Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Jumat 18 Juni 2021: Menjadi Berkat
Kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya
Renungan Harian Katolik, Jumat 18 Juni 2021: Menjadi Berkat (Mat 6: 19-23)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - “Kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Mat 6:20-21).
Tuhan tidak mempermasalahkan soal kepemilikan harta duniawi yang dalam banyak budaya sering diidentikkan dengan kekayaan, kuasa dan kesuksesan. Banyak orang meyakini bahwa justru kekayaan, kuasa dan uang merupakan rahmat yang diterima dari Tuhan melalui tuntunan-Nya dalam usaha dan kerja keras sepanjang hidup. Ketiganya dapat disebut sebagai buah dari berdoa dan bekerja (Ora et Labora).
Tapi Tuhan mengingatkan kita akan makna semuanya itu bagi sebuah kehidupan baru setelah kehidupan kita di atas dunia ini berakhir. Dunia dan waktu hidup kita ini fana. Kapan saja semua itu akan berakhir. Hidup ini terlampau singkat hanya untuk mengejar kenikmatan duniawi yang tidak pernah akan terpuaskan.
Maka Tuhan menginsafkan kita agar memaknai hidup kita di atas dunia ini melalui skala prioritas. Tuhan mesti menempati posisi teratas dalam skala prioritas sehingga kehidupan di dunia, betapa pun singkat, memiliki makna intens bagi Tuhan dan sesama.
Skala prioritas ini menyadarkan kita agar tetap bekerja dengan giat, tetapi jangan sampai diperbudak oleh harta duniawi. Saat kita berada pada posisi budak harta, Tuhan kehilangan ruang dalam hati kita. Bahkan terkadang Tuhan menjadi kambing hitam. Saat memiliki uang banyak, Tuhan dilupakan dan ketika tidak ada uang, Tuhan menjadi sasaran kekecewaan.
Padahal kemanusiaan kita jauh lebih tinggi ketimbang tumpukan harta benda setinggi gunung. Jika kita percaya bahwa ada sukacita kekal yang menanti setelah tarikan napas terakhir, maka kita tidak akan menjadikan hal-hal yang fana sebagai prioritas dalam hidup yang sementara di dunia ini.
Orang yang memiliki skala prioritas yang benar akan berkomitmen bahwa semua yang dia kerjakan sehari-hari dipersembahkan untuk Tuhan. Apa yang ia peroleh sebagai bukti dari kesuksesan akan dikembalikan bagi kemuliaan Tuhan melalui kasih tulus kepada sesama yang lebih membutuhkannya. Bahkan dia rela menanggung kerugian yang besar ketika dia sadar bahwa hanya melalui jalan inilah nama Tuhan lebih dimuliakan.
Melekat pada harta (berhala) berarti kita kehilangan jarak dengannya. Padahal harta itu adalah hasil kerja kita. Posisinya jelas di bawah kita. Ketika ia berada di atas kita, bisa saja Tuhan dijauhkan. Kita kehilangan mata yang terang untuk menyadari itu. Hal ini akan mengaburkan nurani sehingga kita melakukan hal yang sesungguhnya tidak waras yaitu menukar hal yang kekal dengan hal yang fana.
Hidup ini terlalu singkat dan terlalu dangkal untuk dihabiskan hanya mencari uang dan kenikmatan-kenikmatan fana. Hidup ini akan bermakna jika dipersembahkan pada Tuhan melalui pelayanan kasih kepada sesama melalui harta yang Tuhan percayakan pada kita.
Selama masa pandemi Covid-19 ini, kebajikan altruisme di kalangan kaum kaya dunia sangat popular. Altruisme adalah sikap atau naluri untuk memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain. Segala kebaikan yang dilakukan seorang altruis biasanya muncul secara tulus tanpa ada rasa pamrih.
Sikap ini sangat terpuji dan berdampak positif pada masyarakat, terutama orang-orang kecil dan miskin. Mereka menyisihkan sejumlah besar kekayaannya untuk membangun karya kasih bagi kemanusiaan.
Sebut saja, misalnya Bill Gates, pendiri Microsoft dan Larry Page dan Sergey Brinn, pemilik Google. Mereka tidak mengumpulkan kekayaan hanya untuk diri sendiri, tetapi mau berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Mereka telah berpartisipasi sangat besar bagi dunia pendidikan, pengentasan kemiskinan, penanggulangan kesehatan, dan bencana alam.
Harta kekayaan, seperti juga jabatan dan popularitas, tidak abadi. Pasti kita tinggalkan. Ini soal waktu saja. Maka, bila kita diberkati dengan kekayaan lebih dari orang lain, kita menjadikan itu sebagai berkat bagi sesama yang membutuhkan.