Menteri PPN, Gubernur NTT dan Empat Bupati Sumba Bahas Pengembangan Energi Baru Terbarukan
empat bupati di Pulau Sumba membahas pengembangan energi baru terbarukan (EBT) yang berlangsung di aula rapat
Penulis: Petrus Piter | Editor: Rosalina Woso
Menteri PPN, Gubernur NTT dan Empat Bupati Sumba Bahas Pengembangan Energi Baru Terbarukan
POS-KUPANG.COM|WAIKABUBAK--Menteri perencanaan pembangunan nasional/kepala badan perencanaan pembangunan nasional (PPN/Bappenas), Suharso Manoarfa memimpin rapat bersama Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat,S.H dan empat bupati di Pulau Sumba.
Pertemuan itu membahas pengembangan energi baru terbarukan (EBT) yang berlangsung di aula rapat Kantor Bupati Sumba Barat, Sabtu 5 Juni 2021 siang.
Rapa berlangsung setelah Menteri PPN/Bappenas, Suharso Monoarfa bersama Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, S.H dan rombongan berkunjung ke Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah, Jumat 4 Juni 2021 dan Kabupaten Sumba Barat Daya serta Kabupaten Sumba Barat, Sabtu 5 Juni 2021.
Rapat tersebut membahas pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai bagian dari major project akselerasi pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi yang diharapkan dapat berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan energi secara nasional sekaligus peningkatan rasio elektrifikasi NTT yang saat ini merupakan salah satu yang terendah di Indonesia yakni sebesar 86,81 persen.
Baginya, NTT memiliki potensi sumber energi terbarukan seperti matahari, angin dan arus laut yang besar hingga 25 gigawatt. Masih terdapat banyak ruang bagi EBT untuk tumbuh secara optimal, tentunya dengan menghadirkan enabling factors lainnya.
Menurutnya, strategi pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di NTT terlaksana dalam tiga tahap. Untuk jangka pendek, pengembangan EBT dapat dimulai dengan pengganti pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi PLT EBT selama tiga hingga empat tahun.
Untuk jangka menengah, dapat dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama dengan meningkatkan grid system ke wilayah-wilayah yang potensial secara ekonomi, kemudian tahap kedua dengan meningkatkan pemanfaatan energi non-listrik secara masif seperti bio-gas, bio-massa dan bio-solar untuk sektor rumah tangga dan transportasi.
Selain itu perlu juga dilakukan integrasi transmisi (grid) antar pulau besar di NTT.
Untuk jangka panjang, perlu dilakukan konsolidasi proyek-proyek EBT di NTT sehingga dapat terintegrasi ke jaringan smart NTT-Jawa dan ekspor EBT ke Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Jawa Timur.
Pemerintah akan memastikan pengembangan sumber daya manusia, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, serta kerangka pendanaan yang tepat untuk mendukung pelaksanaan pengembangan EBT di NTT.
Pemerintah terus mendorong pengembangan energi terbarukan di NTT seperti Sumba Iconic Island, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 1000 Pulau, Flores Geothermal Island, pembangkit listrik tenaga arus laut Larantuka, program biogas rumah (BIRU) dan Koridor Interkoneksi gigawatt Sumba-Jawa.
Dikatakan, dengan karakteristik kepulauan serta kondisi ekonomi-energi saat ini, pihaknya mendorong NTT sebagai taman energi terbarukan sejalan dengan komitmen pembangunan energi terbarukan nasional dalam RPJMN 2020-2024, PP Kebijakan Energi Nasional, Perpres Rencana Umum Energi Nasional serta rencana umum energi daerah NTT.
Pulau Sumba memiliki potensi energi surya yang tinggi terutama disebelah utara, timur, dan selatan, dengan iradiasi tertinggi sebesar 4,81–5,50 kilowatt per meter persegi.
Saat ini, sedang dikaji lokasi pengembangan tahap awal PLTS sebesar dua gigawatt dan pembangunan transmisi high-voltage, direct current (HVDC) 500 kilovolt dari Sumba ke Jawa. Pemerintah NTT telah berkomitmen untuk mempersiapkan lahan seluas 50.000 hektare sebagai lokasi pembangunan PLTS Skala Besar di Sumba.