Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 17 November 2021: Setia dengan Cinta Terbesar

Perumpamaan tentang mina (Luk 19: 11-28) memiliki “kesamaan” dengan perumpamaan tentang talenta (Mat 25:14-25:30).

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Rabu 17 November 2021: Setia dengan Cinta Terbesar (Luk 19: 11-28)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Perumpamaan tentang mina (Luk 19: 11-28) memiliki “kesamaan” dengan perumpamaan tentang talenta (Mat 25:14-25:30).

Seorang tuan/bangsawan mempercayakan hartanya kepada hamba-hamba saat  bepergian ke luar negeri.

Janjinya, saat pulang, ia akan mengadakan perhitungan. Dasar evaluasinya adalah seberapa setia mereka mengelola harta yang dipercayakan yang nyata dalam hasil.

Tuan sangat mengharapkan hasil besar sebagai bukti kesetiaan para hamba.

Ia memberi penghargaan berdasarkan tanggung jawab atas harta yang dipercayakan.

Dua orang dinilai "baik" dan "setia"menerima imbalan positif. Seorang yang lain dinilai "jahat" dan "malas" lalu menerima kompensasi negatif.

Perjuangan hamba-hamba bernada “ekonomis” ini menunjukkan bahwa Tuhan memberi talenta sesuai kemampuan personal.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 14 November 2021: Investasi Kasih

Tuhan tidak mungkin memberi kepercayaan melampaui kekuatan hamba. Pemberian mina itu membuktikan bahwa Tuhan percaya kepada mereka.

Nilai kesetiaan dan kepercayaan itulah yang dituntut dari hamba-hamba untuk mengembangkan “harta” yang ia titipkan.

Dua hamba mengapresiasi kepercayaan tuan yang setia mengembangkan segala potensi untuk mengembangkan mina agar bisa berbuah lebih banyak.

Orang beriman akan selalu digerakkan untuk keluar dari sikap malas dan menyerah pada tantangan.

Tapi hamba yang ketiga lebih mengandalkan kemalasan diri dengan mencari ilusi untuk memperkuat kejahatannya.

Mungkin saja ia merasa disepelekan hanya dengan satu mina. Tapi tuan memberi mina berdasarkan derajat kepercayaan dan tingkat kemampuan.

Terbukti bahwa hamba ketiga ini tidak mampu hanya dengan satu mina yang berarti tertutup kemungkinan untuk mengemban kepercayaan lebih besar lagi.

Banyak orang sukses selalu mulai dari hal kecil dan sederhana. Ini semacam batu ujian kualitas iman dan potensi.

Orang berhasil karena ia sukses melewati ujian yang kecil dan sederhana.

Terbuka kemungkinan untuk bertanggung jawab atas hal-hal yang lebih besar lagi.

Kisah perjuangan dua hamba yang sukses karena “baik” dan “setia” menyadarkan kita bahwa hal besar dalam hidup selalu berawal dari hal yang kecil dan sederhana.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 15 November 2021: Name Calling

Keuletan mengembangkan mina yang dititip dalam dirinya menarasikan nilai kesetiaan dalam hidup.

Hanya orang yang berjuang dan setia akan mendapat banyak berkat.

Apabila berhasil mengurus hal-hal kecil dengan tanggung jawab yang kecil, kita akan dipercaya untuk mengurus hal-hal yang jauh lebih besar yang menuntut tanggung jawab lebih besar.

Tuhan menghargai kerja keras dan perjuangan seseorang. Hanya orang yang setia dan komit menerima ganjaran dan berkat melimpah.

Perumpamaan tentang mina merupakan ajakan agar kita setia mengembangkan karunia yang Tuhan anugerahkan dengan cuma-cuma.

Kiblat utama adalah melayani Tuhan dengan banyak risiko.

Ketika kita gagal menggandakan anugerah Tuhan, akan hadir ganjaran buruk karena gagal mengelola kasih Allah.

Saat sukses, kita akan menilai Tuhan sebagai pribadi yang "pengertian, murah hati, dan baik hati" (Luk 19: 17-19).

Tapi ketika kita menjadi hamba ketiga, Allah dipersepsikan sebagai sosok "keras, menuntut, dan tidak jujur” (Luk 19: 21).    

Uskup Robert Barron mengatakan, mina atau talenta adalah sebuah partisipasi kita manusia dalam cinta kasih Allah yang berlimpah di tengah dunia ini, bukan sekadar kekayaan atau kemampuan pribadi, meskipun hal ini pun tidak pernah boleh diabaikan.

The Order of Carmelites mendefinisikan talenta sebagai "cinta, pelayanan, berbagi", yang adalah "uang dari sang tuan".

Dengan kata lain, talenta dan harta terbesar adalah kemampuan kita untuk mencintai.  Juaranya adalah orang yang mengambil risiko terbesar.

Artinya, orang yang paling bersedia untuk menginvestasikan dirinya pada momen yang tampaknya paling tidak menguntungkan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 14 November 2021: Menjadi Orang Pilihan

Tuhan meminta kita tekun belajar untuk bekerja keras dan setia dalam komitmen hidup-Nya.

Mungkin saja kita diserahi tanggung jawab mengerjakan hal kecil dan sederhana. Tapi akan membawa pengaruh yang besar kalau kita kerjakan dengan ulet.

