HBBC Gelar Tinju di Aula Komodo, Intip Sepak Terjang Anak Sasana Sebelum Pentas
mengucur membahasi leher bahkan membahasi pundak dan dada. Mereka terus berlari beberapa putaran sekitar punggung bukit Kolhua
Penulis: Rosalina Woso | Editor: Rosalina Woso
"Pukul jang habok orang pun rusuk nanti orang pung usus dong keluar," ujar Hermensen mewanti wanti pasangan tinju yang salah sasar memukul lawanya.
Hermensen yang saat di GOR Pusri Palembang memukul Daud Jordan sampe tersungkur tiga kali di atas ring, menggelar lagi pasangan tinju. Kali ini Valent vs Idul.
Ronde pertama, Valen bertubi tubi mengarahkan jab dan Uppercut ke wajah Varell. Meski tersudut di sudut merah, Varel bangkit menyerang. Satu jab telak mengenai wajah Valens. Darah pun menetes.
"Kenapa takut ? Hidung darah itu biasa, resiko kalau hidung mancung seperti ini. Tetap main, jangan takut. Coba lu tinju, be pung hidung darah. Sonde apa apa, tapi beta balas lu ju sama," ujar Hermensen.
Aksi Varel dan Valen tetap berlangsung. Ronde kedua kembali digelar. Valens maju menyerang Varel tanpa ampun. Pertahanan Varel terbongkar, pukulan jab mendarat mulus di wajah.
Nafas Varel tersenggal sambil merentangkan kedua tangan di atas tali ring.
"Jangan taruh tangan di tali ring model begitu, adohh. Ini Wasit langsung kasih berhenti pertandingan. Itu tandanya lu su sonde bisa bertarung lagi.Bilang mau jadi sama dengan Orcar de Lahoya,"sergah Hermensen sambil melotot mendekati wajah Varel.
Selanjutnya partai, Desy Radja vs Oma Lioe . Satu satunya partai putri yang sparing di sore itu tampil sambil jual pukulan.
"Kurang ngotot, tidak bisa diam saja. Harus saling serang. Pukul, terus pindah posisi ke kiri atau ke kanan ," ujar Hermensen yang membawa tiga medali emas untuk NTT. Hermensen menggelar pertandingan tinju Sabtu 16 April 2021, pukul 14.00 siang ini di aula Komodo Dinas PPO NTT.
Karier Tinju si Raja Kelas Terbang
Hermense bertekun dalam dunia tinju bukan tanpa alasan dan semudah membalikan telapak tangan. Tamatan SD Nifuboko Soe dan SMP 1 Soe ini diawali dengan aksinya selama duduk di bangku sekolah.
"Be berkelahi dengan teman sekolah bahkan senior ju be berkelahi," ujar Hermensen yang akui tujuh kali pindah sekolah. Usai belajar di sekolah pertanian di SMTP Soe, saat ini SMKN 2 Soe), Hermensen selalu tampil 'galak' diatas ring melanjutkan kuliah di Fakultas hukum Unkris Kupang NTT.
Pilihan untuk bertinju diawali oleh ajakan pamannya, Janes Ballo. Janes, melihat potensi yang ada pada diri ponaannya. Agar tidak terus berkelahi di sekolah, Hermensen diajak untuk latihan bertinju. Awalnya tampil saat kejuaraan tinju antar sasana di kampung halamannya, di Kota Soe - Kabupaten TTS pada tahun 1987.
Hermensen menjadi sosok yang ditakuti lawan. Di ring tinju amatir, nasional, khususnya di kelas terbang 51 Kg, dirinya sangat disegani. Dibalik wajahnya yang serius dan terkesan sangar, dia menyimpan kelembutan hati dan kepedulian yang tinggi. Saat badai seroja melanda NTT, dia bersama warga lainnya turun tangan membantu menebang pohon yang tumbang sekitar lokasi.
Di akhir pekan, dia mengajak anak muda di Blok V rekreasi ala kadarnya. Bakar ikan dan rebus jagung, buah pepaya dan sambal mentah. Mereka bercerita sambil bercerita tentang apa saja. Cerita pengalaman selama bertinju atau adu mulut dengan pelayan toko saat reparasi handphone miliknya yang rusak.
