Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 21 Oktober 2021: Api Roh Kudus

Yesus katakan begini hari ini, “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!” (Luk 12:49).

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Kamis 21 Oktober 2021: Api Roh Kudus (Lukas 12:49-53)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Yesus katakan begini hari ini, “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!” (Luk 12:49). 

Apa maksud Sang Guru dengan perkataan-Nya ini? Apakah Ia mau membakar dan membumihanguskan bumi ini? 

Teringat kejadian dalam tahun-tahun kemarin. Api tersulut di mana-mana di Sumatera pun Kalimantan. Api itu membakar lahan gambut dan ribuan hektar kebun sawit serta mengirimkan asap hingga ke negara jiran. 

Api itu sengaja dibuat dan 'dilemparkan' oleh tangan-tangan jahil sebagai cara untuk membuka dan membersihkan lahan, atau memang untuk jalan kejahatan untuk menghancurkan lawan bisnis, seteru politik. 

Pun masih segar peristiwa demi peristiwa kebakaran pasar tradisional. Modus operandi mungkin kurang lebih mirip. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 20 Oktober 2021: Tanggung Jawab

Tiba-tiba saja muncul percikan api dan dalam rentang waktu sekejap berkobar api dahsyat melahap habis bangunan beserta isinya. Nanti muncul keterangan resmi, itu terjadi akibat arus pendek listrik. 

Tapi publik maklum dalam diam. Itu bukan api 'sembarangan'. Karena pasti kemudian muncul pasar modern, mall megah menggantikannya. 

Meski demikian, latar demikian tak membuat kita berspekulasi dengan kata-kata Yesus itu. Bahwa api yang Ia lemparkan ke bumi dengan motif dan tujuan destruktif. 

Kita tergugah mencari gema ucapan Yesus tentang "api" itu dalam Kitab Suci. 

Yesaya, nabi Perjanjian Lama yang terbesar, pernah menulis begini, "Sesungguhnya Tuhan akan datang dengan api ... untuk melampiaskan murka-Nya dengan kepanasan, hardik-Nya dengan nyala api. Sebab Tuhan akan menghukum segala yang hidup dengan api dan dengan pedang-Nya" (Yes 66:15-16). 

Maleakhi, nabi yang menubuatkan "Hari Tuhan" mengatakan, "Sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka ... setiap orang yang fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu" (Mal 4:1). 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 19 Oktober 2021: Kebugaran

Dengan referensi itu, kiranya kita boleh menafsir bahwa Yesus pun memikirkan api penghakiman dan penghukuman akhir zaman itu. Ia rindu akan api yang mampu membersihkan bumi ini dari segala kotoran dan kedurhakaan. 

Yesus pun tentu mengharapkan agar api itu telah mulai menyala supaya Kerajaan Allah dapat berdiri dengan tegaknya. 

Artinya, Ia inginkan api itu telah mulai membersihkan hati manusia, agar bisa menerima kehadiran-Nya yang datang untuk menegakkan Kerajaan Allah itu. 

Tapi Yesus berkata lanjut, "Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!" (Luk 12:50). 

Kata kerja Yunani 'baptizein' berarti menyelam. Secara kiasan, misalnya, dipakai untuk orang yang tenggelam dalam hiburan malam atau minuman keras. Atau, seorang yang tenggelam di perpustakaan. 

Lebih dari itu, kata itu juga dipakai untuk seorang yang "tenggelam" dalam pengalaman dahsyat dan mengerikan yang menimpa dirinya. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik 18 Oktober 2021, Pesta Santo Lukas, Pengarang Injil: Menjadi “Kabar Gembira”

Yesus berkata bahwa "Aku harus menerima baptisan". Ini menunjukkan bahwa Ia harus melewati pengalaman yang mengerikan, yaitu salib. Betapa susah hati-Nya, karena ada penolakan terhadap diri-Nya. 

Bukan hanya itu, karena diri-Nya, akan ada pertentangan dalam rumah: ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anak perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya (Luk 12:52-53). 

Olehnya, kita sendiri semestinya berpikir tentang 'api' Roh Kudus yang mulai menyala pada hari Yesus dibaptis. Api itulah yang memenuhi dan menjiwai diri-Nya, sehingga membuat Dia teguh menjalankan misi untuk menegakkan Kerajaan Allah, meski harus melewati salib yang mengerikan. 

Api itu pun lalu menyala secara hebat di tengah-tengah para pengikut Yesus pada hari Pentakosta (bdk. Luk 3:16; Kis 2:3.19). Dan, mereka berani bersaksi dalam berbagai bahasa, hingga ke ujung bumi, dengan risiko seberat apa pun. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 15 Oktober 2021: Ragi

"Api Roh Kudus" itu pula menyala dan mulai 'membakar' diri kita saat kita dibaptis dan menerima krisma. 

"Api" ini tentu bernilai tinggi. Api ini tentu tak memusnahkan yang tidak patut musnah dalam diri kita. 'Api' ini tidak menghancurkan yang tidak patut hancur dalam hidup bersama dan kebersamaan kita dengan orang lain. 

Dalam hidup cukup sering muncul api kemarahan dalam diri kita. Tak jarang terpercik api persengketaan dan permusuhan di antara kebersamaan kita. 

Kadang kala pula kita suka bermain api. Istilah yang terbiasa didengar, "sukanya nyerempet bahaya". 

Kalau begitu, "api Roh Kudus" semestinya kita rindukan dan mohonkan agar tetap hidup dalam diri kita, agar kita berani dan teguh untuk juga menempuh jalan salib seperti Sang Guru. *

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 21 Oktober 2021:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan 1: Roma 6:19-23

Sekarang kalian telah dimerdekakan dari dosa dan telah menjadi hamba Allah.

Saudara-saudara, mengingat kelemahanmu, aku berbicara secara manusia.

Sebagaimana kalian sebelumnya telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawakan kepada kedurhakaan.

Kalianlah sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kalian kepada pengudusan.

Sebab waktu kalian menjadi hamba dosa, kalian bebas dari kebenaran.

Dan buah apakah Anda petik dari Anda?

Semuanya menyebabkan Anda sekarang merasa malu, karena kesudahannya adalah kematian.

Tetapi, sekarang Anda telah dimerdekakan dari dosa, dan jadilah hamba Allah.

Maka kalian memperoleh buah yang membawakan kalian kepada pengudusan, dan akhirnya hidup yang kekal.

Sebab upah dosa adalah maut; tetapi karunia Allah ada hidup kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Demikian Sabda Tuhan

Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan: 1:1-4.6

Refr.: Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku

1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya adalah mencari hukum Tuhan, dan siang malam bingungnya.

2. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan daunnya tak pernah layu; apa saja yang diperbuatnya berhasil.

3. Bukan demikianlah orang-orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bacaan Injil: Lukas 12:49-53

Aku datang membawa damai

Pada suatu ketika Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya, “Aku datang melemparkan api ke bumi, dan meremehkan Kudambakan agar api itu selalu menyala!

Aku harus menerima baptisan dan susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung!

Kalian sangka Aku datang membawa damai ke bumi?

Bukan! Bukan damai, melainkan! Karena mulai sekarang akan ada antara lima orang dalam satu rumah.

Tiga melawan dua dan dua melawan tiga.

Mereka akan saling bertentangan, bapa melawan mereka, dan putra melawan bapanya, ibu melawan anaknya, dan putri melawan ibunya, ibu mertua melawan menantu, dan menantu melawan ibu mertuanya.

Demikian Sabda Tuhan

Terpujilah Kristus

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved