Legenda Wisata Batu Roti Flores Timur, Gerejanya Para Arwah dan Mistis Sumur Permandian
Wisata "Batu Roti" berada di Desa Lewouran, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Amar Ola Keda
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA- Wisata "Batu Roti" berada di Desa Lewouran, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur.
Batu Roti yang oleh warga setempat disebut "Wai Uhe". Hamparan bebatuan di tempat ini seperti gumpalan roti berukuran kecil hingga besar. Sejak 2019 lalu, tempat ini dipopulerkan dengan sebutan "Batu Roti".
Di belakang bebatuan cadas itu, berdiri kokoh karang-karang besar yang bentuknya agak runcing dan bergerigi, tegak menghadap laut. Karang-karang itu seolah memagari bebatuan cadas dari gempuran lautan.
Uniknya, permukaan tebing ini berwarna-warni yang didominasi warna ungu, kuning, biru, putih, dan hitam.
Baca juga: 300 Panel Tiba di Flores Timur untuk Pembangunan Rumah Hunian Tetap Korban Bencana Adonara
Dihadapan batu unik ini ada tiga gugus pulau kecil bercokol agak terpisah yang memiliki daya tarik tersendiri.
Selain memiliki pemandangan alam yang eksotis unik, Hal menarik lain yang ditemukan di lokasi obyek wisata "Batu Roti" ini adalah potensi ikan. Wisatawan yang hobi mancing akan sangat diuntungkan saat berwisata di tempat ini.
Bebatuan yang tersusun hingga ke tengah laut, memudahkan pemancing untuk mendapatkan ikan cukup dengan berdiri di atas batu.
Untuk ke lokasi ini, anda harus menempuh jarak sekitar 67 KM dari Kota Larantuka ke arah barat menuju Maumere. Anda bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Waktu tempuh dihitung dari Kota Larantuka ke lokasi ini antara satu sampai dua jam.
Baca juga: Flores Timur Catat Rekor Tertinggi Kasus Covid-19, 376 Kasus Baru 6 Meninggal Minggu 4 Juli 2021
Sebelum mencapai Boru, Kecamatan Wulanggitang, anda berbelok ke arah kiri dari Desa Nobo. Dari desa Nobo anda harus berjalan lagi sejauh 18 Km untuk tiba objek wisata ini.
Supaya dimudahkan dalam perjalanan ke lokasi ini, temui kepala desa atau warga setempat untuk memandu perjalanan anda.
Sumur Permandian dan Gereja Para Arwah
Sumur Wai Uhe adalah sebuah sumur legenda berusia ribuan tahun. Tuturan tradisi, sumur ini pertama kali ditemukan oleh seorang pemburu bernama Rowe Uran, ditemani seekor anjingnya bernama Uhe.
Setelah mengetahui sumber air itu, Rowe memberitahu kepada tuan tanah suku Muda. Atas perintah suku muda, seluruh masyarakat di wilayah ulayat suku muda Lewouran melakukan penggalian sumur. Dengan bantuan suku Kwure yang memiliki kemampuan memahat batu dan besi, maka tibalah pada air di sumur ini. Untuk mengenang Rowe, sumur ini disebut Rowe Wato. Untuk mengenang Uhe, sumur ini diberi nama Wai Uhe.
Di lokasi ini juga ada Nuba yang biasa digunakan untuk meminta hujan pada wujud tertinggi, yakni Lera Wulan Tahan Ekan (Tuhan pencipta langit dan bumi).
Sumur ini sesuai tuturan tradisi, bukan saja sebagai sumber kehidupan orang-orang yang masih hidup, tetapi juga untuk para arwah. Arwah orang yang baru saja meninggal dunia, akan membersihkan diri di sumur ini. Kemudian diterima dalam sebuah upacara arwah di pelataran sumur.
Setelah itu, arwah akan diarak menuju pusat Wato Lota Nimu (baru susun) yang terletak sekitar 50 meter sebelah timur dari sumur. Pusat Wato Lota dipercaya sebagai gereja para arwah. Setelah ritual di Wato Lota, para arwah akan bergerak menuju Nuha Koes untuk mendapatkan tempat tinggal sekaligus lokasi bertani.
Selain dijadikan sumber air, di sumur ini juga dilakukan ritual Hebo Nuba, yakni ritual pembersihan diri bagi anggota keluarga yang masih hidup, empat malam setelah kematian anggota keluarganya.
Hamparan batu di wilayah ini disebut sebagai Wato Lota dengan berbagai bentuk, syarat dan makna. Ada yang berbentuk sebagai manusia penjaga pantai, ikan hiu, penyu, buaya, peti jenazah, tapak kaki manusia, wajah manusia, kaligrafi, naga terbang, monyet, perahu, susunan roti, tempat tidur nelayan serta masih banyak bentuk lainnya. Ada juga batangan batu yang dijadikan sebagai tempat untuk bermediasi.
Bagi masyarakat Lewouran, tempat ini adalah sebuah tempat mistis dan sakral. Karena itu, keheningan, respek, ketertiban, kelestarian alam di kawasan ini harus dijaga, dirawat dan nilai-nilai tradisinya dijunjung tinggi.
Filosofi warga Lewouran dengan sebutan Lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wuri adalah memahami kehidupan dalam kesunyian dan merangkai setiap perjuangan hidup dalam kesenyapan, relasi kosmik yang harmonis. Maka kawasan ini bukan saja sebagai sebuah wisata pesona alam, tali juga Kawasan pemenungan spritiual untuk menemui makna kehidupan. (*)
Berita Flores Timur Lainnya