafein
ciptakan lingkungan tidur yang tenang jika memungkinkan
hindari obat-obatan yang menyebabkan kantuk
hindari bekerja hingga larut malam
bicara dengan anggota keluarga atau orang terdekat untuk membantu.

Berita lain terkait gejala penyakit

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hipersomnia", Klik untuk baca:
Editor : Resa Eka Ayu Sartika

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved