Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 4 Agustus 2021, Pesta St. Yohanes Maria Vianney: Nggak Beda-bedain

Dalam perikop ini Matius menulis begini, "Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Rabu 4 Agustus 2021, Pesta St. Yohanes Maria Vianney: Nggak Beda-bedain (Matius 15:21-28)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Dalam perikop ini Matius menulis begini, "Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita" (Mat 15:21-22).

Saya mencatat dua hal menarik yang pasti sengaja ditampilkan.

Pertama, Tirus dan Sidon. Ini kota-kota yang terletak di wilayah Fenisia, di sebelah barat laut Galilea. Jadi kota-kota ini termasuk daerah yang pada umumnya dihuni orang-orang Yunani, artinya orang-orang kafir menurut pandangan Yahudi.

Kedua, perempuan. Perempuan itu seorang Kanaan. Artinya dari wilayah kafir. Bahkan berkebangsaan Siro-Fenisia, daerah yang berdekatan dengan Siria, daerah yang dihuni oleh orang-orang yang lebih bermusuhan dengan bangsa Yahudi.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 3 Agustus 2021: Rasa Takut

Jadi, sangat kentara bahwa perempuan itu kafir, najis. Apalagi anaknya kerasukan setan. Setiap orang Yahudi pasti menghindari perempuan itu; setiap orang Yahudi pasti jijik dan lekas menjauh darinya.

Matius berkisah bahwa perempuan yang berasal dari daerah Tirus, daerah yang asing dan kafir itu justru adalah orang pertama yang mengetahui kedatangan Yesus. Dia justru lebih dahulu datang dan tersungkur di hadapan Yesus. Dia memohon agar Yesus mengusir setan dari anaknya.

Dan, masih menurut Matius pula, kepada perempuan asing dan najis itu, Yesus menunjukkan perhatian dan belas kasih-Nya. Yesus menjawabi permohonan perempuan itu dengan membebaskan anaknya dari cengkeraman setan.

Saya langsung bisa tarik pesan penting dari paparan Matius. Kalau saya masih gandrung membeda-bedakan halal dan tidak halal, yang asing dan pendatang, maka Tuhan justru sungguh fokus pada arah dan tujuan misi-Nya. Bahwa Ia datang untuk memanggil orang berdosa. Ia konsisten mencari yang hilang.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 2 Agustus 2021: Mukjizat

Kalau saya masih terperangkap berpola pikir dan bersikap atas dasar warna kulit, profesi, darah sebangsa, seagama, mana yang ini bisa beri keuntungan. Maka Tuhan justru lebih mengutamakan manusia. Tuhan justru lebih memperhatikan kebutuhan dan keselamatan.

Kalau begitu saya mesti menata diri, mengubah pola pikir dan sikap saya. Sebagai orang beriman, hidup dan pelayananku semestinya melulu atas dasar kemanusiaan.

Aplikasi konkretnya, di mana pun saat berhadapan dengan sesama, yang kulihat dan kuprioritaskan adalah kebutuhannya untuk ditolong. Dalam bergaul dan berteman, dalam bertugas dan melayani, saya tak boleh membeda-bedakan. Bagiku semua adalah sesama dan yang sakit dan lemah mesti ditolong.

Seorang temanku berbagi pengalaman. "Dalam hidup dan pelayanan, kayaknya mengemuka  dua model pendekatan.

Pertama, sesuai tuntutan manajerial, kita ingin semuanya teratur, tertib. Ada prosedur, program, aturan, pentahapan, dsb.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved