Puasa Asyura
Keistimewaan Puasa Asyura dan Hari Asyura 10 Muharram 1443 H, Ini Makna Asyura Menurut Para Ulama
Keistimewaan Puasa Asyura dan Hari Asyura 10 Muharram 1443 H, Ini Makna Asyura Menurut Para Ulama
Keistimewaan Puasa Asyura dan Hari Asyura 10 Muharram 1443 H, Ini Makna Asyura Menurut Para Ulama
POS-KUPANG.COM- Bulan Muharram 1443 Hijriah jatuh dimulai Selasa 10 Agustus 2021.
Bulan Muharaam disebut sebagai bulan mulia setelah bulan suci Ramadhan.
Ada banyak amalan yang bisa dikerjakan Umat Islam dalam bulan Muharram. Salah satunya dengan melaksanakan Puasa Sunnah.
Ada Puasa Sunnah Asyura dan Tasu'a.
Baca juga: Resep Bella Pitung Rupa,Bubur 7 Rupa Khas Bugis Cocok Buat Menu Buka Puasa Asyura 10 Muharram 1443 H
Puasa Asyura merupakan puasa sunnah paling utama di bulan Muharram. Sedangkan Puasa Tasu'a hanya sebagai pelengkap menjelang Puasa Asyura.
lalu apa keistimewaan Puasa Asyura dan Hari Asyura? simak juga makna Asyura menurut para ulama.
Dikutip dari BLA Makassar, Kementerian Agama RI, Hari Asyura merupakan momen istimewa di bulan yang mulia, Muharram.
Baca juga: Puasa Asyura Jatuh pada Tanggal 19 Agustus 2021,Ini Bacaan Niat dan Keutamaannya, Hapus Dosa Setahun
Hari Asyura pada tahun ini jatuh pada 19 Agustus 2021.
Namun sebelum masuk kepada keistimewaan Hari Asyura dan Puasa Asyura, sebaiknya paham dulu apa makna kata Asyura.
Begini penjelasan para ulama.
Kata Asyura’ (عاشوراء) telah masyhur di kalangan umat Islam, yang merujuk pada hari ke-10 di Bulan Muharram.
Dari derivasi katanya, Asyura’ (عاشوراء) merupakan kosa kata yang langka. Hal ini dikarenakan, di kamus-kamus bahasa Arab jarang ditemui derivasi kata yang serupa, kecuali yang mengkhusus pada sebuah nama hari di Bulan Muharram. Hal serupa terjadi pada kosa kata tasua’ (تاسوعاء). Kata Asyura’ (عاشوراء) dan tasua’ (تاسوعاء) wazannya dari fa’ula’ فاعولاء .
Ulama ahli bahasa Arab berbeda pendapat terkait derivasi kata tersebut. Ada yang menyebutkan berasal dari turunan, atau derivasi (isytiqaq) al-‘Asyr (العَشر). Ada pula yang menyebutkan berasal dari ‘Isyr (العِشر), sebagaimana orang Arab sering menyebutkan dalam kalimat وردت الابل عشرا إذا وردت يوم التاسع.
Baca juga: Bacaan Niat Puasa Asyura & Tasua, Amalan Sunnah di Bulan Muharram,Keutamaannya Menebus Dosa Setahun
Namun, menurut al-Qurtuby, Asyura, adalah bentuk perubahan (ma’dul) dari al-Asyir (العاشرة), sebagai sifat yang mulia dan penuh keagungan dari malam ke-10 Muharam. Bila kita menyebut Asyura, maka seperti kita mengatakan “yaum al-lailah al-asyirah.” Kata “yaum” disandarkan pada al-lailah, dan kata “Asyura” sudah menjadi nama sendiri.
Keistimewaan Hari Asyura
Hari Asyura masyhur di kalangan umat Islam dengan berbagai keistimewaannya. Di antara keistimewaan tersebut, adalah:
Diterimanya Taubat Nabi Adam. Ulama ahli fiqih dan pakar hadis Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H), dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin, meriwayatkan dari Ikrimah, berkata, Hari Asyura, ialah hari diterimanya tobat Nabi Adam 'alaihissalam.
Sebagaimana diketahui, Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga, karena telah melanggar perintah Allah untuk tidak mendekati buah khuldi. Namun, karena bisikan syaitan, mereka akhirnya melanggar perintahNya.
Baca juga: Simak Tulisan Doa Buka Puasa Asyura 10 Muharram Arab, Indonesia dan Latin: Cek Jadwal Sholat Maghrib
Keistimewaan lain, mendaratnya Kapal Nuh di atas Gunung. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis riwayat Ahmad 2/359-360 dengan jalan dari Abdusshamad bin Habib Al-Azdi dari bapaknya dari Syumail dari Abu Hurairah, Abdusshamad dan bapaknya keduanya, yang berbunyi:
Wa hadzaa yaumus stawat fiihis safiinat ‘alal juudiyyi, Fa shaamahuu Nuhun syukral lillaahi ta’ala.
“Ia adalah hari mendaratnya kapal Nuh di atas gunung “Judi” lalu Nuh berpuasa pada hari itu sebagai wujud rasa syukur.”
Hari Asyura juga merupakan hari kemenangan Nabi Musa dan Bani Israil terhadap Fir’aun dan kaumnya.
Sebagaimana Hadits Shahih Riwayat Bukhari 4/244, 6/429, 7/274, Muslim 2/795, Abu Daud 2444, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/318, 319, Ahmad 1/291, 310, Abdurrazaq 4/288, Ibnu Majah 1734, Baihaqi 4/286, Al-Humaidi 515, Ath-Thoyalisi 928, yang berbunyi:
Qadiman nabiyyu Shallallaahu ‘alaihi wa sallamal Madinata fa ra’al Yahuuda tashuumu yauma ‘asyuuraa’, faqaala: maa hadzaa? Qaaluu hadzaa shaalihun, hadzaa yaumun najjal llaahu banii Iraaiila min ‘aduwwihim fa shaamahuu Musaa syukran. Fa Annaa ahaqqu bi Muusaa minkum, nahnu nasuumuhu ta’dzhiiman lahuu.
“Nabi Saw tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya: “Apa ini?” Mereka menjawab: “Sebuah hari yang baik, ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab: “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.”
Pada saat tersebut, ketika bala tentara Fir’aun mengejar kaum Nabi Musa yang taat, Fira’aun dan tentaranya kemudian tenggelam di laut yang terbelah, setelah dilewati oleh kaum Nabi Musa.
Tenggelamnya Fir’aun, adalah kemenangan Nabi Musa dan kaumnya. Lalu, pada saat itu, Musa dan kaumnya berpuasa sebagai wujud rasa syukur mereka.
Baca juga: Tahun Baru Islam 1443 H Jatuh 10 Agustus 2021, Kapan Jadwal Puasa Asyura & Puasa Tasua?
Keistimewaan Puasa Asyura
Pada masa pra-Islam, Asyura diperingati sebagai hari raya resmi bangsa Arab. Pada masa itu, orang-orang berpuasa dan bersyukur menyambut Asyura.
Pada hari Asyura, umat muslim disunahkan untuk berpuasa. Sebab, puasa Asyura merupakan puasa paling utama kedua setelah puasa Ramadhan. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis:
Afdhalus shiyaami ba’da Ramadhaana syahrul Laahil Muharramu, wa afdhalus shalaati ba’dal fariidhati shalaatul laili.
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)
Di antara keistimewaan lain puasa Asyura, yaitu akan dihapuskan dosa pada tahun kemarin, sebagaimana Hadits Shahih Riwayat Muslim 2/818-819, Abu Daud 2425, Ahmad 5/297, 308, 311, Baihaqi 4.286, 300 Abdurrazaq 4/284, 285, yang berbunyi:
Suila ‘an shaumi yaumi ‘Asyuuraa’, faqaala yukaffirus sanatal maadiyata.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab: “Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin.
Adapun dosa yang dimaksud dalam hadis ini, adalah dosa-dosa kecil yang pernah dilakukan tahun sebelumnya. Dosa besar seperti syirik, tidak akan diampuni dosanya, kecuali dengan taubat nasuha, atau tobat yang sesungguhnya.(*)