Gurita Flores Timur Tembus Eropa: Icad Kesulitan Penuhi Permintaan Pasar

GURITA (octopus flower) kini menjadi komoditi andalan Kabupaten Flores Timur. Meski sedang pandemi Covid-19, kebutuhan ekspor gurita tetap ada

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/ISTIMEWA
KEMAS - Gurita Flores Timur dikemas untuk diekspor 

POS-KUPANG.COM - GURITA (octopus flower) kini menjadi komoditi andalan Kabupaten Flores Timur. Meski sedang pandemi Covid-19, kebutuhan ekspor gurita tetap ada. Pasarnya mencapai negara-negara Eropa.

Business Development, PT Mitra Timur Rayatama, Rikardus Umbu mengungkapkan, permintaan pasar terhadap gurita Flores Timur sangat tinggi.

"Permintaan gurita berdurasi 3 bulan mencapai angka 40 ton gurita all size (semua ukuran, Red)," sebut Icad, demikian Rikardus Umbu disapa, saat ditemui di Larantuka, Sabtu, 19 Juni 2021.

Icad mengaku pihaknya kesulitan memenuhi permintaan gurita karena tingginya permintaan pasar. "Kami baru mampu ekspor sebanyak 20 ton pada pertengahan Juni 2021 ke Yunani," ucapnya.

Baca juga: Gurita Bisnis dan Kekayaan Veronica Tan Terungkap Pasca Bercerai dengan Ahok, Hotel Pabrik & Tanah

 

"Sedangkan permintaan dari Inggris dan Amerika terpaksa ditolak untuk sementara waktu, karena kekurangan pasokan gurita dari nelayan di Flores Timur," tambah Icad.

Ia menjelaskan, ekspor kelas satu dengan harga pembelian tertinggi dari semua eksportir gurita, karena kualitasnya terbaik.

"Kendalanya, kita kekurangan nelayan. Secara ekonomis gurita sangat menguntungkan. Sekadar pembanding, nilai ekonomi gurita dan ikan cakalang adalah 1:4. Artinya, 1 kontainer (ukuran 20 feet) gurita setara dengan 4 kontainer ikan cakalang atau baby tuna," paparnya.

Icad mengatakan, dengan perbandingan nilai ekonomis, seharusnya gurita menjadi salah satu komoditi utama di NTT.

Baca juga: Ini Gurita Bisnis Sandiaga Uno Hingga Jadi Menteri Jokowi Terkaya Kalahkan Erick Thohir, Bikin Syok

Ia membeberkan peta potensi populasi gurita. Menurutnya, sangat tinggi terdapat di sekitar perairan selatan dan utara Pulau Solor, perairan pantai selatan Flores, serta di ujung timur Tanjung Bunga.

"Termasuk juga di perairan sekitar Lembata, Alor, Timor dan Sumba yang juga terbilang melimpah dengan potensi gurita," ujarnya.

Menurut Icad, potensi gurita yang melimpah di NTT seharusnya permintaan pasar dapat dipenuhi. Namun, para eksportir masih mengalami kendala, terutama jumlah nelayan yang mengkhususkan diri untuk menangkap gurita.
"Pasokan gurita dari Flores Timur terbesar masih datang dari nelayan asal Nangahale di Kabupaten Sikka bernama Sumardi yang mencari di sekitar pesisir Flores Timur," jelasnya.

Icad menerangkan, nelayan gurita asli Flores Timur pun tak banyak. Para nelayan gurita di Flores Timur yang masuk dalam komunitas nelayan hanya ada di Tanjung Bunga yang dikoordinir oleh Ahmad Yani dan satu komunitas lagi di Lamakera Solor Timur di bawah koordinasi Kobar.

"Mereka baru mampu menyediakan paling banyak 1,6 ton dalam kurun waktu setiap 3-5 hari pancing. Padahal, kebutuhan gurita di pasar dunia sampai akhir Juli 2021 adalah 200 ton, sebagaimana tertuang dalam LC (Letter of Credit) yang diberikan kepada kami selaku eksportir gurita," sebut Icad.

Ia berharap pemerintah daerah setempat dapat merancang program pengembangan kapasitas nelayan pesisir untuk sektor perikanan yang sustainable bagi keberlanjutan usaha, khususnya untuk nelayan gurita. Hal itu agar dapat meningkatkan kapasitas tangkap gurita.

"Pada gilirannya upaya tersebut dapat meningkatan volume ekspor gurita dari Flores Timur untuk menjawab permintaan pasar gurita di dunia dan meningkatkan ekonomi nelayan," katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved