Kontribusi Stunting Tertinggi di NTT dari Wilayah Timor dan Rote
Kontribusi stunting tertinggi di Provinsi NTT dari wilayah Timor dan Rote
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Kanis Jehola
Kontribusi stunting tertinggi di Provinsi NTT dari wilayah Timor dan Rote
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Kepala Bidang (Kabid) Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappelitbangda, Johny E. Ataupah mengatakan, angka stunting tertinggi dikontribusikan oleh wilayah Timor dan Rote.
"Kontribusi wilayah Timor dan Rote cukup tinggi terhadap stunting, sebesar 47.8 persen kasus stunting di NTT. Flores sekitar 28 persen, Sumba 23 persen," katanya pada Selasa (04/05/2021).
Hal tersebut berkaitan dengan kondisi daerah NTT yang 13 kabupatennya masih dalam kategori tertinggal.
Baca juga: Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur Siapkan Lahan Budidaya Jagung Pasca Bencana
Baca juga: JADWAL MotoGP Prancis 2021, Marc Marquez Berharap Masih Bisa Tampil di Sirkuit Le Mans, Ada Apa?
"NTT ini 22 Kabupaten/ Kota tetapi kita punya baru 9 Kabupaten / Kota yang masuk kategori tidak tertinggal, terentas dari kategori tertinggal," ujarnya.
Permasalahan daerah yang menyebabkan hal ini dibagi dalam beberapa kategori antara lain ; pertama, tingkat kerawanan pangan.
Dua tahun terakhir tidak ada pembicaraan lagi mengenai kerawanan pangan karena yang dibicarakan sekarang ini hanyalah Covid dan Seroja tetapi dua tahun yang lalu, kerawanan pangan selalu menjadi isu di NTT karena berkaitan erat dengan asupan gizi.
Baca juga: Menko PMK Didampingi Mensos Monitoring dan Serahkan Bantuan Bagi Para Korban Bencana di NTT
Baca juga: Pemprov NTT Buka Posko Pengaduan THR SPSI Kawal Pengusaha Bayar THR
Yang kedua, tingkat kerentanan bahaya bencana. Dengan terjadinya badai seroja, akhirnya diketahui bahwa banyak penduduk NTT yang pemukimannya tidak memperhatikan kondisi bencana. Rumah - rumah yang dibangun tidak memperhatikan aspek bencana dan lain sebagainya.
Yang ketiga, rendahnya jumlah dan kualitas tenaga kesehatan di NTT.
" Khusus tenaga kesehatan, dalam Musrembang Provinsi kali ini maupun Musrembang Nasional, kita usulkan untuk ada dukungan dari Kementerian Kesehatan untuk pencapaian target - target akreditasi rumah sakit tentu ada tenaga kesehatannya," kata Johny.
"Di kota mungkin tidak terlalu bermasalah tetapi di Desa, di Kabupaten, Kecamatan, puskesmas, itu menjadi titik central," lanjutnya.
Yang keempat, kapasitas masyarakat. Masyarakat semestinya menjadi yang utama dan mesti terlibat dalam setiap upaya mengatasi persoalan di kehidupan.
Persentasi kemiskinan, jika diperhatikan, juga tinggi secara jumlah dan persentasi.
Dikatakan Johny, dalam perumusan kebijakannya bukan sekedar melihat presentase tetapi juga melihat angka absolut dan sudah ditetapkan kabupaten - kabupaten utama yang perlu mendapat prioritas.
"Manggarai, Sumba, TTS itu berkontribusi 47 persen terhadap kemiskinan di NTT. TTS sendiri 11 persen," ungkapnya.
Rekomendasi kebijakan terkait penanganan masalah kesehatan, kata dia, bukan semata masalah kesehatan itu sendiri tapi harus secara keseluruhan, bagaimana infrastruktur jalan harus dipastikan dari desa sampai ke kota atau dari rumah keluarga sampai pada fasilitas kesehatan sehingga pada saat keadaan emergency ibu - ibu yang hamil langsung dapat masuk waktu melahirkan bisa terkoneksi menuju fasilitas kesehatan.
Johny mengatakan, target RPJMD, stunting harus berada pada 10 sampai 12 persen sedangkan khusus angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) ditargetkan nol sehingga dibuat target pencapaian per Kabupaten Kota sampai tahun 2023.
Pelaksana tugas (Plt) Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Iwan M. Pelokilla dalam pemaparan materinya mengenai upaya percepatan penurunan AKI AKB dan pencegahan penurunan stunting di NTT menjelaskan, kondisi umum daerah khususnya untuk faskes yang ada di NTT saat ini, puskesmas ada 418 unit Rumah Sakit 53 unit pustu 1.085 unit.
"Ada permasalahan - permasalahan yang diinventarisir sehingga memunculkan isu strategis yaitu masih rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan," jelasnya.
"Kami selaku OPD yang menangani urusan kesehatan di Provinsi NTT menyambut baik kerjasama yang telah digagas atau yang telah dibangun selama 4 tahun kedepan dengan Momentum," tambah Iwan.
Dia mengungkapkan, ditahun 2020, angka kematian ibu mencapai 151 kasus.
"Diharapkan dengan kondisi real seperti ini intervensi atau kerjasama yang dilakukan dengan Momentum mudah - mudahan dapat membantu AKI yang relatif masih tinggi di NTT," katanya.
5 Kabupaten di NTT yang jumlah kematian ibunya terbesar dari tahun 2016 sampai 2020 yang selalu menyumbang angka kematian ibu terbesar yaitu TTS, Manggarai Timur, Sumba Timur, Kabupaten Kupang dan Sumba Barat Daya.
Tahun 2020 ada 13 Kabupaten yang mengalami peningkatan jumlah kematian ibu yaitu Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu, Lembata, Flotim, Ende, Nagekeo Manggarai Timur, Manggarai Barat, Sumba Tengah, Sumba Timur dan Sabu Raijua.
Jumlah kematian bayi di NTT tahun 2018 cukup tinggi namun menurun di 2019 dan 2020 ada peningkatan.
Penyebab kematian ibu di NTT yang terbesar adalah ekaplamsia yaitu sebesar 24 persen, pendarahan 28 persen, infeksi 24 persen, partus macet 5 persen.
Gambaran status gizi di NTT tahun 2020, strategi yang dipakai adalah peningkatan strategi sumber daya manusia, peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi, penguatan manajemen intervensi gizi di puskesmas dan posyandu.
Intervensi meliputi promosi dan konseling pemberian mananan bayi dan anak (PMBA), promosi dan konseling menyusui, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, pemberian suplementasi tablet tambah darah untuk ibu hamil dan remaja puteri serta pemberian vitamin A, penanganan masalah gizi dengan pemberian makanan tambahan dan tatalaksana gizi yang buruk.
Strategi quick wins pemerintah provinsi NTT tahun 2019 - 2023 untuk Dinas Kesehatan yaitu pencegahan dan penanganan stunting.
Presentasi balita stunting di NTT sampai dengan Agustus 2020 ada pada angka 24.2 persen. Saat ini, kata Iwan, sedang berlangsung penginputan data dan kemarin sudah mencapai 98.6 persen. Dari penginputan data ini bisa tergambar kondisi stunting di Provinsi NTT.
Kabupaten dengan stunting tertinggi adalah TTS sebesar 40.6 persen, Sumba Barat Daya, 33.2 persen, Sumba Barat 32.2 persen Sabu Raijua 31.4 persen dan TTU 28.9 persen.
Sedangkan yang terendah ada di Manggarai Timur 9.1 persen, Nagekeo 13.8 persen, Ngada 15.9 persen, Sumba Tengah 16.9 persen Manggarai Barat 17.3 persen.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi)