Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 26 September 2021, Minggu Biasa XXVI: Radikal

Seorang kafilah sedang dalam perjalanan. Hari telah gelap dan malam tiba, ia menghentikan ontanya untuk beristirahat.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Minggu 26 September 2021, Minggu Biasa XXVI: Radikal (Mrk 9:38-43.45.47-48

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Seorang kafilah sedang dalam perjalanan. Hari telah gelap dan malam tiba, ia menghentikan ontanya untuk beristirahat.

Kafilah itu mendirikan kemahnya di padang pasir. Pada malam itu ia beristirahat dalam kemahnya, sedangkan ontanya kedinginan di luar kemah.

Onta itu seolah-olah memohon belas kasihan kepada tuannya, agar diperbolehkan masuk ke dalam kemah.

Mula-mula binatang itu memasukkan kepalanya ke dalam kemah, seakaan-akan berkata: “Tuan, aku kedinginan di luar, izinkan leherku dan kepalaku bernaung dalam kemahmu.”

Melihat kepala onta itu masuk ke dalam tenda, kafilah itu jatuh belas kasihan dan membiarkan onta itu memasukkan tubuhnya ke dalam kemah.

Apa yang terjadi? Onta itu pelahan-lahan memasukkan seluruh tubuhnya ke dalam kemah itu.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 25 September 2021: Kemuliaan Diri?

Akhirnya binatang itu mengobrak-abrik perkemahan kafilah itu.

Pesan: toleransi atas dasar belas kasihan sekalipun terhadap sebuah potensi kehancuran hidup mestinya tidak pernah boleh terjadi. Butuh sikap tegas.

Membiarkan satu celah sekecil apa pun terhadap benih dosa untuk memasuki ruang hidup, akan berbuah kehancuran seluruh keutuhan hidup.

Setan biasanya sangat lihai dan licik mengorek rasa kemanusiawian kita. Terlena berlebihan pada sebuah rayuan akan mengakibatkan kerusakan iman dan jiwa yang fatal.

Maka Yesus dalam Injil hari ini memberikan ajaran yang radikal.

Kata radikal berasal dari kata Latin “radix” yang berarti akar.

Radikalisme ajaran Yesus terbaca dalam ungkapan “cungkil mata”, “penggal tangan” dan “penggal kaki".

Dalam konteks tradisi Yahudi, kecondongan atau kecenderungan buruk manusia ada dalam ketiga anggota tubuh ini.

Dengan tangan orang mencuri, membunuh, memukul, menampar dan lain-lain.

Dengan kaki orang menginjak-injak, menendang, lari dari tanggung jawab dan sebagainya.

Dan mata sesungguhnya tidak pernah puas dan membangkitka nafsu.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 26 September 2021: Sudut Pandang Inklusif

Gaya bahasa hiperbola semitis ini merupakan ungkapan yang lazim pada zaman itu. Intinya adalah pesan keselamatan.

Yesus sampaikan pesan: merawat seluruh tubuh agar masuk Surga dengan utuh. Ukurannya adalah perilaku dan tindakan kita di atas dunia ini.

Ajaran Yesus ini sangat radikal karena pilihannya adalah kehidupan dan bukan kematian. Memilih kehidupan kelak setelah ziarah di dunia ini berarti berjuang seumur hidup mendisiplinkan seluruh diri agar tidak ada celah masuknya dosa yang berdaya merusak iman dan jiwa.

Toleransi terhadap benih dosa berarti bersiap-siap memasuki area kehancuran.  

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 23 September 2021: Rasa Cemas

Apa yang mesti kita lakukan agar iman dan jiwa kita tetap utuh memasuki gerbang kehidupan?

Pesan Yesus sangat radikal: Kita harus membuat pemutusan yang radikal terhadap setiap kebiasaan yang kita sukai, yang mungkin dapat menghimpit iman dan jiwa kita kepada jurang kematian abadi.

Kita mesti berani berkata “tidak” pada kecenderungan-kecenderungan buruk yang sekadar menikmatkan tubuh sesaat tapi berdaya menghancurkan jiwa dan iman secara kekal.

Kita belajar dari dua kisah nyata ini.

Pertama, Aron Alston, seorang pendaki tunggal di Canyonlands National Park, Utah, bulan April 2003, menghadapi pilihan yang mengerikan.

Dengan tidak sengaja dia menarik lepas sebuah batu yang sudah goyang berbobot 800 pon sekitar 400 kg, dan menghimpit dia di sebuah jurang dangkal yang sempit.

Pada hari keenam sejak kejadian itu, dia mulai kehilangan kesadaran. Ralston kemudian mengambil jalan satu-satunya yaitu memenggal tangannya dengan menggunakan pisau lipat yang tumpul.

Ia mengambil pilihan radikal tetapi dia memilih kehidupan di atas kematian.

Kedua, di Dublin, Irlandia, Mateus (Matthew) Talbot [1856-1925], seorang pecandu alkohol terlena dalam kenikmatan selama 15 tahun.

Ia menghadapi kelemahan-kelemahan dirinya dengan cara yang praktis. Salah satu strateginya adalah tidak pernah membawa uang dalam saku selama melakukan perjalanan apa pun.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 22 September 2021: Setia Ikut Yesus

Tanpa uang, ia tidak dapat membeli “miras”. Dia sendiri berani “memotong” apa yang tadinya telah menjadi kebiasaan buruknya sehari-hari.

Ia bergabung dengan Ordo III Sekular S. Fransiskus (OFS), melakukan pertobatan dengan keras, banyak berdoa, menghadiri Misa Kudus setiap hari dan melakukan devosi kepada Santa Perawan Maria.

Pada tanggal 3 Oktober 1975, Paus Paulus VI mendeklarasikan Matt Talbot sebagai Hamba Allah (Venerabilis), satu tahapan sebelum Beato.

Selamat hari Minggu! *

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 26 September 2021:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan I : Bilangan 11:25-29

Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi

Sekali peristiwa turunlah Tuhan dalam awan dan berbicara kepada Musa.

Kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang ada pada Musa, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua Israel.

Ketika Roh itu hinggap pada mereka, penuhlah mereka dengan Roh seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi.

Pada waktu itu masih ada dua orang tinggal di perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad.

Mereka itu termasuk orang-orang yang dicatat tetapi mereka tidak turut pergi ke kemah.

Ketika Roh itu hinggap pada mereka, penuhlah mereka itu dengan Roh seperti nabi di tempat perkemahan.

Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa, “Eldad dan Medad penuh Roh seperti nabi di tempat perkemahan!”

Maka menyahutlah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa, “Tuhanku Musa, cegahlah mereka!”

Tetapi Musa berkata kepadanya, “Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi, karena Tuhan memberikan Roh-Nya kepada mereka!”

Demikianlah Sabda Tuhan

Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan : 19:8.10.12-13.14

Refr.: Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan

  • Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.
  • Takut Tuhan itu suci, tetap utuh selama-lamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya.
  • Semua itu diperhatikan oleh hamba-Mu; memang besar ganjaran orang yang berpegang padanya. Tetapi siapa yang sadar akan kesesatannya? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.
  • Lindungilah pula hamba-Mu terhadap orang congkak; jangan sampai aku dikuasai olehnya! Maka aku akan menjadi tak bercela, dan bebas dari pelanggaran besar.

Bacaan II : Yakobus 5:1-6

Kekayaan sudah membusuk

Hai kamu orang-orang kaya, menangis dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!

Kekayaanmu sudah membusuk, dan pakaianmu sudah dimakan ngengat!

Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu, dan akan memakan dagingmu seperti api.

Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.

Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena kamu telah menahan upah para buruh yang telah menuai hasil ladangmu.

Dan keluhan mereka yang menyabit panenmu telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam.

Kamu telah hidup dalam kemewahan dan berfoya-foya di bumi!

Kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.

Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang jujur, dan ia tidak dapat melawan kamu

Demikianlah Sabda Tuhan

Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil: Yohanes 17:17b.a

Refr.: Alleluya, alleluya, alleluya

Firman-Mu adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran

Bacaan Injil: Markus 9:38-43.45.47-48

Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah

Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu.

Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.”

Tetapi Yesus berkata, “Janganlah kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.

Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan ganjarannya.

Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut.

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua belah tangan dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan.

Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua kaki dicampakkan ke dalam neraka.

Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati, dan api tidak padam.

Demikianlah Injil Tuhan

Terpujilah Kristus

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved