Opini Pos Kupang

Kisah Pilu Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Terasa sejuk hembusan udara di Kampung Ndora, Kabupaten Nagekeo-Flores-NTT-Indonesia

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Kisah Pilu Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
DOK POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Virus yang paling ganas dan sulit dibentengi itu adalah emosi negatif. Manusia membiarkan rasa marah kambuh dalam hati hingga merampas ruang hati dari saluran cinta dan kebaikan. Sehingga segala persoalan hidup selalu saja dihadapi dengan marah dan marah. Kepala tak pernah dingin karena ruang hati telah dirampas oleh virus emosi negatif.

Berikut beberapa tips sederhana penulis untuk menjaga dan melestarikan hati dari serangan virus emosi; Pertama, masuklah dalam sunyi yang paling sunyi dan dengarkan bisikan suara hati.

Mengapa masuk dalam sunyi? Karena hanya dalam sunyi manusia bisa dengar apa kata hati untuk melakonkan hidup ini secara seni. Hidup di dunia ini bukan untuk diri sendiri tapi hidup bersama orang lain. Hadir seorang anak manusia mesti menjadi sejuk bagi segala makluk. Artinya segala sesuatu dijalani berdasarkan suara hati. Segala sesuatu dihadapi dengan hati yang teduh. Untuk itu luangkan waktu dan masuk dalam sunyi adalah hal inti yang harus dan wajib diberi ruang oleh setiap manusia.

Ruang hati dikosongkan dan segala yang baik mengalir dari sunyi. Hanya di dalam sunyi segala yang terbaik lahir dan mengalirkan sejuk cinta bagi orang lain. Jangan takut masuk dalam sunyi dan beri ruang untuk dengar bisikan suara hati. Saya yakin suara hati tak kan pernah membiarkan siapa pun tersesat dan menyesal.

Kedua, luangkan waktu untuk berdoa dan baca Kitab Suci. Berdoa adalah curhat dengan Tuhan akan segala kebutuhan dan realitas hidup. Bercurhat dengan Tuhan akan segala kesulitan dan tantangan hidup. Artinya Tuhan selalu dilibatkan dalam situasi apa pun.

Segala hal yang tidak mungkin akan terjadi kapan saja kalau manusia lupa melibatkan Tuhan dalam setiap hembusan ziarah hidup. Lupa hadirkan Tuhan juga tidak lain memberi dan membuka pintu hati agar virus kelemahan manusia menggerogoti hati.

Maka luangkan waktu untuk Tuhan dalam hidup agar hidup tidak hampa dan tawar.
St. Hieronimus Word Of The Father berujar, "Ignorance scriptures is ignorance of Christ." Di sini betapa dasyatnya kalau manusia punya waktu untuk membaca Kitab Suci.

Segala yang baik dan suci soal sandiwara hidup dan kehidupan manusia ada di dalam Kitab Suci. Kitab suci adalah kumpulan aneka aturan, hukum dan kisah Suci dari Tuhan kepada manusia.

Kalau manusia secara baik memberi ruang , waktu dan hati untuk baca ini maka saya yakin hidup di dunia ini aman. Bahkan tak perlu ada security, polisi dan tentara serta pihak keamanan lainnya. Tuhan telah menetapkan semuanya di dalam Kitab Suci. Hanya kapan ada waktu untuk baca dan merenung.

Ketiga, komunikasi secara face to face, kalau ada persoalan dalam hidup seharusnya dikisahkan secara face to face dengan pendekatan humanis. Artinya sama-sama duduk dan berdiskusi mencari jalan keluar untuk mendapatkan solusi terbaik demi kebersamaan dan masa depan yang yang lebih baik.

Pada tataran ini dibutuhkan kerelaan hati dan waktu untuk bercerita apa inti persoalan hidup dan cara untuk menemukan jalan keluar. Jika hal ini terjadi saya yakin segalanya pasti baik-baik saja.

Demikian tawaran beberapa tips sederhana dari saya. Turut berduka cita yang dalam atas kepergian Ibu Delviana Azi ke alam baka dengan cara yang tak lazim. Kisah pilu ini menjadi pelajaran berharga untuk pendidik, peserta didik, orangtua dan masyarakat pada umumnya. Dari kisah ini membuka mata dan hati untuk merasa dan melihat segala yang ada secara hari ini dengan kaca mata iman. Memang benar indra tak mencukupi namun iman menolong budi. Rest in peace Ibu guru Delviana Azi pahlawan tanpa tanda jasa. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved