Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 9 Agustus 2021: Solider
Yesus adalah Anak Allah yang menjelma menjadi manusia. Sebutan “Anak Manusia” memiliki makna yang sangat mendalam.
Renungan Harian Katolik Senin 9 Agustus 2021: Solider (Mat 17: 22-27)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Yesus adalah Anak Allah yang menjelma menjadi manusia. Sebutan “Anak Manusia” memiliki makna yang sangat mendalam.
Perjanjian Baru menyebut frasa “Anak Manusia” sebanyak 88 kali. Gambaran “Anak Manusia“ di sini adalah gelar Mesianis. Yesus dirujuk sebagai orang yang mendapatkan kekuasaan, kemuliaan dan kerajaan.
Ketika Yesus menggunakan gelar ini untuk diri-Nya sendiri, Dia menerapkan nubuat “Anak Manusia” pada diriNya sendiri.
Frasa “Anak Manusia” itu bermakna bahwa Yesus adalah benar-benar seorang manusia.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 9 Agustus 2021: Syukur dan Taat
Singkatnya, “Anak Manusia” menegaskan bahwa Yesus adalah Mesias dan bahwa Dia adalah manusia sejati.
Sebutan “Anak Manusia” ini pada tataran lain menginformasikan bahwa Yesus memiliki privilese yang luar biasa yang tidak akan pernah dimiliki oleh nabi dunia lain.
Privilese ini mestinya membawa konsekuensi bahwa Yesus memiliki semacam “hak imunitas” untuk tidak perlu taat atau melampaui aturan apa pun.
Yesus tahu ada aturan membayar pajak Bait Allah sebesar 4 dirham untuk diri-Nya dan para rasul. Orang yang masuk untuk “bertemu” Allah pun mesti membayar sejumlah uang.
Kewajiban itu telah menjadi tanggung jawab seluruh bangsa Yahudi. Hal yang ajaib adalah bagaimana cara mendapatkan uang empat dirham itu. Yesus menyuruh Petrus memancing ke danau dan ikan pertama yang ditangkap itulah membawa besaran pajak Bait Allah bagi Yesus dan rasul-rasul-Nya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 7 Agustus 2021: Iman
Cara “ajaib” mendapatkan besaran pajak Bait Allah ini membuktikan bahwa Yesus sungguh Anak Allah. Privilese sebagai Anak Allah itu Yesus pakai untuk mengabdi kepada negara/bangsa dengan membayar pajak Bait Allah.
Yesus menempatkan diri-Nya setara dengan orang-orang kecil dan sederhana yang datang ke Bait Allah dan membayar pajak dua dirham itu.
Yesus menunjukkan solidaritas yang tinggi kepada agama dan orang Yahudi serentak mengingatkan para rasul dan kita sekalian agar taat pada aturan bersama.
Ketika Yesus meminta Petrus membayar pajak Bait Allah, kita diingatkan bahwa Yesus berpartisipasi dalam kehidupan publik bangsa Yahudi.
Yesus sebenarnya dengan segala keistimewaan dan privilese yang melekat dalam sebutan “Anak Manusia” dapat memilih cuek atau masa bodoh dan tidak membayar pajak.
Yesus juga tidak pernah menggunakan segala privilese yang melekat dalam diri-Nya untuk mencari keuntungan diri.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 6 Agustus 2021: Menuju Golgotha
Dia sendiri juga memiliki “kemampuan” untuk merobohkan Bait Allah dan dapat membangunnya kembali dalam tiga hari (Yoh 2:19).
Tapi Yesus justru memilih membayar pajak seperti orang kebanyakan dalam bangsa Yahudi. Yesus mengagungkan solidaritas dan menghindarkan diri menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi.
Yesus memberi teladan yang mengagumkan bagi kita untuk membangun rasa solider dengan semua orang. Solidaritas hanya akan tumbuh ketika kita keluar dari kemapanan dan zona nyaman diri.
Kita runtuhkan tembok keangkuhan dan kenakan kerendahan hati. Solidaritas hanya akan tumbuh ketika orang tidak hanya memikirkan haknya sendiri tetapi juga memperhatikan kebaikan umum (Bonum Commune).
Yesus mengingatkan kita agar tidak menggunakan privilese yang melekat dalam diri untuk menguntungkan diri dan kursi kuasa tapi memilih solider dengan semua orang kecil dan susah. *