Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 15 September 2021, Pesta SP Maria Berdukacita: Ibu yang Memendam Duka
Seorang ibu mencintai anak-anaknya dengan sepenuh hati. Tak pernah mengharapkan balas dari jasa yang takkan pernah terbalaskan itu.
Renungan Harian Katolik Rabu 15 September 2021, Pesta SP Maria Berdukacita: Ibu yang Memendam Duka (Yohanes 19:25-27)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Seorang ibu mencintai anak-anaknya dengan sepenuh hati. Tak pernah mengharapkan balas dari jasa yang takkan pernah terbalaskan itu.
Benar kata pepatah, “Kasih anak sepanjang galah, kasih Ibu sepanjang jalan.”
Ini sekedar gambaran betapa kecintaan dan kasih sayang seorang ibu abadi sepanjang masa, tak pernah putus dan pupus.
Ada seorang Ibu yang harus menerima kenyataan tragis. Anaknya dipanggil lebih dulu menghadap Tuhan. Hidup beliau begitu hancur dan penuh kesedihan. Seolah kehilangan segala-galanya dan ingin mengakhiri dunia.
Saat ditanya perasaannya, sang Ibu hanya terdiam, bisu. Beliau tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Pasti lebih sedih dan sakit dari apa pun itu.
Selama ini beliau berusaha melupakan dan keluar dari kesedihan yang mendalam itu dengan gemar bercanda dan senyum tak lepas tersungging dari bibirnya.
Tapi siapa sangka, di balik keceriaan itu ada duka terpendam yang dengan susah payah disembunyikan. Duka yang sangat sulit untuk dilepaskan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 14 September 2021, Pesta Salib Suci: Memandang Dia
Ada luka di balik keceriaan itu. Ada duka di balik candaan itu. Ada tangis di balik senyum manis itu. Dan hanya Ibu itu dan Allah saja yang tahu.
Ibu, pastilah dia seorang yang paling sakit dan terpuruk ketika ditinggal duluan oleh anaknya. Karena dia adalah sosok yang paling dekat dengan anaknya. Seorang yang sangat mencintai anaknya, lebih dari mencintai dirinya sendiri.
Kita sangat kenal dengan sosok seorang Ibu yang bernama Maria. Dia itu Ibu Yesus. Dia-lah yang mengandung dan melahirkan Yesus. Dia-lah yang mengasuh dan membesarkan-Nya dengan kasih. Pasti betapa dekatnya Maria dengan Yesus, anak satu-satunya. Ada ikatan kasih yang menyatukan hati mereka berdua.
Tak terbayangkan, pun tak bisa tergambarkan, betapa dahsyatnya duka Ibu yang bernama Maria. Duka yang begitu perih dan menyayat hati. Ia ditinggal pergi secara tragis oleh Sang buah hatinya.
Tak seorang pun dapat melukiskan kepedihan mendalam di hati Maria. Anaknya yang tak bersalah divonis hukuman mati.
Di depan mata ia menyaksikan sendiri, Sang Putera diolok dan diludahi; dilecuti dan dipukuli; dihina dengan mahkota duri.