Berita Kota Kupang

Kerja Keras Migel Dano, Penyandang Disabilitas Raih Sarjana Meski Yatim Piatu

Miji kembali melihat namun tidak membuahkan hasil. Miji yang ceriah berubah menjadi seorang netra yang tak berpengharapan

Editor: Rosalina Woso
Dok. Pribadi
Migel Dano, S.Th usai diwisudakan.  

Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Migel Dano, S.Th, begitulah nama lengkap seorang penyandang disabilitas netra di ujung terselatan Indonesia, yang tak pernah patah arang kendati cobaan silih berganti menghantam hidupnya.

33 Tahun silam, tepatnya tanggal 1 Mei 1988, buah hati dari pasangan suami isteri, almarhumah Hawa Bendelina Malelak dan Almarhum Ekber Dano, lahir ke bumi. Bayi laki - laki kecil itu diberi nama Migel Dano.

Migel merupakan anak satu - satunya dari pasutri ini. Ia begitu disayang oleh kedua orang tuanya.

Namun, kasih sayang yang dirasakan Migel tidak bertahan lama. Sekitar usia 5 tahun, Miji, demikian sapaan akrab Migel, harus rela kehilangan kasih sayang, karena ibunya dipanggil sang khalik.

Miji dirawat oleh Ayah dan bibinya. Ia bertumbuh dengan sempurna dan menjalani kehidupan secara normal.

Waktu berlalu secepat hembusan angin. Migel kecil bertumbuh menjadi pria dewasa. Kepada awak media, Miji menceritakan kisahnya, Rabu 25 Agustus 2021. 

Miji mengenyam pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Pantai Baru, di Desa Tesabela, Kecamatan Pantai Baru, Kabupaten Rote Ndao

Baca juga: Dinkes Kota Kupang Enggan Komentari  Penutupan Lab Biokesmas, Sebut Hanya Beri Peringatan

22 Januari 2007, merupakan hari yang akan selalu dikenang Miji sepanjang Ia masih bernapas.

Betapa tidak, tinggal beberpa bulan lagi  mengikuti Ujian kelulusan tingkat SMA, di tanggal keramat itu, Miji mendapat musibah.

Ia ditampar oleh seorang oknum guru, dan saat itu dunia menjadi gelap. Saraf penglihatannya putus. Miji kehilangan matanya.

Berbagai upaya dilakukan agar Miji kembali melihat namun tidak membuahkan hasil. Miji yang ceriah berubah menjadi seorang netra yang tak berpengharapan kala itu.

Satu tahun bermuram durja di kampung halaman, Miji kemudian mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikannya.

Keputusan Miji tidak mendapat restu ayah kandungnya. Kendati demikian, Ia tidak pasrah pada keadaan dan keputusan ayahnya.

Baca juga: Amankan PPKM IV, Kasat Pol PP Kota Kupang bersama Tim Satgas Operasi Tempat Gym

Tahun 2009, Miji dibantu seorang kerabat "kabur" ke Kupang menggunakan kapal ferri  ASDP. Ia kemudian mendaftarkan diri pada sebuah sekolah luar biasa di Kota Kupang.

Awal menjadi tunanetra cukup sulit bagi Miji. Ia harus belajar menggunakan tongkat dan membiasakan diri melihat segala sesuatu dengan mata batin.

Dalam keterbatasannya, Miji terus berjuang dan belajar. Selain mempelajari huruf braille, Miji juga belajar mengoperasikan handphone dan laptop.

Tidak mudah untuk menguasai peralatan berbasis tekhnologi itu. Apalagi bagi seorang tunanetra. Awalnya sangat sulit, karena hanya mengandalkan pendegaran dan perabaan.

Namun dengan niat yang kuat,  keyakinan dan semangat, serta terus berlatih, Miji akhirnya mampu mengoperasikan komputer/ laptop. Bahkan Miji mampu mengetik dengan lancar menggunakan sepuluh jari.

Selain, belajar ilmu pengetahuan di sekokah, Miji juga belajar orientasi dan mobilitasi. Miji harus mengenal lokasi sekitar dengan perabaan, tapi menggunakan tongkat. Ia juga harus membiasakan diri berjalan menggunakan tongkat.

Baca juga: Amankan PPKM IV, Kasat Pol PP Kota Kupang bersama Tim Satgas Operasi Tempat Gym

Selain itu, Miji belajar keterampilan teraphi refleksi acupresure. Ilmu itu akhirnya digunakan untuk mengumpulkan kepingan rupiah guna melanjutkan hidup dan studi ke perguruan tinggi.

Tahun 2012, Miji menamatkan pendidikannya di tingkat menengah atas. Miji mendaftar ke salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Kupang, yakni Sekolah Tinggi Agama Kristen Informatika Timor.

Awalnya Ia ditolak lantaran kondisinya yang tidak bisa melihat. Miji tak menyerah begitu saja. Ia meyakinkan para dosen dan rektor bahwa Ia mampu mengoperasikan komputer, mampu membaca layaknya orang normal.

Ia menunjukan semua kemampuannya tersebut, akhirnya diterima sebagai mahasiswa di jurusan theologia.

Empat tahun menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, Miji akhirnya menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar Sarjana Theologi.

Walau dalam keterbatas fisik, Miji tetap menjalankan misinya sebagai pekabar injil. Selain itu, Ia menolong banyak orang dengan keterampilan teraphi refleksi acupresure.

Baca juga: DPD NasDem Kota Kupang Sebut Dua Kadernya Siap Maju di Pilwalkot 2024

Tahun 2018, badai kembali menerpa hidup Miji. Ayah Miji dipanggil pulang oleh pemilik hidup dan kehidupan.

Sungguh menyedihkan. Miji menjadi yatim piatu yang harus berjuang dalam keterbatasan sebagai seorang disabilitas netra. Miji tidak tenggelam dalam kesedihan. Ia bangkit dan terus berjuang menjalani kehidupannya. 

Bertahan di Tengah Badai Kehidupan

Miji terus mengasah kemampuannya secara otodidak di bidang teknologi dan informatika.

Selain itu, Ia juga mengikuti pelatihan ko

Baca juga: Amankan PPKM IV, Kasat Pol PP Kota Kupang bersama Tim Satgas Operasi Tempat Gym

mputer yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Tahun 2020 Miji mendapat kesempatan untuk yang kedua kalinya ikut pelatihan dari kementerian kominfo di Labuhan Bajo, Manggarai Barat.

"Waktu itu program e-comers yang saya pilih dan akhir dari pelatihan itu ada kompetisi dan saya berhasil meraih juara 2," kenang Miji.

Badai Seroja menerjang, dilanjutkan dengan Pandemi COVID-19. Banyak orang mengeluh dan putus asa. Namun Miji tetap berjuang dengan penuh syukur.

Berkat pelatihan e-comers yang diikutinya, serta tekad yang kuat, Miji mampu menciptakan lapangan kerja untuk dirinya.

Ia membuka usaha Se'i Ikan (Ikan Asap). Penjualan dilakukan secara online,  menggunakan media sosial.

Baca juga: DPD NasDem Kota Kupang Sebut Dua Kadernya Siap Maju di Pilwalkot 2024

Ia bersinergi dengan para nelayan dan penjual ikan. Ikan yang Ia peroleh kemudian diolah menjadi Se'i Ikan yang lezat dan halal.

Saat ini Se'i Ikan Miji sudah cukup dikenal di wilayah Kabupaten Rote Ndao. Namun karena keterbatas modal dan peralatan sehingga Ia masih memproduksi dalam jumlah kecil.

Miji bermimpi, suatu ketika usahanya bisa lebih maju dan menjadi berkat bagi sesama.

Ia berpesan untuk sesama kaum disabilitas, bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk berkarya atau berusaha. 

"Manusian boleh terbatas, tetapi Tuhan tidak terbatas dalam segala hal. Saya mampu berdiri teguh dalam keterbatasan saya, dan melampaui badai kehidupan karena Tuhan bersama saya," tandas Miji.

"Bagi yang non disabilitas, saya berpesan kalau saya saja yang disabilitas punya semangat untuk bangkit dan melakukan banyak hal, maka tidak ada alasan bagi nondisabilitas untuk tidak berkarya dan tenggelam dalam pengeluhan," tutup Miji, memotivasi. (*)

Berita Kota Kupang Terkini

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved