Laut China Selatan
Jelang Latihan Malabar 2021, India dan Vietnam Gelar Latihan Bersama di Laut China Selatan
Menjelang Latihan Malabar 2021, Angkatan Laut India menggelar latihan bersama dengan Angkatan Laut Vietnam di Laut China Selatan, Rabu 18 Agustus 2021
Dua kapal India lain, fregat siluman INS Shivalik dan korvet anti-kapal selam INS Kadmatt, juga dikerahkan untuk mengikuti latihan yang digelar di lepas pantai Guam tersebut.
Malabar 2021 bertujuan untuk memperkuat keselarasan strategis guna memastikan kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, aman, dan stabil.
Gugus tugas angkatan laut India juga dijadwalkan untuk melakukan latihan bilateral dengan Filipina, Singapura, dan Indonesia di hari-hari mendatang.
"Sebagai bagian dari hubungan pertahanan India-Vietnam yang kuat, latihan reguler dan pertukaran telah meningkatkan interoperabilitas antara kedua angkatan laut," kata seorang perwira angkatan laut India.
Baca juga: Pemerintah China Galau, Susah Payah Menjaga Laut China Selatan Malah Sekarang Diserang Seluruh Dunia
Sebelumnya, India juga dilaporkan menawarkan rudal jelajah supersonik BrahMos serta sistem pertahanan rudal permukaan-ke-udara Akash ke Vietnam.
Tawaran tersebut dilatarbelakangi kerja sama pertahanan yang menjadi komponen vital dari kemitraan strategis komprehensif antara kedua negara.
Tawaran tersebut juga merupakan kewaspadaan antara India dan Vietnam atas aktivitas China di Indo-Pasifik.
Riwayat Konflik Laut China Selatan
Buku berjudul Konflik Laut China Selatan dan Implikasinya terhadap Kawasan, yang disunting Prof. Dr. phil. Poltak Partogi Nainggolan, M.A, yang diterbitkan P3DI Setjen DPR Republik Indonesia
dan Azza Grafika 2013 menjelaskan riwayat Laut China Selatan di bagian prolognya.
Kawasan Laut China Selatan meliputi perairan dan daratan dari gugusan kepulauan dua pulau besar, yakni Spratly dan Paracels, serta bantaran Sungai Macclesfield dan Karang Scarborough yang terbentang luas dari negara Singapura yang dimulai dari Selat Malaka sampai ke Selat Taiwan.
Karena bentangan wilayah yang luas ini, dan sejarah penguasaan silih berganti oleh penguasa tradisional negara-negara terdekat, dewasa ini, beberapa negara, seperti Republik Rakyat China (RRC), Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darussalam, terlibat dalam upaya konfrontatif saling klaim, atas sebagian
ataupun seluruh wilayah perairan tersebut. Indonesia, yang bukan negara pengklaim, menjadi terlibat setelah klaim mutlak RRC atas perairan Laut China Selatan muncul pada tahun 2012.
Karena sejarah navigasi dan perniagaan yang panjang di sana, yang diikuti penguasaan silih berganti atas wilayah, negara-negara di kawasan, dan bahkan, luar kawasan, telah memberi nama yang berlainan untuk wilayah yang diperebutkan itu. Dalam kebanyakan bahasa yang digunakan para pelaut Eropa, laut tersebut disebut sebagai South China Sea, atau Laut China Selatan. Pelaut Portugis, orang Eropa pertama melayari wilayah perairan itu dan sekaligus memberikan nama, mengatakannya sebagai Mar da China, atau Laut China.
Mereka kemudian mengubahnya menjadi Laut China Selatan. Demikian pula, Organisasi Hidrografik Internasional menyebutnya sebagai Laut China Selatan, atau Nan Hai (Laut Selatan) dalam Bahasa China.
Yang lebih penting lagi, Laut China Selatan adalah kawasan perairan yang strategis, yang kaya sumber daya alam (SDA). Konflik antarnegara yang terlibat saling klaim kepemilikan atas pulau-pulau (kepulauan) di sana (claimant states) baru muncul di dasawarsa 1970, dan berulang kembali di dasawarsa 80, 90 hingga 2010 ini.
Namun, tidak dapat disangkal di masa lalu, penguasapenguasa tradisional dari Tiongkok (China) dan Vietnam, dan negara-negara baik yang terlibat saling klaim sekarang maupun tidak itu, pernah terlibat
memperebutkan kontrol atas wilayah perairan di sana.