Berita Pendidikan
Berinteraksi dengan Anak, Kesempatan untuk Belajar
Nere Setiawan Lede (35 tahun) atau yang biasa dipanggil Pak Nere, adalah Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SD Inpres Tarus I, Kecamatan Kupang Tengah, Ka
Disiplin Positif dan Literasi untuk Anak
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Nere Setiawan Lede (35 tahun) atau yang biasa dipanggil Pak Nere, adalah Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SD Inpres Tarus I, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di usianya yang masih belia, ia dipercayakan memimpin 26 guru, 463 siswa di sekolah itu.
Tanggung jawab besar yang diembannya dilaksanakan dengan penuh semangat. Menjadi guru merupakan panggilan jiwanya dan yang dimaknai sebagai sebuah pekerjaan yang mulia.
Menurut lulusan dari S1 PGSD dan Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri Surabaya, ini mendidik anak merupakan anugerah besar yang Tuhan berikan kepadanya.
Mengapa demikian? “Mendidik dan berinteraksi dengan anak, di samping mendukung pembentukan generasi masa depan juga merupakan kesempatan bagi saya untuk bertumbuh dan belajar, baik secara pribadi maupun sebagai pendidik," demikian tegasnya.
Sekolah dasar adalah fundasi pertumbuhan dan pendidikan. Keberhasilan di level ini memberikan dasar yang dibutuhkan untuk pendidikan di jenjang berikutnya. Karena itu kegagalan membentuk anak di sekolah dasar bukan pilihan. Pak Nere dan teman-temannya para guru yang lain mengambil tanggung jawab besar ini untuk memberikan arah bagi pertumbuhan anak ke depan.
Penguasaan literasi, misalnya adalah keterampilan dasar yang dibutuhkan anak untuk terus maju dalam pembelajarannya. Kemampuan membaca dan menulis di kelas awal adalah jaminan keberhasilan anak dalam penguasaan bidang ilmu lainnya.
Anak akan mudah memahami dan mengekplorasi pengetahuan baru di kelas atas atau jenjang yang lebih tinggi kalau penguasaan literasi dasarnya memadai. Demikian pula dengan karakter. Sekolah dasar tempat yang tepat setelah keluarga di mana benih-benih nilai ini disemaikan.
Bagi Pak Nere, mengajar anak-anak sekolah dasar ini sudah menjadi passion. Sekaligus menjadi Plt kepala sekolah adalah tanggung jawab tambahan, tetapi justru lebih menyenangkan. Ada ruang yang lebih besar bagi inovasi pembelajaran, baik literasi maupun pendidikan nilai untuk bisa diterapkan. Dengan menjadi Plt Kepsek, ia bisa mengarahkan rekan-rekan guru untuk mendukung keterampilan literasi anak dan pendidikan nilai melalui penerapan disiplin positif.
Antusiasmenya yang tinggi menjadi guru inilah yang segera membuat Pak Nere menonjol. Keterlibatannya dalam berbagai kegiatan, misalnya menempatkannya menjadi sumber informasi yang terpercaya terkait pendidikan dan pengajaran.
Dalam berbagai partisipasinya di kegiatan pelatihan terkait literasi dan disiplin positif yang diadakan Save the Children, Pak Nere dan SDI Tarus 1 menjadi sumber referensi yang bagus.
Praktik pembelajaran literasi di sekolahnya dijadikan contoh karena dikerjakan dengan serius dan menyenangkan untuk anak-anak. Demikian pula dengan penerapan disiplin positif oleh guru.
Dengan arahan dan bimbingan yang terus-menerus dari Pak Nere, guru-guru di sekolah ini perlahan-lahan mulai menerapkan pembelajaran yang aman dan ramah untuk anak-anak.
Dampaknya, anak-anak lebih nyaman dan kerasan belajar bersama guru.
Pak Nere adalah salah satu dari tiga puluh Fasilitator Disiplin Positif untuk Guru di Kabupaten Kupang. Ia mengakui bahwa pendekatan disiplin positif ini tidak mudah dilakukan, apalagi bagi guru-guru yang terbiasa mendisiplinkan anak dengan kekerasan.
Daripada menyerah begitu saja, ia terus mendekatkan diri dengan peserta didiknya dengan penuh kehangatan dan bimbingan. Setelah menerapkan disiplin positif di sekolahnya, beliau dengan fasilitator lainnya melatih Pendekatan Disiplin Positif untuk Guru dengan contoh nyata yang sudah beliau terapkan di sekolah kepada sekitar 650 guru di Kabupaten Kupang.
“Tidak semua guru cepat menerima. Kami terus mengingatkan dan mencontohkan penerapannya kepada guru di sekolah masing-masing,” Pak Nere menceritakan pengalamannya melatih guru lain.
Menurutnya, disiplin positif dapat menjadi terobosan besar yang dapat menghapus kekerasan anak dan mempercepat perkembangan literasi bagi anak.
Selain pendekatan disiplin positif, ia juga mengajak para guru untuk menciptakan ruang kelas kaya aksara dan menerapkan metode percepatan literasi. Pak Nere menyiapkan bahan dan peralatan untuk media pembelajaran menggunakan Dana BOS. Kelas kelas di SD Inpres Tarus 1 yang tadinya sepi kini menjadi penuh warna akan karya guru bersama murid.
Anak-anak yang tadinya tak merasa betah di kelas, kini mereka enggan meninggalkan ruang kelas. Tak tanggung-tanggung, beliau juga menyulap ruang perpustakaan menjadi sangat nyaman dengan karpet, pendingin ruangan dan buku-buku yang menarik agar anak-anak betah berada di perpustakaan dan akhirnya minat baca pun meningkat.
Tiga tahun sudah terlewati sejak Pak Nere pertama mendengar tentang Disiplin Positif dan Percepatan Literasi. Dahulu ia seringkali mendapat keluhan dan aduan dari orangtua tentang kekerasan yang dilakukan guru kepada anak.
Namun, ia dengan bangga menyampaikan bahwa sudah tidak ada lagi orang tua yang datang kepadanya mengadu adanya kekerasan yang dilakukan guru kepada anak mereka. Usahanya membuahkan hasil.
Tak berhenti begitu saja, ia terus mengembangkan sekolahnya dengan berbagai pajangan yang tidak hanya ada di dalam kelas tapi juga di luar kelas.
Ia pun menaruh harapan besar bahwa guru dan orangtua mendapat pemahaman yang utuh atas hak tumbuh kembang anak, termasuk hak perlindungan dan partisipasi dalam setiap hal yang terkait dengan kehidupannya.
“Saya berharap, guru dan orang tua memiliki sebuah cara pandang baru terhadap anak yang akan membantu mereka berkomunikasi dan menemukan solusi konstruktif atas setiap konflik bersama anak setiap harinya," Pak Nere menambahkan. (*/pol)