Sikap Muka Dua Australia Terhadap Indonesia , Awalnya Tak Ingin Bantu Timor Leste Tapi Berubah Halun

Pura -pura baik dengan Indonesia karena dianggap penting namun di sisi lain, negeri Kanguru itu sebagai penggerap utama lepasnya Timor Leste dari Indo

Editor: Alfred Dama
Kolase/Intisari
Sikap Muka Dua Australia Terhadap Indonesia , Awalnya Tak Ingin Bantu Timor Leste Tapi Berubah Sikap 

Kedua negara merundingkan dan menandatangani Perjanjian Celah Timor, menyetujui untuk mengukir hak eksplorasi minyak di Selat Timor seluas 61.000 km persegi yang memisahkan barat laut Australia dan pulau Timor.

Dan selama krisis keuangan Asia baru-baru ini, Australia menyediakan 1 miliar dollar Australia untuk membantu menyelamatkan Jakarta.

Namun, mereka tidak dapat menyelamatkan sekutu lama mereka, Presiden Suharto.

Ketika Indonesia jatuh ke dalam kekacauan yang dipicu oleh kerusuhan yang dimulai sebagai protes atas memburuknya ekonomi tetapi dengan cepat berkembang menjadi tuntutan demokrasi, Suharto mengundurkan diri.

Anggota INTERFET di Dili, Timor Timur
Anggota INTERFET di Dili, Timor Timur (via Intisari.grid.id)

Namun hubungan antara Canberra dan Jakarta, yang tidak memproyeksikan Australia dalam kondisi yang baik, tentu saja memberikan pengaruh tertentu bagi Australia.

Tekanan untuk pindah haluan ke Timor Timur dilakukan oleh penerus Soeharto, BJ Habibie.

Pada bulan Januari, dia membuat pengumuman mendadak bahwa rakyat Timor Timur akan diizinkan untuk memilih tentang masa depan mereka.

Australia secara terbuka mengubah kebijakannya: Australia sekarang juga mendukung penentuan nasib sendiri.

Perundingan untuk mewujudkan janji Habibie melibatkan PBB, Portugal, dan Jakarta.

Mereka berakhir dengan kenyataan pahit, tidak akan ada referendum jika mereka mencoba memaksa Indonesia menerima pasukan asing.

Meskipun Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Pasifik, Stanley Roth, secara pribadi menekan Australia untuk mendorong Indonesia menerima kekuatan penjaga perdamaian untuk referendum, Australia tahu perkembangan seperti itu tidak akan terjadi.

Pejabat PBB dan Perdana Menteri Australia, John Howard, menegaskan hal ini dengan sangat tegas.

Keamanan di Timor Timur harus tetap menjadi milik Indonesia jika ingin disetujui.

Mendorong kontrol militer eksternal, bahkan untuk jangka waktu sementara, dan tidak akan ada kesepakatan, saran mereka.

Tidak ada pilihan, kata mereka. Ada kesempatan untuk mengakhiri penderitaan Timor Leste selama 24 tahun dan masalah utama Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved