Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 5 Agustus 2021: Membaca Kehendak Allah

Buku ini menyajikan pokok-pokok pikiran dan tokoh-tokoh yang terlibat langsung dengan kesengsaraan Kristus.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Kamis 5 Agustus 2021: Membaca Kehendak Allah (Mat 16: 13-23)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Tihamer Toth pernah menerbitkan sebuah buku berjudul: De Lijdende Christus yang kemudian terjemahkan Pater Herman Embuiru SVD dengan judul: Sengsara Kristus.

Buku ini menyajikan pokok-pokok pikiran dan tokoh-tokoh yang terlibat langsung dengan kesengsaraan Kristus.

Saat menulis tokoh Petrus, ia melukiskan sosok ini sangat religius, sangat beriman seperti yang dibuktikan dalam banyak tempat di dalam Injil.

Sebelum bergabung dengan Sang Penebus, Petrus dan Andreas sudah tercatat di antara para murid Yohanes Pembaptis. Di situlah ia bertemu Yesus pertama kalinya. Yesus selalu memuji kerajinannya.

Yesus membawa Petrus ke Gunung Tabor untuk menyaksikan keagungan-Nya. Yesus membawa Petrus ke Taman Getzemani dan akhirnya Yesus menempatkan Petrus sebagai pemimpin Gereja-Nya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 5 Agustus 2021: Dia yang Dikagumi

Deretan bukti dalam catatan Injil di atas itulah yang kiranya bisa membantu kita memahami keberanian Petrus mengungkapkan pengakuan imannya yang mendalam kepada Yesus.

Tanpa basis religiositas yang mendalam, Petrus yang berprofesi sebagai nelayan danau Galilea ini tidak memiliki sedikit keberanian pun untuk mengungkapkan imannya yang sangat personal dan mendalam kepada Yesus.

Yesus bertanya kepada mereka, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"

Kata Yesus kepadanya, "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga (Mat 16:15-17).  

Tetapi pada saat Yesus mengatakan bahwa dirinya akan dibunuh dan akan bangkit pada hari ketiga, pikiran Petrus tidak mampu menangkap makna perkataan Yesus tersebut. Malahan Petrus begitu berani dan bisa dikatakan lancang: menegor Yesus.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 4 Agustus 2021: Tidak Menyerah

Petrus dan murid-murid lain tidak pernah akan membayangkan kengerian penderitaan yang akan dialami oleh Guru yang sangat mereka idolakan.

Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya, "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau" (Mat 16:21-22).  

Perkataan Yesus ini sangat mengagetkan Petrus dan murid-murid lainnya. Kala itu, kalangan bangsa Yahudi sedang menantikan sosok Mesias “politik” yang akan membarui kehidupan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 3 Agustus 2021: Rasa Takut

Petrus dan kesebelas murid lainnya sudah menggadang-gadang Yesus yang sesungguhnya adalah seorang raja yang akan membebaskan bangsa Israel dari jajahan bangsa Romawi.

Gagasan itu secara implisit menarasikan unsur kekerasan berupa perang fisik di dalamya. Terbaca juga ada hasrat mendapatkan privilese kuasa sebagai “orang dekat” Yesus. Sangat manusiawi.

Kita bisa melihat di titik ini ada perbedaan pemikiran Petrus dan kehendak Bapa di surga. Ketika mengungkapkan pengakuan imannya bahwa Yesus adalah Mesias, itu bukan pikiran Petrus tetapi pikiran Bapa Surgawi yang keluar dari mulut Santo Petrus.

Mulut yang gampang mengumbar seolah begitu meyakinkan, tapi mudah mengkhianati karena nyali kecil itu dipakai Allah untuk mengungkapkan jati diri agung Putra-Nya Yesus Kristus.

Kalau Allah pakai mulut Petrus, ungkapan yang keluar bernuansa religius. Tapi kalau bukan Allah yang berbicara, Petrus omong besar semua seolah menjelaskan kapan ikan muncul di danau Galilea.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 2 Agustus 2021: Tetap Bersyukur

Di titik religius ini, kita diingatkan bahwa pada saat pikiran, gagasan kita berhasil mengatasi sesuatu hal yang begitu sulit dalam hidup, itu berarti Tuhanlah yang memberikan karunia kepada kita yaitu karunia Sabda Pengetahuan.

Begitu juga, bila pikiran kita brilian sehingga dapat merancang pekerjaan sangat detail maka pikiran luar biasa itu berasal dari Tuhan.

Jika demikian, apakah masih ada alasan pembenaran bagi kita untuk bersikap sombong di atas dunia ini?

Mari kita tata iman kita dengan setia lebih beriman kepada Kristus dalam situasi apa pun. Setiap peristiwa hidup, paling kelam sekali pun, tidak pernah alpa dari pesan Tuhan untuk menajamkan kesadaran iman kita. *

Renungan harian lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved