Berita Ngada

YBL dan Tiga Gapoktan di Bajawa Utara Panen Perdana Bambu di Desa Genamere

Yayasan Bambu Lestari dan Tiga Gapoktan di Bajawa Utara Panen Perdana Bambu di Desa Genamere

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/TOMMY MBENU NULANGI
Koordinator Projeck YBL Area Flores, Paskalis Lalu memotong perdana bambu secara simbolis di Desa Genamere, Jumat 3 September 2021. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi

POS-KUPANG.COM, BAJAWA-Yayasan Bambu Lestari (YBL) bekerjasama dengan tiga Gabungan Kelompok Tani ( Gapoktan) di Kecamatan Bajawa Utara yakni Gapoktan Genamere, Inegena, dan Watukapu melakukan panen perdana bambu di Desa Genamere, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada, Jumat 3 September 2021.

Pemanenan perdana bambu di wilayah tersebut mendapat antusias dari masyarakat setempat. Masyarakat sangat bersyukur, karena bambu mereka bernilai ekonomis. Padahal selama ini bambu hanya digunakan sebagai kayu bakar dan membuat bangunan. Namun dengan kehadiran YBL, bambu di daerah tersebut dibeli untuk kepentingan industri.

Berdasarkan pantauan yang dilakukan Pos Kupang, hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua Gapoktan Desa Genamere Albertus Kaju, Ketua Gapoktan Desa Watukapu, Paulus Kua, Ketua Gapoktan Desa Inegena Adrianus Weto, Penjabat Kepala Desa Genamere Blasius Sawu, Kepala Desa Watukapu Siprianus Sawu, Koordinator Projeck YBL Area Flores Paskalis Lalu dan sejumlah anggota Gapoktan lainnya.

Baca juga: Anggota DPR RI, Dipo Nusantara Kembali Gelar Vaksinasi Massal di Kabupaten Ngada

Ketua Gapoktan Desa Genamere, Albertus Kaju mengatakan bahwa, sebelumnya bambu tidak ada nilai ekonomis bagi masyarakat di Desa Genamere. Namun setelah adanya pendampingan dari YBL selama setahun lebih sehingga pada hari ini, pihaknya memanen perdana bambu di desa tersebut.

Untuk itu, sebagai ketua Gapoktan, dirinya merasa senang dengan adanya pendampingan dari YBL yang selama ini sudah berupaya untuk menjadikan bambu sebagai salah satu sumber ekonomi keluarga di Desa Genamere.

"Kami diberi pendampingan oleh YBL, memilih rumpun bambu yang baik, kemudian mendata rumpun bambu dan diinput ke YBL, dan pada hari ini kami panen perdana bambu di desa ini," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Gapoktan Desa Watukapu, Paulus Kua, mengucapkan terima kasih kepada YBL yang sudah menfasilitasi masyarakat di Desa Watukapu untuk mengembangkan tanaman bambu. Menurutnya, sebelum adanya pendampingan, pihaknya merasa bambu tidak ada nilai ekonomis. Bahkan, pihaknya sempat berpikir ingin memusnahkan bambu karena bambu menghambat pertumbuhan tanaman lain.

Baca juga: Dua Bendahara Desa Lanaimai 1 di Kabupaten Ngada Ditetapkan Sebagai Tersangka

"Jadi setelah ada pendampingan dari YBL dan ikut sekolah lapangan kami terpaksa mengurungkan niat untuk tidak memusnahkan bambu tetapi mengembangkan bambu, karena bambu menjadi sumber pendapatan baru bagi kami," ungkapnya.

Ketua Gapoktan Desa Inegena, Adrianus Weto mengakui bahwa, bambu sudah menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat di Desa Inegena. Untuk itu, ia sangat berharap, YBL dan PT Indo Bambu terus melakukan pendampingan dan juga membeli bambu masyarakat.

"Karena berdasarkan pendataan, potensi bamdu di dalam kawasan itu sebanyak 112 rumpun sehingga kami berharap YBL terus membeli bambu kami karena sudah ada nilai ekonomis," ungkapnya.

Penjabat Kepala Desa Genamere, Blasius Sawu mengatakan bahwa, pemerintah desa Genamere sudah mengalokasikan anggaran senilai Rp. 10 juta supaya para anggota Gapoktan untuk mengikuti sekolah lapangan di YBL pada tahun 2019. Namun karena pandemi covid-19, maka dana tersebut tidak dipakai. Memasuki tahun 2020, pihaknya kembali mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 10 juta namun tidak dapat dilaksanakan karena dipakai untuk penanganan covid-19.

"Pada tahun 2021 ini, kami paksanakan untuk menggunakan anggaran itu, dan mereka sudah melaksanakan sekolah lapangan. Anggota Gapoktan akhirnya sudah memahami bagaimana budidaya bambu sebagai salah satu sumber ekonomi keluarga," ujarnya.

Pada tempat yang sama, Kepala Desa Watukapu, Siprianus Sawu menjelaskan, dengan kehadiran YBL dan PT Indo Bambu dalam kegiatan panen perdana bambu, membuat dirinya merasa tergerak hati untuk mendukung program pengembangan bambu.

Pasalnya, bambu yang sebelumnya menjadi tanaman yang tidak dianggap, karena tidak memiliki nilai ekonomis, namun sekarang sudah menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat. Untuk itu, pemdes Watukapu, pada tahun anggaran 2022 akan mengintervensi program pengembangan tanaman bambu melalui dana desa.

"Karena ada nilai ekonomis, maka kita akan intervensi dengan dana desa untuk pengembangan dan peningkatan tanaman bambu di Desa Watukapu," jelasnya.

Koordinator Projek YBL Area Flores, Paskalis Lalu mengatakan bahwa, memang wilayah Kecamatan Bajawa Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi tanaman bambu. Karena potensi bambu sangat menjanjikan, maka hal tersebut harus dikembangkan untuk membantu meningkatkan ekonomi masyarakat.

Dijelaskannya, untuk mengembangkan tanaman bambu, YBL melakukan pendampingan kepada masyarakat mulai dari proses penguatan kelembagaan, prosee indentifikasi potensi bambu, dan mengikutisertakan anggota Gapoktan dalam kegiatan sekolah lapangan.

"Memang ada kekhawatiran dari masyarakat bagaimana ketika mereka sudah menanam bambu dan nanti tidak ada yang beli, nah kami mau membuktikan kepada masyarakat bahwa hari ini produksi perdana bambu. Sehingga dengan kegiatan ini, pemerintah desa dan masyarakat yakin bahwa kami sangat serius dengan program pengembangan bambu sebagai salah satu sumber pendapatan ekonomi masyarakat," ujarnya.

Paskalis menjelaskan, terkait pemasaran bambu, pihaknya sudah bekerjasama dengan salah satu perusahaan yakni PT Indo Bambu, sehingga bambu yang diberi dari masyarakat kemudian diolah menjadi produk bambu.

"Susah ada pabrik di Flores ini, tepatnya di Kabupaten Nagekeo, Desa Aewoe sehingga bambu ini diproses disana untuk dijadikan produk bambu. Jadi proses setengah jadinya di sana," ungkapnya.

Paskalis menerangkan bahwa, dalam satu lonjor bambu dihargai senilai Rp. 25 ribu. Namun semua masyarakat yang ikut memotong dan mengangkat bambu juga tetap dihargai, sehingga pemberdayaan terjadi disana.

"Kalau nanti masyarakat sudah mampu mengelolah bambu mereka sendiri, maka harga pasti berubah," pungkasnya. (*)

Baca Berita Ngada Lainnya

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved