Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 20 Oktober 2021: Setia dan Rendah Hati

Alkisah, Raja Kwaitareng di Kerajaan Ipajoren sudah tua dan semakin mendekati akhir hidupnya. Namun sang raja belum mempunyai pewaris takhtanya.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Rabu 20 Oktober 2021: Setia dan Rendah Hati (Luk 12: 39-48)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Alkisah, Raja Kwaitareng di Kerajaan Ipajoren sudah tua dan semakin mendekati akhir hidupnya. Namun sang raja belum mempunyai pewaris takhtanya.

Penasihatnya, Kopongwuri menganjurkan agar ia memilih pewaris takhtanya di antara dua hambanya yang terbaik. Ia mengikuti anjuran penasihatnya itu.

Raja lalu memanggil dua hambanya yang dikenal terbaik dan setia.

Ia bertanya kepada Dasukobor, salah satu dari hamba-hamba itu yang berasal dari wilayah pantai.

“Kobor, jika kamu menjadi raja, kamu akan menjadi raja seperti apa?”

Kobor menjawab, “Saya akan memerintah dengan ketetapan-ketetapan dan aturan-aturan yang keras. Saya akan membuat catatan di status saya setiap hari agar semua orang tahu siapa saya dan memuji diri saya sebagai pemimpin yang berhasil”

Padahal Raja tahu, Kobor ini hanya mulut besar tapi otak seperti binatang laut yang menempel di batu-batu.

Lalu Raja Kwait mengajukan pertanyaan yang sama kepada Dilawato, hambanya yang lain.

Hamba satu ini orang sederhana, jujur dan tidak suka neko-neko. Ia punya sikap tegas tapi tidak mau menyakiti orang lain.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 20 Oktober 2021: Setia dan Bijaksana

Pendidikannya lebih tinggi dari Dasukobor tapi tidak pernah ia sombongkan di ruang publik.

Ia hanya setia melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Maka Dilawato menjawab, “Saya akan tetap menjadi hamba yang siap melayani.”

Raja Kwait bertanya, “Maksud kamu apa sebenarnya, Dilawato? Kamu tidak mau menggantikan aku?”

Dilawato menjawab, “Perbedaan antara seorang raja dan seorang hamba hanyalah takhtanya. Seorang Raja sejati adalah seorang hamba yang melayani.”

Maka Dilawato menerima kepercayaan dari Raja Kwaitareng dengan mewarisi takhta.

Dasukobor yang ambisius dan otak kosong tapi mulut berbusa itu karena stress lalu menyingkir ke gunung untuk mencari keong hutan.  

Orang sombong akan tersingkir sendiri karena ia lebih setia pada emosi dan egoismenya.

Meski salah dan lebih dari keliru, ia akan mempertahankan habis-habisan. Jalan dialog akan ia hindari.

Orang model ini kalau diajak bertemu akan menjadi liar dengan emosi tidak terkendali karena menutupi aib agar tidak terbongkar.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 17 Oktober 2021, Minggu Biasa XIX: Pelayan Kecil

Kalau dibongkar pun, ia berusaha agar tidak hadir untuk menutupi rasa malu yang menggunung.

Dia akan mencari berbagai upaya agar bisa menunjukkan kebodohannya kepada orang lain di ruang-ruang publik.

Semakin ia memamerkan ketaksadarannya, ia akan memanen cemoohan dan olokan dari orang lain.

Alih-alih menutup salah  tapi malah semakin melebarkan keburukan.

Orang rendah hati akan memanen kepercayaan karena ia menyalibkan egoisme dan ambisi pribadi.

Orang rendah hati adalah manusia cerdas yang tahu betul siapa dia, kenal diri dan sadar kemampuan.

Ia tidak akan omong banyak karena kata-kata kadang seperti bau kentut yang cepat hilang terbawa angin.

Orang rendah hati akan keluar dari diri dan mengarahkan segenap keutuhan diri kepada “tuan”, tempat ia mengabdikan diri.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 16 Oktober 2021: Roh Kudus Akan Mengajarkan Kepadamu

Ia setia dalam tindakan, bukan setia dalam kata-kata kosong.

Tuhan mengundang kita semua untuk menjadi hamba yang setia dan rendah hati.

Hamba yang melakukan tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan dengan setia penuh tanggung jawab.

Kesetiaan dan rendah hati adalah tanda nyata dari iman yang hidup.

Setia dan rendah hati berarti menjaga iman agar tidak sekadar rangkaian kata-kata hampa tapi menjelma dalam tindakan konkret.

Orang yang setia dan rendah hati telaten menjaga iman dengan menjadi umat Allah yang mau peduli kepada sesama berdasarkan hukum kasih.

Ketika orang hidup dengan dasar kasih Tuhan, posisi apa pun tidak menjadi rebutan yang kasar.

Apalagi dengan jalan sikut-menyikut bahkan menumbalkan sesama tanpa salah.

Orang rendah hati dan setia akan berjuang seumur hidup untuk menjadi pemimpin atas hidupnya sendiri dengan mengamalkan kasih.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 14 Oktober 2021: Jalan Keselamatan

Dasarnya adalah karena kita telah dibenarkan oleh Allah dan dibebaskan dari kuasa dosa berkat korban darah suci Yesus Kristus.

Orang yang rendah hati dan setia setiap saat selalu membuka hati bagi kedatangan Tuhan.

Dia diterima dengan segala keterbatasan manusiawi. Mereka selalu memasrahkan diri pada rencana dan kehendak Tuhan.

Setiap kesulitan tidak membuatnya reaktif seperti ayam betina kehilangan telurnya tapi tetap tenang mendengarkan kehendak Tuhan.  

Tuhan menghampirinya selalu dalam keadaan “terjaga.”

Kesetiaan adalah emas yang Tuhan titip dalam hati manusia serta bukti paling nyata dari inspirasi cinta Tuhan hingga Kalvari.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 14 Oktober 2021: Pengetahuan

Bagi setiap pengikut Kristus, setia itu keharusan dan bukan sekadar sebuah pilihan momental.

Andaikan bahwa setia adalah pilihan maka seseorang bisa saja memilih sebaliknya yakni tidak setia.

Bila kesetiaan adalah keharusan maka tidak ada pilihan selain setia. Mutlak. Titik.

Memilih untuk setia dalam hidup apa pun itu mudah tapi setia pada pilihan itu yang sangat sulit.

Apalagi di tengah zaman glamour yang mengagungkan kenikmatan fana ini.

Sama seperti orang jatuh cinta: mengungkapkan rasa kasih sayang itu mudah, tetapi berjuang untuk mempertahankan kasih murni itu sangat sulit.  

Pribadi yang matang dalam iman kepada Tuhan adalah dia yang menempatkan kesetiaan di atas segala-galanya (Kompasiana 15/12/2020).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 20 Oktober 2021: Setia dan Bijaksana

Inilah jalan memanen lebih banyak kepercayaan yang menuntut tanggung jawab yang lebih besar lagi. Bersama Tuhan, semua akan indah pada waktunya. *

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 20 Oktober 2021:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan Pertama: Roma 6:12-18

Saudara-saudara, janganlah dosa berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kalian tidak lagi menuruti keinginannya

Janganlah kalian menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa, untuk dipakai sebagai senjata kelaliman.

Tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah, sebagai orang-orang yang dahulu mati tapi sekarang hidup.

Serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk dijadikan senjata-senjata kebenaran.

Karena kalian tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kalian tidak berada di bawah hukum Taurat, melainkan di bawah kasih karunia.

Jadi bagaimana? Apakah kita melakukan dosa karena tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di kasih karunia?

Sekali-kali tidak! Tidak tahukah kalian, bahwa dengan menghambakan diri kepada seseorang untuk mentaatinya, kalian menjadi hamba orang itu?

Bahwa kalian harus mentaati baik dalam kesalahan yang kalian lakukan terhadap kematian, maupun dalam kepatuhan kalian terhadap kebenaran?

Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kalian dosa, sekarang kalian dengan hati telah menyampaikan ucapan yang telah disampaikan tetapi ini.

Kalian telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

Demikian Sabda Tuhan

Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan: 124:1-3.4-6.7-8

Refr.: Pertolongan kita dalam nama Tuhan

1. Jikalau bukan Tuhan yang memihak kepada kita; biarlah Israel berkata demikian, Jikalau bukan Tuhan yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan hidup-hidup kita, ketika amarah menyala-nyala terhadap kita.

2. Maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir menimbus kita; telah melanda kita air yang meluap-luap itu. Terpujilah Tuhan yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!

3. Jiwa kita terluput seperti burung terlepas dari jerat penangkap; jerat itu telah putus, dan kita pun terluput! Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.

Bacaan Injil Lukas 12:39-48

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.

Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."

Kata Petrus: "Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?"

Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?

Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.

Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang.

Lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk.

Maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.

Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.

Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan.

Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."

Demikianlah Injil Tuhan

Terpujilah Kristus

Renungan Harian Katolik lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved