Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 9 Oktober 2021: Bahagia itu Sederhana
Ada yang bahagia kalau membeli barang mewah seperti kulkas sekadar pajangan di kampung yang listrik lebih sering mati.
Renungan Harian Katolik Sabtu 9 Oktober 2021: Bahagia itu Sederhana (Luk 11: 27-28
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Banyak orang berusaha mencari kebahagiaan selama hidup di dunia.
Ada yang bahagia kalau membeli barang mewah seperti kulkas sekadar pajangan di kampung yang listrik lebih sering mati.
Ada yang mengabdikan diri pada orang kecil dan tertindas dengan risiko melawan kekuataan kekuasaan.
Ada guru hidup sederhana mengabdikan diri pada anak-anak kampung dan mendidik mereka dengan penuh cinta.
Mengapa kebahagiaan sejati tetap tak dapat diraih, walaupun orang sudah berusaha?
Boleh jadi karena kita membiarkan pikiran kita memercayai segala sesuatu sebagai sumber kebahagiaan.
Injil Lukas menampilkan seorang perempuan yang berseru kepada Yesus, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” (Luk 11:27).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 9 Oktober 2021: Pelihara Firman
Masyarakat zaman itu umumnya percaya bahwa kebahagiaan seorang perempuan ada pada rahimnya.
Ketika dia mampu melahirkan dan memiliki anak, maka dia patut disebut sebagai perempuan bahagia.
Selama berabad-abad pemahaman itu terpatri dalam pikiran masyarakat.
Selama berabad-abad yang lampau itu tak terhitung perempuan yang menderita karena tidak memiliki anak.
Yesus mematahkan pemahaman masyarakat tentang kebahagiaan, dengan mengatakan orang yang bahagia adalah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya.
“Yang berbahagia adalah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk 1128).
Yang dimaksud memelihara di sini tentu saja bukan sekadar menyimpan di dalam hati, tetapi juga melaksanakannya dengan tekun.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 7 Oktober 2021: Jangan Takut Hai Maria
Orang yang hidup dalam alam pikiran Yesus ini akan menjadi “Seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mzm. 1:1-3).
Apa solusi bagi kita agar bisa hidup bahagia di tengah kenyataan dunia ini?
Milikilah kesadaran bahwa semua hal di dunia ini selalu berubah. Termasuk hati dan pikiran. Tidak ada yang abadi.
Jika kita memiliki kesadaran ini, maka kita akan tahu bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang kita anggap bisa memberikan kebahagiaan, ternyata tidaklah nyata.
Kesadaran berarti mampu mengubah pikiran-pikiran kita tentang penderitaan dan kebahagiaan.
Psikolog Toni Bernhard mengatakan, duka atau penderitaan muncul karena kita selalu percaya pada apa yang kita pikirkan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 6 Oktober 2021: Datanglah Tuhan!
Misalnya, kita berpikir: “Saya menderita jika tidak bisa memiliki kulkas.”
Pikiran semacam ini jika terus dipelihara, akan semakin membuat kita menderita jika kita tidak mendapatkan benda yang kita inginkan.
Tidak bisa tidur, tidak ada selera makan. Sepanjang hari hanya memikirkan benda tersebut.
Kita berpikir bahwa kita akan bahagia jika kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan.
Ketika kita tidak punya uang untuk membelinya, maka semakin menderitalah hidup kita.
Lebih menderita lagi ketika akhirnya membeli benda mewah itu tapi rusak dalam sekejap karena listrik tidak stabil.
Kebahagiaan hanya dapat kita peroleh tatkala kita mampu mengubah pikiran kita menjadi sebaliknya.
Misalkan, “Saya tetap bahagia walaupun belum/tidak memiliki anak, karena saya berharga di mata Tuhan” atau “Saya tetap bahagia walaupun kamu meninggalkanku, karena kebahagiaanku tidak bergantung padamu.”
Di tengah dunia yang terus berubah dan penuh tantangan ini, kemampuan mengendalikan pikiran kita adalah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 9 Oktober 2021: Mendengarkan Sabda Allah dan Memeliharanya!
Penulis rohani, Anthony De Mello mengatakan bahwa ternyata bahagia itu sederhana.
Kebahagiaan itu adalah menikmati waktu kekinian kita saat ini.
Kalau saat ini Anda berusia 60, bahagialah sebagai orang yang berumur 60 tahun.
Isilah waktu hidup dengan pekerjaan kecil dan bahagia.
Seperti memelihara tanaman, menulis pengalaman yang menginspirasi dan bahagia bersama semua orang di sekitar.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 4 Oktober 2021: Kasih Menaklukkan Kebuasan
Yesus menegaskan kebahagiaan bukan sekadar ukuran manusiawi dan duniawi, tetapi harus mengarah pada sesuatu yang sifatnya rohani yang tidak bisa diambil oleh siapa pun.
Kalau kebahagiaan kita terletak pada hal-hal material, pada gilirannya barang-barang material itu hilang, maka kita akan kehilangan kebahagiaan hidup.
Tetapi, ketika kebahagiaan itu bersifat rohani, kita akan semakin dekat dengan Tuhan dan mampu menerima keadaan apa pun. *
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 9 Oktober 2021:
Bacaan 1: Yoel 3:12-21
Ayunkanlah sabit, sebab sudah masaklah tuaian
Hendaklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru.
Ayunkanlah sabit, sebab sudah masaklah tuaian. Marilah, iriklah, sebab tempat anggur sudah penuh; tempat-tempat pemerasan sudah berkelimpahan.Sebab banyaklah kejahatan mereka!
Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan!
Ya, sudah dekatlah hari Tuhan di lembah penentuan!
Matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang kehilangan cahayanya.
Tuhan mengaum dari Sion, dari Yeusalem Ia memperdengarkan suara-Nya, dan langit serta bumi pun bergoncang.
Tetapi Tuhan adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel. “Maka kalian akan mengetahui bahwa Aku, Tuhan, adalah Allahmu, yang tinggal di Sion, gunung-Ku yang kudus.
Dan Yerusalem akan menjadi kudus, dan orang-orang luar takkan melintasinya lagi.
Pada waktu itu akan terjadi bahwa gunung-gunung akan meniriskan anggur baru, bukit-bukit akan mengalirkan susu, dan segala sungai Yehuda akan mengalirkan air; mata air akan terbit dari rumah Tuhan dan akan membasahi Lembah Sitim.
Mesir akan menjadi sunyi sepi, dan Edom akan menjadi padang gurun tandus, oleh sebab kekerasan terhadap keturunan Yehuda, oleh karena mereka telah menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tanahnya.
Tetapi Yehuda tetap didiami untuk selama-lamanya, dan Yerusalem turun-temurun.
Aku akan membalas darah mereka yang belum Kubalas; Tuhan tetap diam di Sion.”
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan: 97:1-2.5-6.11-12
Refr.: Bersukacitalah dalam Tuhan, hai orang benar
- Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita!
- Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
- Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.
Bacaan Injil: Lukas 11:27-28
Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau!
Pada suatu hari, ketika Yesus sedang berbicara kepada orang banyak, berserulah seorang wanita dari antara orang banyak itu, dan berkata kepada Yesus, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung dan menyusui Engkau!”
Tetapi Yesus bersabda, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya.”
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/pater-steph-tupeng-witin-svd.jpg)