Laut China Selatan

Curiga Nuklir Bocor, China Desak Amerika Serikat Jelaskan Insiden Tabrakan di Laut China Selatan

Diduga Nuklir Bocor, China Desak Amerika Serikat Jelaskan Insiden Tabrakan Kapal di Laut China Selatan

Editor: Gordy Donofan
Haydn N. Smith/US Navy via AP
Ilustrasi: Suasana di Laut China Selatan 

POS-KUPANG.COM - China mendesak Amerika Serikat (AS) menjelaskan dengan rinci dan transparan perihal insiden tabrakan kapal selam USS Connecticut dengan objek tak dikenal di wilayah perairan Laut China Selatan.

Hal itu diungkap Kementerian Pertahanan Nasional China pada Selasa (19/10/2021) seperti dilansir Global Times.

“Untuk waktu yang lama, di bawah slogal ‘kebebasan navigasi dan penerbangan’, AS telah sering mengirimkan platform senjata canggih seperti kapal induk, pengebom strategis dan kapal selam nuklir di Laut China Selatan untuk memamerkan kekuatannya dan menimbulkan masalah, yang mengancam secara serius keamanan nasional kawasan dan meningkatkan tensi kawasan,” ujar Tan Kefei, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional China.

Pada 8 Oktober, laporan media menyebut kapal selam bertenaga nuklir AS, USS Connecticut, menabrak objek tak dikenal di bawah Laut China Selatan pada 2 Oktober.

Baca juga: Diam-diam AS dan Kanada Kirim Kapal Perang ke Laut China Selatan, Perang Sudah Dekat?

Angkatan Laut (AL) AS mengonfirmasi insiden itu dengan menyebut bahwa kapal selam kelas Seawolf itu tetap berada dalam kondisi stabil dan aman setelah menabrak objek tak dikenal. Pembangkit nuklir dalam kapal selam tidak terpengaruh, imbuh AL AS, tanpa memberi rincian lebih lanjut.

Namun, Tan menuding AL AS sengaja menunda informasi dan menutup-nutupi detail insiden itu.

“Butuh 5 hari bagi AL AS setelah insiden itu untuk memberi pernyataan singkat yang tak jelas,” sindir Tan tajam.

“Pendekatan tak bertanggung jawab dan kurangnya transparansi ini dengan mudah dapat menimbulkan kesalahpahaman dan kesalahan penilaian. China dan negara-negara tetangga di Laut China Selatan harus mempertanyakan kebenaran dan maksud di balik insiden itu.”

Menurut Tan, insiden itu pula menunjukkan bahwa kerja sama baru AUKUS antara AS, Inggris dan Australia terkait kapal selam bertenaga nuklir telah membawa risiko besar proliferasi atau penyebarluasan senjata nuklir. Ini melanggar semangat Perjanjian Non-Proliferasi dan zona bebas nuklir di Asia Tenggara. Pun, imbuh Tan, membawa tantangan serius bagi keamanan dan perdamaian kawasan.

“Kami yakin bahwa aksi AS akan memengaruhi keselamatan navigasi di Laut China Selatan, membangkitkan kekhawatiran dan gejolak di antara negara-negara kawasan, juga berisiko terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan,” kata Tan.

Baca juga: Negara-negara Pasifik Berkepentingan Menantang Klaim Maritim Ekspansif China di Laut China Selatan

Lebih lanjut Tan mendesak agar AS berhenti melakukan pengintaian dan pengerahan pasukan militer di kawasan laut dan udara di Laut China Selatan, serta kebebasan navigasi di perairan itu.

China juga mendesak AS mengklarifikasi lebih banyak detail, termasuk tujuan pelayaran di kawasan itu, dan apakah insiden itu telah menyebabkan kebocoran nuklir yang merusak lingkungan bawah laut.

Sejumlah ahli menyebut, kapal selam nuklir AS biasanya berlayar di Laut China Selatan di kedalaman lebih dari 100 meter di bawah laut. Jika bertabrakan dengan terumbu karang atau kapal selam lain, kerusakannya akan serius.

Sejumlah pihak meyakini, objek tak dikenal yang disebut AL AS itu lebih mungkin merupakan terumbu karang buatan ketimbang kandang penangkaran biota laut.

BERITA LAINNYA:

Situasi Selat Taiwan agaknya semakin memanas untuk beberapa waktu ini.

Padahal kedua negara yang tengah berseteru, China dan Taiwan mengaku tak bakal memulai peperangan.

Namun demikian keduanya memang masih memiliki ambisi satu sama lain karena tak mau menyerah satu sama lain.

Tetapi demikian ada hal mengejutkan yang terjadi di kubu Taiwan saat beberapa negara yang mengatakan berada di pihak Taipei bertindak.

Hal tersebut terlihat baru-baru ini yang bisa saja menjadi pemicu perang besar yang berujung pada perang dunia ketiga.

Kapal perang milik AS dan Kanada rupanya berlayar melalui Selat Taiwan pekan lalu.

Pengakuan tersebut disampaikan militer AS pada Minggu (17/10/2021) sebagaimana dilansir Reuters.

Pelayaran tersebut dilakukan ketika ketegangan sedang meningkat antara China dan Taiwan yang telah memicu kekhawatiran internasional.

China selalu mengeklaim Taiwan adalah bagian dari wilayahnya.

Beijing kerap menerbangkan pesawatnya ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan selama setahun terakhir atau lebih.

Selama empat hari, mulai 1 Oktober, China total menerbangkan 150 pesawat ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.

Terbaru, militer AS mengakui bahwa dua kapal perang masing-masing milik “Negeri Paman Sam” dan Kanada berlayar melalui Selat Taiwan.

Kapal milik AS tersebut adalah kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Dewey.

Sedangkan kapal milik Kanada adalah fregat HMCS Winnipeg.

Kedua kapal itu berlayar melalui jalur air sempit yang memisahkan Taiwan dengan China tersebut pada Kamis 14 Oktober 2021 dan Jumat 15 Oktober 2021.

“Pelayaran Dewey dan Winnipeg melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS dan sekutu serta mitra kami untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” kata militer AS.

Kapal-kapal milik Angkatan Laut AS kerap berlayar di selat itu kira-kira setiap bulan. Hal tersebut membuat marah Beijing.

China bahkan menuduh Washington memicu ketegangan regional.

Sekutu AS kadang-kadang juga mengirim kapal melalui Selat Taiwan, termasuk Inggris yang mengirim kapalnya bulan lalu.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada Minggu bahwa tiga pesawat China terbang ke zona identifikasi pertahanan udara mereka lagi.

Ketiga pesawat China tersebut terdiri atas yakni dua jet tempur J-16 dan sebuah pesawat anti-kapal selam.

Berita Laut China Selatan lainnya

Artikel ini telah tayang di kompas tv dengan judul Curiga Nuklir Bocor, China Desak AS Jelaskan Insiden Tabrakan Kapal Selam di Laut China Selatan

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved