Sikap Muka Dua Australia Terhadap Indonesia , Awalnya Tak Ingin Bantu Timor Leste Tapi Berubah Halun
Pura -pura baik dengan Indonesia karena dianggap penting namun di sisi lain, negeri Kanguru itu sebagai penggerap utama lepasnya Timor Leste dari Indo
POS KUPANG.COM -- Masyarakat Indonesia masih ingat degan sikap pemerintah Australia yang bermuka dua
Pura -pura baik dengan Indonesia karena dianggap penting namun di sisi lain, negeri Kanguru itu sebagai penggerap utama lepasnya Timor Leste dari Indonesia
Pada masa invasi Indonesia ke Timor Leste tahun 1975, Indonesia memang mendapat kecaman dari dunia.
PBB berulang kali melakukan sidang, namun resolusi Dewan Keamanan selalu membuat Jakarta lolos dari sanksi pelanggaran HAM.
Alasannya tidak ada negara manapun yang bersedia melawan Indonesia, pada masa Perang Dingin.
Selain itu, invasi yang dilakukan Indonesia dipandang sebagai perang melawan komunisme yang diyakini menyebar di Timor Leste.
Pada saat yang sama Barat memandang, melawan penyebaran Komunisme tak peduli dengan pelanggaran HAM , apapun yang dilakukan dan didominasi militer atas perang melawan Komunisme dibiarkan.
Baca juga: Timor Leste Bukan Saja Miskin Tapi Juga Tingkat Buta Huruf Tinggi, Pembaca Media Terbatas
Baca juga: Bikin Panas China , Amerika , Jepang, dan Prancis Serta Australia Gelar Latihan Militer Gabungan
Baca juga: Australia Pantas Tidak Dipercaya Indonesia, Pernah Campur Tangan di Timor Leste, Kini Urusan Papua
Dalam hal ini Timor Timur dirugikan, karena menjadi korban kebrutalan militer Indonesia.
Realitas itu terungkap dalam dokumen rahasia internal berlatar belakang PBB yang masih digunakan pejabat hingga saat ini.
Penghancurkan Vietnam oleh Amerika tentu masih segar dalam ingatan, bagaimana negeri paman Sam juga melakukan penghancuran atas nama perang melawan komunisme
Logikanya, Amerika dan Australia lebih dari sekedar menyetujui invasi Indonesia ke Timor Timur pada 1975.
Mereka memberikan lampu hijau, sesaat sebelum operasi tersebut diluncurkan.
Presiden Gerald Ford dan Menteri Luar Negeri Henry Kissinger berada di Jakarta dan memberikan persetujuan diam-diam atas invasi tersebut.
Pesan yang sama datang dari Australia, Perdana Menteri Partai Buruh Gough Whitlam, dalam kunjungannya ke Jakarta lima bulan setelah kudeta di Lisbon.
Mengatakan kepada Presiden Suharto bahwa hasil terbaik bagi Timor Leste adalah menjadikannya bagian dari Indonesia.