KKB Papua

Tokoh Pemuda Papua Ini Berani Sebutkan Papua Merdeka Ideologi Menyesatkan, Begini Ciri Pengikutnya

Di tengah suasana Papua yang amat mencekam, sosok yang satu ini berani tampil dan melakukan perlawanan terhadap KKB Papua.

Editor: Frans Krowin
Tribunnews.com
Tokoh Pemuda Papua yang satu ini, Albert Ali Kabiay berani melontarkan pernyataan yang menyebutkan Papua Merdeka merupakan Ideologi yang menyesatkan. Sorotannya itu pasca insiden di Distrik Kiwirok dimana KKB Papua melecehkan dan membunuh tenaga kesehatan, Gabriela Meilani. Tribun-Papua, Musa Abubar 

POS-KUPANG.COM – Di tengah suasana Papua yang amat mencekam, sosok yang satu ini berani tampil dan melakukan perlawanan terhadap KKB Papua.

Figur ini bahkan secara blak-blakan menyebutkan bahwa Papua Merdeka merupakan ideologi yang menyesatkan.

Sosok tersebut adalah Ketua Pemuda Adat Wilayah II Saireri Nabire yang juga Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora Provinsi Papua, Albert Ali Kabiay.

Dia secara lantang menyebutkan bahwa Papua Merdeka merupakan ideologi yang menyesatkan masyarakat setempat.

Pasalnya, lanjut Alber Ali Kabiay, Ideologi Papua Merdeka, sebenarnya ungkapan rasa sakit hati yang ditinggalkan Belanda.

Kala itu, Belanda tidak mau melepaskan Papua ke Indonesia sehingga munculnya rasa sakit hati dan itu kemudian diwariskan ke orang Papua.

Baca juga: Puan Maharani Geram Dengar KKB Papua Lecehkan Tenaga Kesehatan, Begini Kata Ketua DPR RI Ini

"Jadi sebenarnya Belanda-lah yang tak mau melepaskan Papua ke tangan Indonesia," ujar Ali dalam kajiannya yang diterima Tribun-Papua.com, Sabtu 18 September 2021.

Ali berasumsi bahwa perjuangan suatu bangsa yang besar untuk mencapai kemerdekaan, ditentukan oleh ideology.

Ideologi yang dimaksud, adalah ideologi yang dapat mengatur seluruh pola bernegara, sehingga negara tersebut menjadi kuat dan kokoh.

Seperti halnya Indonesia yang memiliki Ideologi Pancasila yang dapat mengatur dan mempersatukan seluruh suku bangsa yang ada di Tanah Air.

"Sudah tentu yang benar adalah ideologi yang selalu membimbing rakyat dan negaranya ke jalan yang benar, termasuk mengatur norma-norma sosial yang positif," ujarnya.

Namun, kata Ali, ada juga ideologi yang justeru membuat rakyatnya menderita. Bahkan ideology yang membuat masyarakat meregang nyawa.

Baca juga: Kemenkes Berduka atas Tindak Kekerasan terhadap Nakes Oleh KKB Papua di Distrik Kiwirok Papua 

Ideologi semacam itu yang ditebarkan di Papua saat ini. Bahwa agar Papua bisa merdeka, maka yang harus dilakukan adalah membuat rakyat menderita, membuat rakyat merenggang nyawa.

Ideologi semaca Papua Merdeka itu, katanya, akan membuat rakyat seperti ini. Ini namanya ideologi yang menyesatkan.

"Dan, rakyat akan menjadi semakin menderita jika mengikuti ideologi sesat seperti ini," tandasnya.

"Rakyat sipil yang tak tahu apa-apa turut dibantai, dibakar, diperkosa dan dibunuh secara sadis. Seperti yang mereka lakukan terhadap tenaga medis di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Binjtang," ujar Ali.

Ali juga sempat membeberkan ciri-ciri kelompok atau individu yang merupakan pengikut Ideologi Papua Merdeka.

Ada pun 11 ciri-ciri kelompok pengikut aliran sesat Ideologi Papua Merdeka  iti sebagai berikut:

Ilustrasi kelompok separatis Papua atau biasa disebut KKB Papua yang melancarkan aksi yang menewaskan warga sipil, TNI, Polri, guru, tenaga kesehatan dan para pekerja yang ada di Papua
Ilustrasi kelompok separatis Papua atau biasa disebut KKB Papua yang melancarkan aksi yang menewaskan warga sipil, TNI, Polri, guru, tenaga kesehatan dan para pekerja yang ada di Papua (Tribunnews.com)

Baca juga: Insiden Mengerikan Di Kiwirok Diotaki KNPB Libatkan KKB Papua, Danrem Izak Pangemanan Bilang Begini

1.   Menganggap bahwa manusia lain yang bukan sesama ras atau suku adalah musuh yang harus dibantai.

2.   Menganggap bahwa ras pengikut ideologi tersebut adalah ras yang unggul, sehingga kelompok pengikut           ideologi ini tidak menghargai ras atau suku lain dari luar Papua.

3.   Menerapkan prinsip oligarki kesukuan sehingga hanya suku tersebut saja yang dilindungi.

4.   Selalu menggunakan cara-cara kekerasan, pembunuhan, pembantaian, dan pembakaran untuk menyelesaikan suatu persoalan, sehingga korban akan terus berjatuhan baik itu korban jiwa maupun korban materil.

5.   Selalu melawan Pemerintahan yang sah dengan berbagai alasan yang tidak tepat.

6.   Menggunakan propaganda berita-berita hoax untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah.

7.   Menggunakan Hak Asasi Manusia ( HAM ) sebagai dalil untuk perjuangan idelogi politik.

8.   Menggunakan momen tertentu untuk menyerang aparat keamanan dan pemerintahan yang sah.

9.   Menggunakan agama sebagai pembanding untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah.

Baca juga: Komandan KKB Papua Ditembak Mati, Fakta Diungkap Dandim Yahukimo Christian Irreuw, Begini Kisahnya

10.               Suka meneror rakyat sipil dan aparat keamanam, merampok, merusak fasilitas umum, membunuh bahkan melakukan kejahatan seksual kepada warga yang tidak bersalah.

11.               Memiliki rasa takut yang berlebihan (paranoid), memiliki rasa curiga yang berlebihan kepada negara dan orang lain.

Begini Kisah Mantri Marselinus Tentang Kekejaman KKB di Kiwirok

Marselinus Ola Attanila mantri di Distrik Kiwirok Kabupaten Pegunungan Bintang tak menyangka akan menjadi korban keganasan kelompok separatis teroris Papua.

Ia yang sudah satu setengah tahun mengabdi di Papua itu nyaris menjadi korban pembantaian.

Beruntung, ia berhasil selamat setelah peristiwa penyerangan tenaga medis dan pembakaran di Kiwirok terjadi pada Senin 13 September 2021 lalu.

Kisah pembantaian sadis oleh kelompok separatis kepada tenaga medis di wilayah itu diceritakannya  dengan detail,  sambil meneteskan air mata.

Ia mengatakan, pihaknya sudah mengetahui akan adanya penyerangan dari kelompok tersebut kepada pos aparat TNI-Polri di wilayah itu.

Bersama nakes lainnya, ia dimintai warga agar tetap berada di tempat untuk melakukan perawatan bila ada korban.

“Berawal pada pukul 07.00 WIT, setelah mendapat informasi itu kami nakes mengambil langkah  bijak untuk tetap tenang di dalam barak medis dan Puskesmas.  Kami siap sedia melayani jika ada korban,” ujar Marselinus Ola di Makodam Cenderawasih sesaat setelah tiba, Jumat 17 September 2021.

Sekitar pukul 9.00 WIT ia mendengar letusan senjata di Pos TNI Kiwirok yang berada di ketinggian.

Karena merasa tak akan menjadi sasaran, dirinya dan nakes lainnya tetap memilih menjalankan tugas.

“Pukul 9.05 WIT keadaan berbalik, KKB memukul kaca puskesmas, melempari gedung puskesmas dan mulai menyiram bensin dan melakukan pembakaran pertama."  

"Hanya beberapa saat saja, mereka kembali merusak dan membakar barak dokter yang berada di sebelah Puskesmas Kiwirok,” katanya.

Di dalam barak tersebut, terdapat lima tenaga medis yaitu dr. Restu Pamanggi, mantri Lukas Luji, suster Siti Khodijah dan mantri Martinus Deni Satya.

KKB kemudian semakin brutal dan menyerang petugas yang berada di barak dokter.

“Dokter dan petugas lainnya memilih keluar. Mereka berhamburan lari terpisah,” katanya lagi.

Saat mencoba menyelamatkan diri, dokter Restu Pamanggi ditangkap dan dianiaya kemudian ia digiring ke jurang dan ditendang ke arah jurang. Ia berhasil selamat dengan kondisi patah tangan.

Tak sampai di situ, kelompok separatis yang dipimpin Lamek Taplo ini kembali menuju barak medis lainnya dan melakukan pengrusakan dan pembakaran.

Di dalam barak tersebut terdapat 6 tenaga medis termasuk dirinya dan almarhumah Suster Gabriella Meilan.

Melihat kondisi yang sangat mengancam nyawa, ia meminta tiga suster bersama dirinya untuk keluar.

“Mereka karena perempuan dan terlalu takut sehingga memilih tetap di dalam barak. Makin lama asap makin tebal, saya memilih untuk berlindung bersama suster yang ada di dalam kamar mandi,” ungkapnya.

Tak tahan dengan kondisi nyala api yang semakin besar, ia bersama korban lainnya memberanikan diri untuk keluar dari barak tersebut.

Namun, saat menyelamatkan diri ke depan barak, KKB dengan brutal ingin menyerang dirinya.

Ia selanjutnya berbalik arah dan mencoba lari ke arah jurang di belakang barak.

“Di situ juga ada KKB dengan senjata, kami lalu selamatkan diri ke rumah warga. Mereka juga ada di situ, kami sembunyi di WC rumah warga tapi mereka  bakar juga, mereka makin brutal dan kemudian membakar pasar, rumah distrik dan fasilitas lain. Kami keluar dari kamar mandi warga dan selamatkan diri ke arah jurang dan tanpa pikir panjang kami lompat ke jurang,” jelasnya lagi.

Mantri Ola pun tak mengira, saat tiba di jurang KKB masih melakukan pengejaran terhadap ia dan kedua rekannya.

Beruntung, ia tersangkut di akar pohon dan bersembunyi. Sementara suster Gabriella, suster Kristina Sampe dan Suster Katriyanti Tandila yang sempat tersangkut malah ditangkap KKB.

“Mereka memperlakukan ketiga suster secara sesuka hati,” ucapnya sambil menahan air mata.

Ketiga korban pingsan dan kemudian dibuang ke jurang kembali. Tak sampai di situ saja, kelompok tersebut mengikat para korban dan kembali menganiaya dan membunuh suster Gabriela Meilan.

Saat kejadian itu, tenaga medis lainnya yang tadinya berada di barak dokter  juga berusaha menyelamatkan diri ke Pos TNI Kiwirok.

“Paman Geral Sukoi yang lari bersama dokter sampai saat ini belum ditemukan,” singkatnya.

Setelah situasi dilihatnya mulai aman, ia kemudian memilih untuk keluar dari tempat persembunyiannya dan mengamankan diri ke pos Kiwirok bersama tenaga medis lainnya yang selamat. (*)

Berita Lain Terkait KKB Papua

Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul sebagai berikut: 11 Ciri-ciri Ideologi Papua Merdeka Menurut Ali Kabiay

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved