Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 28 Juli 2021: Harta Terpendam

Kerajaan Surga itu ibarat harta terpendam di tengah ladang. “Terpendam” berarti tidak tampak di permukaan.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Rabu 28 Juli 2021: Harta Terpendam (Mat 13: 44-46)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Kerajaan Surga itu ibarat harta terpendam di tengah ladang. “Terpendam” berarti tidak tampak di permukaan.

Orang selama ini bekerja di ladang, tidak tahu ada “sesuatu” Tuhan pendam di dalam tanah. Boleh jadi orang itu hanya bekerja di “permukaan” saja.

“Permukaan” mengindikasikan proses yang tidak mendalam, tidak intens. Kedalaman itu tidak sekadar kuantitas lokasi ladang itu, tapi potensi, bakat yang Tuhan berikan kepada pekerja ladang itu. Tuhan mau pekerja ladang itu lebih kreatif, lebih keras berpikir dan lebih rajin bekerja.

“Kedalaman” itu bermakna: pekerja ladang itu tidak mesti berjuang sendirian, tidak mengandalkan diri semata, tetapi melibatkan Tuhan secara aktif. Tanpa pelibatan Tuhan, pekerja ladang hanya bermain-main di permukaan tapi tidak “bertolak ke tempat yang dalam".

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 28 Juli 2021: Mutiara Berharga

Harta yang terpendam di dalam tanah itu sangat berharga. Harta itu adalah final pencarian manusia dalam ziarah hidup ini. Tuhan menuntut manusia dengan totalitas diri: pikiran, emosi, tenaga dan sarana/fasilitas yang memadai.

Orang butuhkan waktu bertahun-tahun untuk tiba pada “kedalaman” harta terpendam itu. Orang memeras keringat selama puluhan tahun dan mengorbankan harta sangat banyak untuk memburunya.

Pekerja ladang itu bahkan menjual seluruh miliknya, tidak hanya membeli harta terpendam itu tapi membeli seluruh ladang di mana harta terpendam itu “berada.”

Tuhan mengingatkan kita bahwa ada “sesuatu” yang mesti menjadi skala prioritas dalam perjuangan dan ziarah hidup. Skala prioritas itu menuntut keutuhan diri dan totalitas pikiran.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 28 Juli 2021: Harta Berharga

Skala prioritas itu akan menggerakkan semua energi dalam “ladang” diri kita untuk menemukannya. Skala prioritas itu berarti mengorbankan banyak idealisme dan keinginan yang tidak bernilai kekal. Skala prioritas itu menuntut kesetiaan berjalan di tengah hujan tantangan.

Tuhan adalah Harta Terpendam itu. Kita mencari Dia seumur hidup kita. Lewat pilihan hidup kita. Melalui pekerjaan-pekerjaan kita. Melalui peziarahan hidup kita mengelilingi seluruh dunia ini.

Melalui orang-orang yang kita temui di mana saja. Kita mengorbankan begitu banyak “harta” untuk mendapatkannya. Terkadang kita kecewa karena hasrat yang menjulang untuk mendapatkannya tidak terealisasi mudah, apalagi menempuh jalan instan.

Tuhan itu teramat mahal. Tuhan terpendam dalam “ladang” yang mungkin saja tidak akan pernah kita temukan. Dia tidak dinilai atas nama kalkulasi ekonomi, bahkan politik sekalipun.

Dia tidak sebanding dengan permainan di layar bursa saham. Dia terlampau agung untuk sekadar dikalkulasi dengan akal “fana” manusia dan perhitungan laba-rugi ekonomi instan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 27 Juli 2021: Musim Menuai

Tuhan menuntut totalitas energi rohani dan jasmani kita. Dia tidak “terpendam” jauh-jauh amat dari diri dan “ladang” hidup kita. Dia menuntut ketekunan, keuletan dan ketelatenan kita. T

uhan minta kita lebih kreatif mengeksplorasi segenap kekuatan di dalam diri agar bisa menemukannya. Entah kapan waktunya. Pekerja ladang dalam Injil pun tahu ada harta terpendam. Dia hanya membeli ladang itu. Dia belum pernah melihat harta terpendam itu.

Tuhan menuntut skala prioritas kita: fokus pada-Nya. Dialah harta terpendam di dalam “ladang” diri kita. Ia menyatu dengan kita. Ada banyak keinginan, hasrat dan ego yang berperan dalam “dunia” diri kita. Semua berjuang memperebutkan harta terpendam itu.

Tapi Tuhan butuh pekerja ladang yang mencari di “kedalaman.” Seperti harta terpendam yang tersembunyi di dalam tanah yang butuh korban besar untuk mendapatkannya, kita mesti mengorbankan banyak hal yang instan, duniawi dan fana untuk mendapatkannya. Tuhan.

Ketika kita “menemukannya”, segala yang lain lenyap. Dia adalah keabadian.*

Renungan harian lainnya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved