Opini Pos Kupang

Dua Dekade PKB di Panggung Politik Nasional (Sebuah Refleksi pada HUT ke-23 PKB)

Dan di panggung itu pula PKB melibatkan diri sebagai elemen penting untuk ikut serta menggariskan masa depan bangsa

Editor: Kanis Jehola
Dok Pos-Kupang.Com
Logo Pos Kupang 

Arus kuat yang mulai menggema terkait dengan konfigurasi ideologis kepemimpinan nasional saat ini hadir kembali dengan mengusung ideologi nasonalis-religius. Aspirasi ini dapat dibaca sebagai kehendak publik dalam merespons situasi politik aktual yang berkembang saat ini.

Kebisingan-kebisingan yang bermuatan ideologis walaupun bersifat parsial dan tidak menjadi representase publik mayoritas namun terasa cukup mengganggu pemerintah dalam konsolidasi program dan implementasi kebijakan.

Fakta aktual terkait kebisingan ideologis ini dapat kita sebut di antaranya kebijakan pemerintah dalam menangani wabah pandemi virus covid-19 melalui pembatasan kegiatan masyarakat.

Kebijakan ini diperhadapkan dengan tafsir keagamaan yang menggerus kepatuhan dan kesadaran masyarakat. Hal ini berakibat pemerintah harus mencurahkan banyak energi untuk mengklarifikasi dan mencari jalan berliku untuk membangun kesadaran kolektif.

Belum lagi masalah terorisme, radikalisme, yang terus bermutasi dalam beragam kegiatan keagamaan, pengembangan jaringan melalui pemanfaatan teknologi komunikasi, yang berpotensi sebagai ancaman terhadap kemanusiaan dan kenegaraan.

Sulit untuk kita abaikan bahwa buih-buih persoalan yang mengemuka demikian adalah persoalan yang memiliki tautan erat dengan ideologi, mentalitas kebangsaan, dan religiusitas masyarakat.

Dengan demikian formulasi nasionalis-religius tidak hanya menyentuh aspek ideologis tetapi juga tataran operasional. Kita tidak hanya membicarakan nasionalisme Indonesia sebagai sebuah pikiran konseptual, tetapi mengelaborasinya sebagai pekerjaan operasional.

Titik simpul dari kekuatan bangsa untuk dapat menangani semua masalah ini adalah kepemimpinan nasional. Keyakinan demikian yang terus-menerus dibangun, dirawat oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sejak berdirinya pada tahun 1998 hingga sekarang dan di masa mendatang.

Reformasi Internal

Kompleksnya "ruang publik baru" dalam era post-truth menuntut kecerdasan sosial partai dalam merespons dinamika dan tantangan yang muncul di tengah masyarakat politik. Butuh inovasi dalam berpikir dan bertindak untuk beradaptasi dengan lingkungan politik yang makin dinamis.

Partai masa depan adalah partai yang memiliki kapabilitas untuk beradaptasi dengan konteks. Dominasi generasi milenial dalam piramida demografis pemilih akan dengan sendirinya memaksa partai juga berevolusi dengan zaman.

Untuk itu, Hari lahir Partai Kebangkitan Bangsa dalam usianya yang ke 23 menjadi momentum untuk melakukan refleksi sejumlah hal dasar.

Pertama, penguatan manajerial di tubuh partai. Kedua, pembenahan kualitas kepemimpinan. Ketiga, perbaikan pola komunikasi elite partai dan massa akar rumput.

Keempat, perlunya implementasi prinsip demokrasi di dalam tubuh partai dalam hal diferensiasi peran dan sirkulasi kekuasaan untuk menghindari oligarkisasi dan praktik dinasti.

Semua faktor kepemimpinan di atas hingga saat ini dinilai sudah baik. Hal ini parallel dengan prestasi politik yang diraih dalam kontestasi electoral. Namun tidak ada salahnya untuk memimpikan yang terbaik.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved