Salam Pos Kupang
Mencermati Stunting di NTT
Provinsi Nusa Tenggara Timur juga termasuk bagian dari daerah yang tidak luput dari kasus stunting
POS-KUPANG.COM-MENGENAI soal stunting benar-benar menjadi isu menarik secara nasional. Provinsi Nusa Tenggara Timur juga termasuk bagian dari daerah yang tidak luput dari kasus stunting.
Pertanyaannya, mengapa terjadi stunting? Ini mungkin pertanyaan inti yang perlu mendapat jawaban secara logis dan ilmiah. Tidak main-main, dalam konteks NTT berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi stunting.
Pertanyaannya, berapa dana untuk penanganan stunting secara masif? Mungkin ini pertanyaan krusial juga yang perlu mendapat jawaban yang jelas dari pemangku kebijakan di NTT.
Belakangan ini, pihak lembaga Pendidikan Tinggi seperti IPB sangat antusias mengatasi masalah stunting di NTT? Mengapa mereka mau terlibat begitu jauh?
Baca juga: Bupati Belu Launching Pembentukan Pokja Penurunan Kematian Ibu, Bayi dan Stunting
Mungkinkah karena Lembaga Pendidikan tinggi kita di NTT tidak menaruh perhatian lebih terhadap soal ini? Jawabannya, bisa ia dan bisa tidak.
Menangani masalah stunting tentu tidak beda dengan bicara soal gizi buruk. Hal paling utama mengatasi stunting tentu berkaitan dengan mengatasi masalah gizi dalam masyarakat. Kalau makanan yang dikonsumsi warga tidak bergizi maka buntutnya kepada kurang gizi dan stunting.
Tentu kita mengacungkan jempol terhadap pihak IPB yang begitu getol ingin mengentaskan masalah stunting di NTT. Oleh karena itu, kita di NTT juga tentu jangan sampai dininabobokan dengan bantuan seperti itu.
Kita juga harus bisa berjalan cepat dan bergegas untuk menyelesaikan masalah kita. Sebab kita juga pasti tahu bagaimana caranya untuk bisa keluar dari masalah seperti ini. Paling tidak, Perguruan Tinggi yang begitu banyak jumlahnya di NTT harus ada yang konsen terhadap masalah kemanusiaan seperti ini.
Baca juga: Peserta Pelatihan Elsimil Ngaku Aplikasi Sangat Membantu Cegah Stunting
Dengungan soal penanganan masalah stunting selama ini justru datang dari Pemerintah dari berbagai level. Lalu bagaimana peran kita masyarakat. Kita juga jangan sampai hanya mengharapkan pemerintah.
Kita sendiri juga harus mampu untuk keluar dari persoalan ini. Kita juga harus secara masih mengatasi persoalan gizi dalam keluarga masing-masing.
Kalau hal ini tidak jadi perhatian maka keluhan soal stunting tetap bertambah dan akan tetap terdengar dengungannya dimana-mana.
Selama ini, orang kebanyakan tahu kalau soal stunting disebutkan di Dinas Kesehatan. Lalu pemerintah menambah anggaran untuk penanganannya. Soalnya, sekarang bagaimana hasilnya?
Tentu tidak semudah membalikan telapak tangan. Hari ini ditangani lalu esok berkurang. Semua harus berproses dan mengikuti jalur yang baik dan benar. Artinya, kita semua harus bertanggungjawab dengan masalah penanganan stunting mulai dari keluarga masing-masing. (*)
Baca Salam Pos Kupang Lainnya