Opini Pos Kupang
"Kartini NTT" yang Berencana (Refleksi di Hari Kartini untuk Generasi Berencana)
"Kartini NTT" yang Berencana (Refleksi di Hari Kartini untuk Generasi Berencana)
Menyangkut ketenagakerjaan, banyak TKI asal NTT yang meninggal di luar negeri, dan perempuan (TKW) adalah pekerja yang cukup banyak meninggal. Angka ini menunjukkan bahwa keinginan perempuan untuk bekerja memang sudah mulai nampak.
Namun, mereka tidak dibekali pendidikan dan keterampilan yang layak sehingga pada akhirnya mereka mudah dieksploitasi. Akibatnya, banyak pekerja perempuan yang pergi bekerja ke luar negeri secara illegal. Inilah cikal bakal munculnya masalah human trafficking.
Karena itu, pendidikan bagi kaum hawa sejak masa remaja adalah hal urgen untuk kemajuan NTT, karena perempuan adalah rahim terbaik yang mengandung dan melahirkan generasi unggul milenial.
R.A Kartini patut menjadi contoh bagi kaum perempuan Indonesia, khususnya remaja perempuan NTT. Bahwasannya perjuangan dan semangat yang dikumandangkan harus terpatri dalam diri remaja perempuan NTT. Dengan begitu, mereka bisa seiring dan sejalan dengan laki-laki dalam segala aspek kehidupan.
Untuk menanggapi permasalahan yang muncul di kalangan remaja, BKKBN memiliki program Generasi Berencana (GenRe) yang mempromosikan program-program Keluarga Berencana sejak dini bagi kaum remaja. Pesan-pesan GenRe difusikan melalui iklan dan disampaikan dalam wadah GenRe, yakni Pusat Informasi Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M), di mana sasaran utamanya adalah remaja berusia 10-24 tahun dan belum menikah, keluarga, dan masyarakat peduli remaja.
Keberadaan PIK diharapkan mampu menyampaikan program GenRe, mengingat masih banyak ditemukan kasus pernikahan di bawah umur ideal yang ditetapkan BKKBN (22 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria) dan ancaman permasalahan sosial lainnya, seperti pergaulan bebas, penggunaan Napza, HIV/AIDS yang kini tidak hanya menyerang kota besar tetapi juga sudah merambah ke wilayah pedesaan.
Program GenRe diharapkan mampu menjadikan para remaja perempuan NTT sebagai tegar remaja yakni remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko TRIAD KRR (seksualitas, Napza, HIV dan AIDS), menunda usia pernikahan, perencanaan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.
Saya tertarik dengan salat satu ide Gubernur NTT yang mewajibkan kaum perempuan NTT belajar menenun kain. Saya yakin, jika program ini diwajibkan sejak masa remaja, maka akan menghasilkan perempuan NTT yang berkualitas.
Memang, hal ini bisa dirasa sebagai kewajiban yang memberatkan. Akan tetapi, di balik itu semua, terbesit makna penting yakni pernghargaan terhadap harkat dan martabat perempuan.
Di daerah kita, kain tenun selalu identik dengan `keperempuanan'. Niat baik Gubernur patut diterjemahkan para remaja perempuan NTT sebagai bagian dari penghormatan dan pernghargaan yang tinggi atas derajat mereka.
Di sisi lain, perkembangan teknologi dan dunia informasi yang ditawarkan internet harus menjadi peluang bagi remaja perempuan NTT dalam mengelola dan memanfaatkannya. Keberhasilan remaja perempuan NTT dalam memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi di internet akan menggeser stigma masyarakat patrilineal yang selalu `menomor-duakan' kaum perempuan.
Semangat Kartini yang sudah ditaburkan kiranya tertanam dalam diri para remaja Kartini NTT saat ini, agar mereka bisa berkembang lebih baik dari sebelumnya.
Kiranya spirit Kartini bisa merasuki jiwa remaja perempuan NTT sehingga mereka juga bisa membantu dan berbagi untuk orang lain.
Semangat berprestasi dan hidup sehat pun harus terpatri sehingga pendidikan bisa dirasakan secara adil oleh semua remaja perempuan. Semangat itu, akan membawa remaja perempuan menjadi calon `ibu bangsa' dan `Kartini GenRe NTT' di era kekinian. Jayalah semua perempuan NTT. Selamat Hari Kartini 2021. (*)