Berita Internasional

Kudeta di Sudan: Protes Berlanjut Setelah Pengambilalihan Militer

Para pengunjuk rasa yang membangkang tetap berada di jalan-jalan Sudan setelah angkatan bersenjata negara itu melancarkan kudeta militer.

Editor: Agustinus Sape
capture video bbc.com
Demonstran membakar ban di jalanan sebagai protes yang atas kudeta yang dilakukan militer Sudan, Senin 25 Oktober 2021. 

Kudeta di Sudan: Protes Berlanjut Setelah Pengambilalihan Militer

POS-KUPANG.COM - Para pengunjuk rasa yang membangkang tetap berada di jalan-jalan Sudan setelah angkatan bersenjata negara itu melancarkan kudeta militer.

Dengan melantunkan dan mengibarkan bendera, mereka memblokir jalan-jalan di ibu kota Khartoum dan di seluruh negeri setelah pengambilalihan itu.

Pada hari Senin 25 Oktober 2021 pemimpin kudeta Jenderal Abdel Fattah Burhan membubarkan pemerintahan sipil, menangkap para pemimpin politik dan menyerukan keadaan darurat.

Tentara melepaskan tembakan ke arah massa dan dilaporkan menewaskan sepuluh orang.

Kudeta tersebut menuai kecaman global. Para diplomat mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Dewan Keamanan PBB akan bertemu pada Selasa untuk membahas krisis tersebut.

Jenderal Abdel Fattah Burhan berusaha membenarkan pengambilalihan itu dengan menyalahkan pertikaian politik.

Pasukan dilaporkan pergi dari rumah ke rumah di Khartoum untuk menangkap penyelenggara protes lokal.

Bandara kota ditutup dan penerbangan internasional ditangguhkan. Internet dan sebagian besar saluran telepon juga mati.

Staf Bank Sentral dilaporkan mogok, dan di seluruh negeri dokter dikatakan menolak bekerja di rumah sakit yang dikelola militer kecuali dalam keadaan darurat.

Para pemimpin sipil dan rekan-rekan militer mereka telah berselisih sejak penguasa lama Omar al-Bashir digulingkan pada 2019.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan tindakan militer "adalah pengkhianatan terhadap revolusi damai Sudan". AS telah menghentikan bantuan $ 700 juta (£ 508 juta).

Setelah malam protes, demonstran tetap di jalan-jalan pada Selasa pagi, menuntut kembalinya pemerintahan sipil.

"Aturan sipil adalah pilihan rakyat," teriak mereka sambil mendirikan barikade pembakaran ban. Banyak wanita juga ambil bagian, meneriakkan "tidak pada aturan militer".

Protes berlanjut meskipun pasukan menembaki demonstran pada hari Senin.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved