Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 25 Agustus 2021: Manusia Biasa
Renungan Harian Katolik hari ini 25 Agustus 2021, Pater Steph Tupeng Witin SVD menulis dengan judul Manusia Biasa. Tersedia teks lengkap bacaan.
Renungan Harian Katolik Rabu 25 Agustus 2021: Manusia Biasa (Mat 23: 27-32)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Marcus Tullius Cicero, Filsuf dan Negarawan Romawi, mengatakan,”Setiap manusia bisa berbuat kesalahan, tetapi hanya orang idiot yang gigih mempertahankan kesalahannya.”
Ungkapan ini sesungguhnya memuliakan salah satu keunggulan dalam diri manusia yang membedakannya dari makhluk hidup lain: hati nurani. Setiap tindakan yang keliru bahkan salah akan digugat dan dilawan oleh suara hati nurani.
Orang beriman yakin bahwa hati nurani adalah suara Allah yang hadir dalam diri manusia. Sebuah kesalahan tentu bertentangan dengan hati nurani. Pasti ada gejolak atau sekurang-kurangnya hati tidak tenang.
Maka manusia senantiasa digerakkan untuk membuka kesalahan itu untuk memerdekakan hati nurani dari represi rasa bersalah yang berkepanjangan.
Orang Katolik memiliki salah satu sakramen yang zaman ini paling kerap diabaikan yaitu sakramen pengakuan dosa dimana melaluinya manusia bertemu dengan Tuhan secara pribadi.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 25 Agustus 2021: Cover dan Isi
Proses rekonsiliasi antara manusia dan Allah itu melahirkan sebuah komitmen baru: tidak jatuh lagi dalam dosa yang sama.
Sebuah perjuangan membarui diri agar menjadi manusia baru di atas dasar kerapuhan dan keterbatasan manusiawi.
Yesus mengecam kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat karena perilaku buruk yang selalu mereka ulangi selama rentang waktu yang sangat lama.
Memang, orang yang sedang berkubang dalam lumpur kotor berbau tidak menyadari itu. Malah mungkin saja ia melihat dunia di luar genangan lumpur itu yang justru kotor dan berbau.
Mereka memiliki kekuasaan (agama) yang sangat besar sehingga sangat leluasa melancarkan kejahatannya berbendera agama.
Penampilanm luar dengan pakaian keagamaan yang indah ternyata hanya selubung penutup atas perilaku yang tidak terpuji.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 23 Agustus 2021: Orang Munafik
Kesalahan yang mereka lakukan justru merupakan kelanjutandari dosa-dosa nenek moyang mereka yang membunuh nabi-nabi yang mengkritik kerakusan kuasa agama.
Tapi mereka menutupinya dengan makam yang indah dan memesona mata. Artinya, perilaku salah yang dikecam Yesus telah menjadi kebiasaan turun temurun. Membudaya dalam lembaran hidup tiap zaman.
Kecaman Yesus kepada kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah peringatan pedas bagi kita yang mengikuti-Nya.
Penampilan lahiriah tidak seharusnya menjadi ukuran. Jubah ataupun label rohaniwan dan agamawan hanya kulit luar.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 23 Agustus 2021: Iman dan Tindakan
Terkadang hanya jadi kamuflase untuk memesona mata fisik dari perilaku yang bertentangan dengan apa yang diajarkan.
Yang utama adalah niat atau motivasi yang terungkap dalam tindakan konkret berbasis kasih. Seorang politisi yang membagi-bagi sembako kepada pengungsi di lokasi pengungsian boleh jadi punya niat kemanusiaan yang tulus.
Tapi ketika ada label partai atau gambar wajah politisi di karung maka motivasi dan niatnya sangat patut dipertanyakan.
Ritus-ritus yang dilakukan kaum agamawan di ruang publik seperti yang dikritik Yesus kepada kaum Farisi, belum tentu dianggap suci sebab jangan sampai dia hanya memuja diri atau menampilkan dinding luar kuburnya sendiri yang dengan cat putih.
Banyak pelayan umat yang kehilangan sensitivitas dan waktu untuk melayani umat tapi lebih mau dilayani dalam segala aspek hidup.
Pelayanan pun kadang mesti dilihat dulu latar belakang ekonominya. Soalnya, segala sesuatu diukur dari tebalnya “amplop.”
Yesus mengajak kita kembali menjadi manusia: hidup sederhana, tidak kikir, suka membantu orang lain yang susah dan peka membaca realitas sosial yang timpang dan tergerak berpartisipasi mengatasinya.
Berusahalah agar tidak menjadi beban berat bagi orang lain, apalagi kaum susah dan tak berdaya. Kita adalah manusia biasa.
Jatuh dalam salah adalah biasa tapi berusaha agar tidak jatuh terus menerus dalam dosa yang sama yang menempatkan kita sebagai “manusia idiot” dalam pandangan Cicero di atas.
Menurut Romo Mangunwijaya, hidup sebagai manusia biasa inilah yang justru menjadi perjuangan paling berat di atas dunia ini. *
Teks Lengkap Bacaan 25 Agustus 2021:

Bacaan I : 1Tes 2:9-13
Sambil bekerja siang malam kami memberitakan Injil Allah kepada kalian
Saudara-saudara, kalian tentu masih ingat akan usaha dan jerih payah kami. Sebab kami bekerja siang malam, agar jangan menjadi beban bagi siapa pun di antaramu.
Di samping itu kami pun memberitakan Injil Allah kepada kalian. Kalianlah saksinya, demikian pula Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kalian yang telah menjadi percaya.
Kalian tahu, betapa kami telah menasihati kalian dan menguatkan hatimu masing-masing, seperti seorang bapa terhadap anak-anaknya; dan betapa kami telah meminta dengan sangat, agar kalian hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kalian ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.
Karena itulah kami tak putus-putusnya mengucap syukur kepada Allah, sebab kalian telah menerima sabda Allah yang kami beritakan itu.
Pemberitaan kami itu telah kalian terima bukan sebagai kata-kata manusia, melainkan sebagai sabda Allah, sebab memang demikian.
Dan sabda Allah itu bekerja giat di dalam diri kalian yang percaya.
Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: 139:7-8.9-10.11-12ab;R:1a
Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku.
- Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, Engkau ada di situ.
- Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, di sana pun tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
- Jika aku berkata, “Biarlah kegelapan melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,” maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu.
Bacaan Injil: Matius 23:27-32
Kalian ini keturunan pembunuh nabi-nabi
Pada waktu itu Yesus bersabda, “Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kalian orang-orang munafik, sebab kalian itu seperti kuburan yang dilabur putih. Sebelah luarnya memang tampak bersih, tetapi sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Demikian pula kalian, dari sebelah luar nampaknya benar, tetapi sebelah dalam penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kalian orang-orang munafik, kalian membangun makam bagi nabi-nabi dan memperindah tugu peringatan bagi orang-orang saleh, dan sementara itu kalian berkata, ‘Seandainya kami hidup pada zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut membunuh para nabi.’
Tetapi dengan demikian kalian bersaksi melawan dirimu sendiri, bahwa kalian keturunan pembunuh nabi-nabi itu.Jadi, penuhilah takaran para leluhurmu!”
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.