Setiap kita menerima mina yang sama sesuai kemampuan kita. Hal yang akan membedakan kita adalah bagaimana cara kita mengelola kepercayaan Tuhan itu.

Mungkin saja kita kurang berhasil. Santa Teresa dari Kalkuta akan meneguhkan kita:  “Kita dipanggil bukan untuk sukses, melainkan untuk setia.” *

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 17 November 2021:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan I 2Mak 7:1.20-31

Terjadi pula yang berikut ini: Tujuh orang bersaudara serta ibu mereka ditangkap. Lalu dengan siksaan cambuk dan rotan mau dipaksa oleh sang raja untuk makan daging babi yang haram.

Tetapi terutama ibu itu sungguh mengagumkan secara luar biasa. Ia layak dikenang-kenangkan baik-baik. Ia mesti menyaksikan ketujuh anaknya mati dalam tempo satu hari saja. Namun demikian, itu ditanggungnya dengan besar hati oleh sebab harapannya kepada Tuhan.

Dengan rasa hati yang luhur dihiburnya anaknya masing-masing dalam bahasanya sendiri, penuh dengan semangat yang luhur. Dengan semangat jantan dikuatkannya tabiat kewanitaannya lalu berkatalah ia kepada anak-anaknya:

“Aku tidak tahu bagaimana kamu muncul dalam kandungku. Bukan akulah yang memberi kepadamu nafas dan hidup atau menyusun bagian-bagian pada badanmu masing-masing!

Melainkan Pencipta alam semestalah yang membentuk kelahiran manusia dan merencanakan kejadian segala sesuatunya. Dengan belas kasihan-Nya Tuhan akan memberikan kembali roh dan hidup kepada kamu, justru oleh karena kamu kini memandang dirimu bukan apa-apa demi hukum-hukum-Nya.”

Adapun raja Antiokhus mengira bahwa ibu itu menghina dia dan ia menganggap bicaranya suatu penistaan. Anak bungsu yang masih hidup itu tidak hanya dibujuk dengan kata-kata, tetapi sang raja juga menjanjikan dengan angkat sumpah bahwa anak bungsu itu akan dijadikannya kaya dan bahagia, asal saja ia mau meninggalkan adat istiadat nenek moyangnya. Bahkan ia akan dijadikannya sahabat raja dan kepadanya akan dipercayakan pelbagai jabatan negara.

Oleh karena pemuda itu tidak menghiraukannya sama sekali, maka sang raja memanggil ibunya dan mendesak, supaya ia menasehati anaknya demi keselamatan hidupnya.

Sesudah ia lama mendesak barulah ibu itu menyanggupi untuk meyakinkan anaknya.

Kemudian ia membungkuk kepada anaknya lalu dengan mencemoohkan penguasa yang bengis itu berkatalah ia dalam bahasanya sendiri: “Anakku, kasihanilah aku yang sembilan bulan lamanya mengandungmu dan tiga tahun lamanya menyusuimu. Akupun sudah mengasuhmu dan membesarkanmu hingga umur sekarang ini dan terus memeliharamu.

Aku mendesak, ya anakku, tengadahlah ke langit dan ke bumi dan kepada segala sesuatunya yang kelihatan di dalamnya. Ketahuilah bahwa Allah tidak menjadikan kesemuanya itu dari barang yang sudah ada. Demikianpun bangsa manusia dijadikan juga.

Jangan takut kepada algojo itu. Sebaliknya, hendaklah menyatakan diri sepantas kakak-kakakmu dan terimalah maut itu, supaya aku mendapat kembali engkau serta kakak-kakakmu di masa belas kasihan kelak.”

Ibu itu belum lagi mengakhiri ucapannya itu, maka berkatalah pemuda itu, “Kamu menunggu siapa? Aku tidak mentaati penetapan raja. Sebaliknya aku taat kepada segala ketetapan Taurat yang sudah diberikan oleh Musa kepada nenek moyang kami.

Niscaya baginda yang menjadi asal usul segala malapetaka yang menimpa orang-orang Ibrani tidak akan terluput dari tangan Allah.

Demikianlah sabda Tuhan

Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan: 17:1.5-6.8b.15

Refr: Pada waktu bangun aku menjadi puas dengan hadirat-Mu, ya Tuhan.

1. Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu.

2. Langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang.

3. Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.

4. Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu

5. Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.

Bait Pengantar Injil Yoh 15:16

Aku telah menetapkan kalian supaya kalian pergi dan menghasilkan buah yang takkan binasa, sabda Tuhan.

Bacaan Injil Luk 19:11-28

Mengapa uangku tidak kau berikan kepada orang yang menjalankan uang?

Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan.

Maka Ia berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali.

Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.

Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.

Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.

Orang yang pertama datang dan berkata, Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina.

Katanya kepada orang itu, Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.

Datanglah yang kedua dan berkata, Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina.

Katanya kepada orang itu, Dan engkau, kuasailah lima kota.

Dan hamba yang ketiga datang dan berkata, Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan.

Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur.

Katanya kepada orang itu, Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur.

Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya.

Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ, Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu.

Kata mereka kepadanya, Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina.

Jawabnya, Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.

Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka kemari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

Demikianlah Sabda Tuhan

Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved