Timor Leste
Jejak Xanana Gusmao Kini Terkuak, Berawal dari Tewasnya Presiden Fretelin Hingga Ditangkap Kopassus
Sepak terjang Xanana Gusmao hingga menjadi sosok yang demikian dekat di hati rakyat, bukan isapan jempol belaka. Selengkapnya hanya di sini.
POS-KUPANG.COM – Sepak terjang Xanana Gusmao hingga menjadi sosok yang demikian dekat di hati rakyat, bukan isapan jempol belaka.
Perjalanan hidupnya melewati suka duka yang tak terkira hingga akhirnya menjadikan Timor Timur sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste.
Nama Xanana Gusmao sesungguhnya mencuat pasca Presiden Fretelin, Nicolau Lobato tewas ditembak prajurit TNI pada 31 Desember 1978 silam.
Setelah Nicolau Lobato wafat, praktis Fretelin sebagai partai penentang Integrasi Timor Timur ke Indonesia seakan lumpuh.
Partai itu serasa bubar lantaran tak ada lagi figur yang dipandang mampu untuk melanjutkan visi oposisi terhadap meleburnya Timtim ke Indonesia.
Baca juga: Gelombang Ketiga, Pemerintah Indonesia Kembali Deportasi 164 WNA Timor Leste Melalui PLBN Motaain
Dalam situasi tersebut, nama Xanana Gusmao mulai disebut-sebut. Sosok ini mulai tampil sebagai penggerak dan akhirnya memimpin kelompok bersenjata Fretelin.
Publik Timtim seakan percaya kalau Xanana Gusmao akan sulit ditangkap oleh siapa pun termasuk prajurit TNI.
Namun entah kenapa, Xanana Gusmao akhirnya ditangkap dan diproses secara hukum seturut aturah hukum di Indonesia.
Peristiwa penangkapan Xanana Gusmao sesungguhnya berawal dari sebuah serangan saat pameran pembangunan guna memeriahkan HUT TNI pada 5 Oktober 1992.
Dalam penyerangan tersebut, seorang prajurit TNI dari Yonif 315 gugur dan senjatanya dirampas.
Terhadap sinyalemen bahaya tersebut, Satuan Tugas Pasukan Khusus (Satgaspassus-X) Kopassus pun merespon dengan cepat.
Dibawah pimpinan Letkol Inf Mahidin Simbolon, Satgaspassus-X mulai bergerak hanya dengan kekuatan 8 perwira, 12 bintara dan dua tamtama.
Baca juga: Fakta Soal Mata Uang Timor Leste yang Jadi Perdebatan, Biaya Tinggi Hingga Rupiah yang Masih Beredar

Dalam operasi tersebut, tim pemburu ini awalnya menangkap Antonio Anacleto Sera, seorang jaringan klandesten Baucau-Dili-Manatuto yang ambil bagian dalam penyerangan 5 0ktober 1992.
Dari Anacleto Sera diketahui adanya jaringan antara seorang mahasiswa Universitas Timor Timor bernama Fernando dan pengusaha Tionghoa Akuilong dengan Xanana Gusmao.
Atas fakta tersebut, Letkol Simbolon lantas membentuk operasi penyelidikan guna mengetahui dimana target berada.
Satu persatu tim menciduk orang-orang yang dicurigai jaringan Xanana Gusmao.
Pengorekan informasi terhadap para terduga ini tidaklah mudah, mereka tetap bungkam walau akhirnya tim berhasil memaksa mereka buka mulut.
Hasil interogasi kemudian membawa tim menemui orang kepercayaan Xanana Gusmao, yakni yakni Paulo Alves.
Baca juga: Alasan Timor Leste Masih Menggunakan Rupiah Hingga Kini, Selain Dollar AS
Paulo Alves berperan sebagai Pembuka Jalan jika sedang mengawal Xanana yang merupakan pemimpin Fretilin.
Namun sial bagi tim, saat Paulo Alves hendak digrebek pada 12 November 1992, target malah berhasil meloloskan diri.
Tim sempat frustrasi lantaran operasi penangkapan Xanana Gusmao terancam gagal.
Namun titik terang kembali datang, saat tim melakukan penelusuran secara estafet peristiwa Bunaria Komplek-Same tahun 1990.
Keuletan dan kerja keras tim akhirnya membuahkan hasil.
Dari keterangan seorang estafeta Xanana yakni Yose Tilman alias Akasio, tim berhasil mengendus persembunyian Xanana.
Xanana disinyalir bersembunyi dalam lubang bawah tanah milik seorang anggota polisi Koptu Augusto Pereira di Desa Lahane Barat, Dili.
Baca juga: Timor Leste Kenang Para Pejuang FALINTIL di Hari Peringatan Ke-46, Simak Sejarahnya
Seakan tak mau menyia-nyiakan peluang yang ada, Letkol Simbolon langsung memerintahkan tim pemburu bergerak untuk secepat mungkin menyergap Xanana.
Pasalnya situasi di lapangan dapat berubah sangat cepat dan kemungkinan Xanana bisa lari dari tempat persembunyian.
Makanya pada pagi-pagi buta pukul 05.00 WITA, tepatnya 20 November 1992, tim pemburu dengan dua jip Toyota Hardtop dan sebuah Toyota Kijang melesat menuju sasaran.
Ketika sudah mendekati sasaran, tim melihat ada dua orang anggota polisi juga bergerak menuju Dili.
Belakangan baru terungkap bahwa satu dari polisi tersebut, adalah Koptu Augusto Pereira, polisi yang diduga menyembunyikan Xanana Gusmao.
Atas kondisi tersebut, tim penyergap pun secara leluasa menyebar mengepung rumah persembunyian Xanana.
Tepat pukul 06.00 WITA, tim mulai masuk ke rumah dan serangan secepat kilat itu mengagetkan penghuni rumah.
Penghuni rumah dibangunkan dan diamankan, dengan amat senyap para personil Kopassus itu stelling siaga menghadapi kemungkinan terburuk.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Deportasi 352 WNA Timor Leste Melalui PLBN Motaain Atambua
Ketika memasuki kamar yang ditempati Xanana Gusmao, tim melihat sasaran tak berada di tempat.
Tapi hal itulah menjadi pertanda baik, lantaran menurut briefing Xanana Gusmao bersembunyi di lubang bawah tanah.
Tim lantas mengobok-obok tumpukan pakaian dibawah lemari dan mendapati adanya papan penutup lubang.
Bingo! setelah dibuka tim langsung menodongkan senapan SS1 mereka kedalam lubang.
"Xanana jangan bergerak!," teriak anggota tim.
Kemudian dari dalam lubang munculah seseorang berwajah klimis tanpa baju dan hanya mengenakan celana pendek sembari pasang wajah ketakutan.
Baca juga: Begini Alasanya, Anggota Perguruan Silat Timor Leste Masuk ke Indonesia
Setelah ia diborgol, tim segera mengecek ciri-ciri yang bersangkutan ada tato kepalan tangan di lengan kiri yang menjadi bukti bahwa yang bersangkutan adalah Xanana Gusmao.
Dengan penangkapan itu, maka usai sudah kelelahan prajurit TNI yang selama hampir 18 tahun memburu pria murah senyum itu.
Keberhasilan prajurit Kopassus itu tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bangsa Indonesia. Sebab prajurit kebanggaan itu berhasil meringkus orang yang paling dicari di Indonesia.
Namun, semenjak Xanana Gusmao ditangkap, hawa politik di Indonesia justeru bergeser menjadi kontraproduktif.
Sorotan media internasional ke Indonesia sangat tajam. Sementara di saat yang sama, siasat perjuangan anak-anak Timor Timur mulai berubah.
Jika di Indonesia, pemimpin Fretelin ditangkap, maka perjuangan kemerdekaan Timor Leste itu lebih gencar dilakukan dari luar negeri.
Adalah Ramos Horta, sosok yang paling berjasa dalam upayanya memerdekakan Timor Leste dari Indonesia.
Pasalnya, dari mata dunia internasional, Ramos Horta menggalang simpati dunia hingga akhirnya Xanana Gusmao pun mendapat perlakukan ‘istimewa’ dari Presiden Soeharto.

Baca juga: Ternyata Sejarah Timor Leste Tak Cuma Perang Tetapi Terlukis Jelas di Benda Penting Ini
Presure dunia terhadap Indonesia pun semakin kencang, hingga akhirnya di masa kepemimpinan Presiden BJ Habibie, Timor Timur mendapat kesempatan untuk menentukan masa depannya sendiri.
Di bawah perintah Presiden BJ Habibie, Masyarakat Timor Leste diberi dua opsi, apakah memilih tetap bergabung dengan Indonesia atau melepaskan diri dari Indonesia.
Fakta menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Timor Leste memilih pisah dari Indonesia.
Dari pilihan itulah Timor Leste akhirnya dinyatakan sebagai Negara merdeka di tahun 2002 setelah referendum di Timor Leste pada tahun 1998.
Baca juga: Timor Leste Punya Surga di Dasar Laut, Miliki Coral Paling Indah di Dunia & Hanya Ada di Pulau Ini
Sejak itu Timor Leste menjadi negara merdeka dan Xanana Gusmao menjadi sosok yang paling dikagumi dan dihormati oleh seluruh komponen di Negara itu.
Saat awal pemerintahan, Xanana Gusmao diangkat menjadi Presiden pertama Timor Leste lalu ia mengemban sejumlah jabatan mentereng lainnya di negara itu.
Saat ini, meski Xanana Gusmao bukanlah siapa-siapa, ia tetap dekat di hati rakyat, sering turun ke tengah masyarakat bahkan selalu bersama-sama masyarakat dalam situasi apa pun. (*)