Poltekpar Bali Gelar Destination Field Research di Labuan Bajo, Ini Tujuannya
Politeknik Pariwisata ( Poltekpar) Bali menggelar Destination Field Research ( DFR) di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar)
Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | LABUAN BAJO - Politeknik Pariwisata ( Poltekpar) Bali menggelar Destination Field Research ( DFR) di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Sabtu, 22 Mei 2021.
Dalam siaran pers yang diterima, Poltekpar menilai Covid-19 yang melanda telah mengguncang sektor perekonomian dunia termasuk sektor pariwisata Indonesia khususnya, Labuan Bajo yang merupakan satu-satunya Destinasi Pariwisata Super Prioritas di Indonesia yang juga menyandang status sebagai Destinasi Pariwisata Super Premium.
Oleh karenanya Labuan Bajo membutuhkan dukungan untuk meningkatkan citranya di mata wisatawan sebagai destinasi yang aman untuk dikunjungi di masa pandemi Covid-19.
Baca juga: Soleman Umbu Lado dan Istri Terharu Saat Terima Kunci Rumah dari Aci Lily
Baca juga: Perjuangan Relawan Peduli Adonara & CV Watopucen Electrik Siapkan Meteran Listrik Korban Bencana
Maka diperlukan sebuah kajian kesiapan dalam proses pembukaan Destinasi Labuan Bajo menerima kunjungan wisatawan pada masa normal baru.
Poltekpar Bali sebagai salah satu lembaga pendidikan pariwisata melalui kegiatan Destination Field Research (DFR) yang dilakukan oleh program Studi S1 Destinasi Pariwisata (DPW) melakukan Kajian Kesiapan Destinasi Super Prioritas Labuan Bajo dalam menerima wisatawan di masa normal baru.
Destination Field Research (DFR) merupakan suatu bentuk pembelajaran terapan dimana mahasiswa melakukan serangkaian kegiatan penelitian lapangan sebagai bagian dari proses penerapan teori di kelas yang dipadankan dengan praktik lapangan melalui interaksi dengan para pemangku kepentingan termasuk masyarakat sebagai bagian penting dalam pengembangan Destinasi Pariwisata sebagai wujud mahasiswa perguruan tinggi vokasi.
Baca juga: Ingin Jadi PNS di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2021, Ini Formasinya
Baca juga: Warga Harap Pemerkosa dan Pembunuhan Gadis Takari Dikebiri , Ini Penjelasan Tentang Kebiri
DFR 2021 yang dilaksanakan oleh Mahasiswa program Studi DPW Semester 6 dilaksanakan di Destinasi Super Prioritas Labuan Bajo dengan mengambil 3 topik kajian yaitu: pertama, persepsi Wisatawan Terhadap Kesiapan Destinasi Pariwisata Super Prioritas Labuan Bajo dalam menerapkan Protokol CHSE di masa normal baru.
Kedua, kesiapan Pemerintah Daerah Manggarai Barat dan Industri Pariwisata dalam menerapkan CHSE di Destinasi Pariwisata Super Prioritas Labian Bajo.
Ketiga, kesiapan Masyarakat Lokal Kabupaten Manggarai Barat dalam menerapkan CHSE dalam kehidupan sehari-hari.
Survey dilangsungkan selama satu bulan dari tanggal 19 April hingga 19 Mei 2021. Setelah sebulan melaksanakan pengumpulan data di lapangan, pada tanggal 20 Mei 2021 dilaksanakan Seminar Laporan Sementara DFR 2021 di Rumah Makan Primarasa dengan mengundang para pemangku kepentingan pariwisata di Labuan Bajo.
Telah hadir diantaranya Kadisparbud Manggarai Barat Bapak Agustinus Rinus, Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina, Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Manggarai Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar, PHRI, Balai Taman Nasional Komodo, Asita, perwakilan kepala desa, dan Himpunan Pemandu Wisata Indonesia.
Hasil penelitian dalam topik pertama menunjukkan secara garis besar Labuan Bajo dinyatakan kurang siap dalam menerapkan protokol CHSE dari persepsi wisatawan.
Tingkat harapan wisatawan lebih tinggi dari kesiapan destinasi dan stakeholder. Topik kedua menunjukkan hasil peran pemerintah sebagai regulator, fasilitator, dan eksekutor memiliki tingkat kesiapan yang berbeda.
Secara garis besar kesiapan pemerintah dapat dikatakan cukup siap. Adapun kesiapan industri pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat diteliti dari enam industri, yaitu hotel, homestay/pondok wisata, daya tarik wisata, restoran/rumah makan, MICE, dan kapal wisata. Ditemukan bahwa Industri Hotel memiliki tingkat kesiapan sebesar 19 persen, Homestay/Pondok wisata memiliki tingkat kesiapan sebesar 75 persen, Restoran di Hotel memiliki tingkat kesiapan sebesar 11 persen, dan Kapal Wisata memiliki tingkat kesiapan sebesar 20 persen.
Sedangkan rumah makan, restoran, cafe dan industri MICE masih belum memiliki kesiapan dalam menerapkan protokol kesehatan CHSE di masa normal baru. Dalam topik ketiga ditemukan kesiapan masyarakat Destinasi Super Prioritas dalam menerapkan Program CHSE di Masa Normal Baru tergolong siap.