Unwira Kupang

Dosen Unwira Kupang dan Ibu-ibu Desa Amakaka Lembata Luncurkan Keripik Singkong Ile Ape

Sejumlah ibu-Ibu dari desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, wilayah terdampak bencana banjir di Lembata, pada Jumat kemarin sibuk membuat keripik singkong

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Ferry Ndoen
Foto/Ricko Wawo
Sejumlah ibu-Ibu dari desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, wilayah terdampak bencana banjir di Lembata, pada Jumat kemarin sibuk membuat keripik singkong di lokasi pengungsian mandiri, Balaalen, Kecamatan Ile Ape. Mereka dibagi menjadi dua kelompok. Kegiatan pembuatan keripik kentang ini didampingi langsung oleh Dosen Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Gerardi Tukan dan seorang mahasiswi, Fani Sabon. Kegiatan ini bagian dari program Pengabdian Masyarakat yang dilakukan salah satu kampus swasta terbesar di NTT tersebut. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM-LEWOLEBA-Sejumlah ibu-Ibu dari desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, wilayah terdampak bencana banjir di Lembata, pada Jumat kemarin sibuk membuat keripik singkong di lokasi pengungsian mandiri, Balaalen, Kecamatan Ile Ape.

Mereka dibagi menjadi dua kelompok. Kegiatan pembuatan keripik kentang ini didampingi langsung oleh Dosen Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Gerardi Tukan dan seorang mahasiswi, Fani Sabon. Kegiatan ini bagian dari program Pengabdian Masyarakat yang dilakukan salah satu kampus swasta terbesar di NTT tersebut.

Menurut Gerardi, kegiatan pengabdian masyarakat ini bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-39 Unwira Kupang, pada 24September 2021 dan sekaligus peluncuran produk panganan olahan ibu-ibu desa Amakaka yang yang diberi nama Keripik Kentang Ile Ape.

Dosen Kimia Fakultas MIPA itu sudah ada di Ile Ape sejak Sabtu lalu. Dia mengajak warga desa Amakaka khususnya para ibu untuk mengolah singkong atau ibu kayu yang sangat banyak tumbuh di wilayah Ile Ape, menjadi keripik yang lebih bernilai ekonomis.

Selama ini, ujarnya, ubi kayu hanya dijadikan pakan ternak babi. Namun, saat banyak ternak babi diserang virus Afrika (ASF), singkong dibiarkan begitu saja di kebun dan tak dimanfaatkan sama sekali.

Baca juga: Ingin Nonton Langsung PON XX Papua 2021 ? Ini Beberapa Syarat Penting Penonton Masuk ke Venue

Gerardi Tukan punya alasan mendasar memilih singkong Ile Ape. Menurut analisanya, tanah perkebunan di Ile Ape menghasilkan singkong dengan tekstur yang bagus dan berkualitas.

“Tekstur ubinya bagus karena kondisi tanahnya mendukung. Sehingga ubinya kalau dijemur itu renyah. Bisa diolah jadi cemilan,” papar dia.

Singkong yang sebelumnya hanya dijadikan makanan ternak, kata Gerardi Tukan, kemudian diolah untuk jadi makanan manusia bernilai ekonomis tinggi dalam bentuk keripik.

“Panas matahari ini juga dilihat sebagai potensi untuk menjemur singkong jadi keripik nantinya. Saya ajak masyarakat di sini untuk lihat tantangan sebagai potensi,” kata dosen yang juga mengajar Teknologi Pengolahan Pangan itu.

Baca juga: Info Sport, Presiden Jokowi Dipastikan Membuka Gelaran PON XX Papua pada 2 Oktober 2021

Menurut dia, sebagai tahap awal salah satu tujuan pasar produk Keripik Singkong Ile Ape adalah civitas akademika Unwira Kupang dan kampus-kampus lainnya yang ada di Kota Kupang. Oleh sebab itu, dunia pendidikan seperti perguruan tinggi juga harus menjadi penggerak pertama pengelolaan pangan lokal di NTT.

Peluncuran (launching) Keripiki Singkong Ile Ape juga dihadiri langsung oleh Camat Ile Ape Simon Langoday yang mengapresiasi Unwira Kupang dan ibu-ibu desa Amakaka.

Dia mengucapkan terima kasih kepada Unwira untuk aktivitas pemberdayaan masyarakat kepada warga penyintas bencana.

“Hari ini kita berhadapan dengan pekerjaan yang tidak perlu kursus ini. Potensi dasar sudah ada. Singkong ini biasa kita utamakan untuk pakan ternak. Sekarang over produksi singkong karena babi mati semua. Tapi dengan ini ubi sudah punya nilai ekonomis,” ujar Simon Langoday.

Menurut dia, bila kelompok yang memproduksi keripik tersebut bisa konsisten maka bukan tidak mungkin produk panganan lokal itu bisa jadi alternatif pendapatan lain bagi masyarakat.

Disaksikan Pos Kupang, ibu-ibu desa Amakaka tampak bersemangat mengolah singkong menjadi keripik. Singkong yang diambil langsung dari kebun dibersihkan, diiris, dikukus, dijemur dan diolah untuk menjadi keripik kentang. *)

Berita Lembata Lainnya :

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved