Breaking News

Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Selasa 18 Mei 2021: Doa Kasih Abadi

Doa Yesus bagi murid-murid-Nya (Yoh 17) menarasikan begitu dalam kasih-Nya kepada mereka.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Selasa 18 Mei 2021: Doa Kasih Abadi (Yoh 17: 1-11a)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Doa Yesus bagi murid-murid-Nya (Yoh 17) menarasikan begitu dalam kasih-Nya kepada mereka. Sebuah doa berdimensi pastoral-misioner: saat orang meninggalkan diri dan terarah kepada orang-orang yang dikasihi.

Ketika kita mengasihi seseorang, kita akan berjuang setiap saat agar keluar dari diri, meninggalkan egoisme, dalam bahasa biblis: menyalibkan hasrat diri dan mengarahkan segenap kekuatan kepada orang yang kita kasihi.

Kasih mengalir dari mata air yang tulus dan murni. Ia akan menghadirkan hidup yang segar kepada segenap makhluk yang ia hampiri. Bahkan kasih itu akan mengalir jauh melewati orang-orang yang ia aliri karena tanpa kepentingan, tanpa pretensi, tanpa pamrih.

Kasih model ini abadi. Waktu bukan tapal batasnya. Saat kita mengasihi dengan pamrih, sarat tebar pesona, bahkan dilabeli niat politik segala macam, kasih tidak akan menghidupkan. Kasih tidak lebih dari onggokan sampah yang lekas membusuk dalam peredaran waktu.

Yesus mewariskan ajaran kasih yang melegenda. Ajaran-Nya itu tidak pernah berhenti bersinar. Ajaran-Nya tidak mengenal ruas-ruas waktu. Bahkan melampaui ruang-ruas kepentingan apa pun. Ajaran kasih-Nya itu selalu segar setiap saat dan kontekstual pada segala zaman.

Dia selalu menjadi sumber inspirasi kehidupan yang tidak pernah mengering, apalagi habis. Karena doa dan ajaran Yesus tidak berpusat pada diri-Nya sendiri. Yesus menyalibkan diri, meniadakan egooisme.

Seandainya Yesus lebih berpikir tentang diri sendiri, tidak akan pernah terjadi keselamatan bagi segenap makhluk. Dia akan menjadikan para rasul sebagai batu loncatan untuk meraih dukungan politik kekuasaan semata.

Ia hanya tebar pesona untuk menarik simpati politik massa Yahudi yang memang sedang menantikan seorang tokoh politik untuk merebut kekuasaan dari penguasa lalim agar menghadirkan kekuasaan berwajah baru.

Hal lain lebih mendalam, Yesus hadir di dunia untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Doa kasih Yesus ini mengalir dalam relasi intim dengan Bapa-Nya. Yesus adalah jalan terpendek Bapa-Nya untuk menuju dunia dan manusia.

Yesus melaksanakan kehendak Bapa-Nya dengan murni. Dia tidak pernah memanfaatkan privilese kuasa dari Bapa-Nya untuk menonjolkan diri, memegahkan keangkuhan. Yesus justru mengajarkan bagaimana kita menjalani hidup dengan tulus.

Menggunakan kuasa dengan jujur. Tidak mencari peluang dan kesempatan di dalam kesempitan waktu kuasa untuk menyombongkan diri dan memperbesar pundi-pundi ekonomi-politik kita.

Kasih yang diajarkan Yesus menuntun orang pada keabadian. Apalagi doa kasih Yesus itu menjelang akhir kebersamaan bersama murid-murid-Nya di dunia. Sebuah doa dengan intensi kasih yang dahsyat.

Doa kasih Yesus ini menginsafkan kita sekalian bahwa Yesus tidak pernah mati, apalagi meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Yesus tetap ada, tetap hidup. Dia adalah keabadian.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved