Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 1 Agustus 2021, Minggu Biasa XVIII: Percaya Dia

Hidup kita adalah kesimpulan dari semua keputusan setiap hari dan keputusan-keputusan itu ditentukan oleh prioritas kita.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Minggu 1 Agustus 2021, Minggu Biasa XVIII: Percaya Dia (Kel 16:2-4.12-15; Ef 4:17.20-24; Yoh 6: 24-35)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Penulis Myles Munroe pernah mengatakan, hidup kita adalah kesimpulan dari semua keputusan setiap hari dan keputusan-keputusan itu ditentukan oleh prioritas kita.

Prioritas itu didorong oleh motivasi yang hadir karena kehendak sendiri, kehendak manusia lain atau karena kehendak Allah.

Motivasi itu akan menjadi pendorong dan motor penggerak seluruh prioritas, keputusan dan hidup kita. Kehendak atau keinginan yang mendorong motivasi dan menggerakkan keputusan-keputusan akan menentukan dan memengaruhi kualitas hidup kita.

Kata “keinginan” manusia dalam bahasa Yunani diambil dari kata “Ephitumia” yang berarti keinginan terlarang atau nafsu. Sementara kata “kehendak” Allah diambil dari kata Yunani, “Thelema” yang berarti pilihan Tuhan atau isi hati Tuhan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 1 Agustus 2021: Mencintai Ekaristi Kudus dan Maknanya

Keduanya dapat menjadi motivator bagi setiap keputusan manusia, dengan implikasi (hasil akhir) jangka panjang yang berbeda, tentu saja.

Kita fokus pada kehendak Allah yang mendorong setiap tindakan manusia untuk mencapai hidup kekal. Tuhan ingin agar orang yang percaya kepada-Nya tidak lenyap binasa, melainkan beroleh hidup selama-lamanya.

“Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (1Yoh 2:17).

Orang yang melakukan kehendak Bapa memperoleh “hidup” dan otoritas atas “hidup” itu, baik saat di bumi ini maupun di saat kekal nanti.

Hidup kita setiap hari merupakan sebuah ziarah panjang untuk mencari, membaca dan menafsir kehendak Allah itu bagi diri dan hidup kita.

Kehendak Allah itu pasti akan selalu bertarung dengan kehendak jahat yang juga selalu unjuk gigi untuk memenangkan “pertempuran” di dalam dunia terkecil yaitu diri kita.

Proses “pertempuran” antara kehendak Allah dan kehendak jahat itu menjadi ruang dan momen berahmat untuk memurnikan dan mematangkan iman kita.

Hidup yang terus-menerus dipertanyakan, digugat, direfleksikan dan ditafsir dari beragam dimensi akan selalu membuat ziarah hidup kita tetap berjalan dalam alur kesadaran dan semakin diperkaya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 1 Agustus 2021: Motif Perjuangan Hidup

Hidup yang berkubang dalam zona nyaman, entah bernama kuasa, kedudukan, kekayaan maupun “dinding-dinding tembok tebal” yang terasing dari realitas sosial mesti selalu “diganggu” agar tidak cenderung jatuh ke lubang kesesatan. Sebab, kenikmatan selalu meninabobokan kesadaran.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved