Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik 2 November 2021, Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman: Tititan Penyucian
Kematian boleh dipandang sebagai titian yang menghubungkan dunia ini dengan dunia mendatang, antara kehidupan sekarang dengan kehidupan nanti.
Renungan Harian Katolik Selasa 2 November 2021, Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman: Tititan Penyucian (Yohanes 6:37-40)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Pada hakikatnya sebuah titian menghubungkan dua tepian. Titian yang terbuat dari bambu, batang kelapa atau batang kayu apa pun, berfungsi sebagai jembatan untuk menghubungkan dua seberang yang terpisah oleh sungai atau kali.
Untuk mencapai seberang orang harus meniti atau menapaki titian. Tanpa titian, orang akan sulit mencapai seberang atau tepian yang lain.
Dalam konteks tertentu, titian dapat menimbulkan rasa cemas, apabila sungai atau kali itu begitu dalam, curam dan berarus air deras.
Juga kalau jarak tepian itu begitu lebar; padahal titian hanya terbuat dari bahan yang rapuh, kurang kokoh-kuat, dan licin.
Tak heran saat menapakinya, orang selalu diingatkan agar berjalan perlahan-lahan dan hati-hati.
Boleh dikatakan hidup merupakan satu penyeberangan yang terus-menerus. Satu perpindahan dari kemarin ke hari ini, dari hari ini ke besok.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 1 November 2021, Hari Raya Semua Orang Kudus: Bahagia
Setiap perjalanan hidup pada prinsipnya harus maju, melangkah ke depan. Tak pernah hidup berjalan mundur, kembali ke belakang.
Hidup yang melangkah maju berarti melepasķan satu seberang untuk mencapai seberang yang lain.
Setiap saat, setiap melepas hari, bulan, dan tahun, sebenarnya orang berpindah dari satu seberang ke seberang yang lain, dan serentak itu semakin mendekati seberang yang terakhir, tujuan akhir hidup ini.
Kematian adalah batas kehidupan di muka bumi ini. Tetapi bukan merupakan titik akhir.
Kematian boleh dipandang sebagai titian yang menghubungkan dunia ini dengan dunia mendatang, antara kehidupan sekarang dengan kehidupan nanti.
Dalam perspektif iman Katolik, kematian adalah gerbang menuju hidup abadi.
Hari ini pengenangan arwah semua orang beriman. Terkenang semua mereka yang terkasih dan yang mengasihi. Mereka telah melewati titian kematian dan mencapai seberang yang abadi.
Dengan pengenangan ini, kita berkesempatan berdoa khusus pada BAPA buat kebahagiaan mereka di seberang abadi.
Pengenangan ini pun mengingatkan kita bahwa kematian tetap merupakan titian menuju seberang abadi.
Suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, siap atau tidak siap, kematian merupakan titian yang mesti dilalui menuju hidup abadi.
Tak peduli kita ini sehat atau sakit, gemuk atau kurus, kaya atau tak berharta, orang kampung atau kota, dokter spesialis atau pasien; kematian tetap suatu titian yang tak terhindarkan.
Wilhelm Mueller, dalam "Winterreise" Franz Schuberts, pernah menulis, "Saya harus melewati jalan ini, dan tak mungkin kembali lagi".
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 1 November 2021: Orang Sederhana
Kalau begitu, buat diri kita yang masih dihantui kecemasan dan ketakutan untuk meniti titian kematian, atau cukup sering larut dalam kesedihan mendalam saat mendapati kematian orang yang dikasihi, apa yang harus kita jadikan pegangan?
Rudolfine Schremmer pernah berpuisi :
Di mana pun saja
akan ada satu pelabuhan,
di tengah gemuruh ombak
yang menghempas.
Di mana saja
aku merasa di rumah.
Di suatu saat seorang Malaikat akan mengatakan,
"Kekasih, sekarang boleh kembali ke rumah.
Dan sebuah pintu terbuka menuju surga".
Ketika seorang pertapa muda hampir meninggal, bertanyalah seorang pertapa tua, "Apa yang kau lihat ?"
Jawabnya, "Tidak ada yang lebih baik dari pada tinggal diam".
Pertapa tua berkata kepadanya, "Itu benar, anakku, diamlah dan tenanglah!"
Ketika saat ajalnya tiba, pertapa tua duduk di sampingnya memandang ke atas dan berkata, "Bergembiralah anakku, sebab pintu Kerajaan Surga terbuka lebar bagimu".
Selain itu, kita mesti selalu ingat apa yang pernah dikatakan Yesus, "Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang" ( Yoh 6:37).
Tapi pikiran sehat mengatakan adanya titian penantian. Sebab tak semua orang meninggal dalam keadaan bersih total. Padahal mereka harus memandang Tuhan yang kudus.
Masih ada jiwa yang membutuhkan pembersihan. Masih ada jiwa yang terlalu baik untuk dimasukkan ke dalam api neraka. Tetapi juga yang belum begitu suci untuk langsung masuk kebahagiaan surga.
Tidak ada satu jiwa yang memasuki kebahagiaan surga dan memandang wajah Tuhan, kecuali kalau ia bersih sama sekali pada saat kematian.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 30 Oktober 2021: Rendah Hati di Hadapan Tuhan
Maka pikiran sehat pun berkesimpulan bahwa harus ada suatu tempat penyucian. Di tempat inilah jiwa dibersihkan sebelum beralih masuk ke dalam kebahagiaan sempurna.
Iman kita akan tempat penantian sungguh menggembirakan hati kita. Tempat penantian meyakinkan kita bahwa kita masih berhubungan dengan orang-orang yang kita kasihi, yang telah meninggal.
Kita terhibur, karena kita masih dapat membantu mereka dengan doa-doa kita. *
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 2 November 2021:

Bacaan Pertama 2 Makabe 12:43-46
Kami yakin bahwa orang yang meninggal dengan saleh akan menerima pahala yang indah
Setelah menguburkan tentara yang gugur dalam pertempuran, Yudas, panglima Israel, menyuruh mengumpulkan uang di tengah-tengah pasukan.
Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan kurban penghapus dosa.
Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, karena Yudas memikirkan kebangkitan.
Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati.
Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh.
Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh.
Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan 130:1-2,3-4,5-6a,6-7,8;
Refr.; Aku percaya kepada-Mu, Tuhanlah pengharapanku. Tuhan, pada-Mu kuberserah, dan mengharap kerahiman-Mu.
1. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku.
2. Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, maka orang-orang takwa kepada-Mu.
3. Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih daripada pengawal mengharapkan pagi.
4. Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. Dialah yang akan membebaskan Israel dan segala kesalahannya.
Bacaan Kedua 1 Korintus 15:12-34
Semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus
Saudara-saudara, jika kami beritakan bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
Kalau kebangkitan orang mati tidak ada, maka Kristus pun tidak dibangkitkan.
Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah pula kepercayaanmu.
Apalagi, andaikata betul demikian, kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan bahwa Ia telah membangkitkan Kristus, padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, andaikata benar bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab andaikata benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus pun tidak dibangkitkan.
Dan kalau Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu, dan kamu masih hidup dalam dosamu.
Dengan demikian binasa pulalah orang-orang yang mati dalam Kristus.
Dan jikalau kita berharap pada Kristus dalam hidup ini saja, maka kita adalah orang-orang yang paling malang di antara semua manusia.
Namun ternyata Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa “segala sesuatu telah ditaklukkan”, maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk didalamnya.
Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya dibawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
Jika demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati?
Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?
Dan kami juga—mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut.
Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.
Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku?
Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.”
Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!
Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur Kepada Allah.
Bacaan Injil Yohanes 6:37-40
Inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak beroleh hidup yang kekal
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, "Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.
Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.