Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Selasa 13 April 2021: BERJUANG MERETAS KEPERCAYAAN
Dalam perjumpaan dengan Nikodemus, Yesus menyebut diri sebagai Dia yang turun dari surga: Anak Manusia.
Renungan Harian Katolik, Selasa 13 April 2021: BERJUANG MERETAS KEPERCAYAAN (Yohanes 3:7-15)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Dalam perjumpaan dengan Nikodemus, Yesus menyebut diri sebagai Dia yang turun dari surga: Anak Manusia. Ia pun kemudian menyatakan bahwa kita akan hidup kalau kita memandang Dia dan percaya kepada-Nya yang ditinggikan pada salib, seperti halnya Musa berjanji kepada orang-orang Israel yang digigit ular, bahwa mereka akan hidup kalau mereka memandang ular dari tembaga yang ditaruh pada sebuah tiang (bdk. Bil 21:9). Yesus menegaskan bahwa kita harus percaya kepada-Nya supaya beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:15).
Ada beberapa bentuk kepercayaan dan beberapa tingkatan kedalaman kepercayaan. Ada kepercayaan anak-anak terhadap orang tua atau guru mereka; kepercayaan antara pasien kepada dokter; kepercayaan umat kepada pastornya; kepercayaan di antara teman; kepercayaan di antara sepasang kekasih yang saling mencintai, kepercayaan di antara pasangan suami istri.
Kepercayaan adalah relasi dinamis yang tumbuh dan berkembang. Ia bertumbuh karena ada lahan hati dan benih yang ditanam. Ia berkembang kalau disiram dan dipupuki. Kepercayaan adalah keterbukaan satu terhadap yang lain. Keterbukaan memberikan ruang sehingga ada kerelaan untuk memberi dan menerima. Kepercayaan bukanlah sekedar logika pengorbanan diri, melainkan pemberian diri.
Kepercayaan dapat dimulai dengan sederhana. Berawal dari ketertarikan pada seseorang, lalu menjadi berteman. Dalam menjalani pertemanan, ternyata mengalami kenyataan tidak seperti yang dilihat, dibayangkan, dipikirkan pada awalnya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Senin 12 April 2021: MANUSIA BARU
Sangat boleh jadi tidak saling memahami, terjadi pertengkaran dan konflik. Tapi setelah sama-sama mendalami, kemudian keluarlah akar kepercayaan; terus membesar, mendalam dan kuat. Kepercayaan memang sering merupakan buah dari suatu krisis, ketegangan, ujian yang berat.
Penginjil memberi gambaran tentang perkembangan kepercayaan itu yang semestinya terjadi antara kita dengan Yesus. Kepercayaan itu dimulai saat kita melihat Yesus mengerjakan hal-hal yang tidak dapat dikerjakan oleh siapa pun dan mulai tertarik pada-Nya. Lalu muncul keyakinan bahwa Dia pasti datang dari atas, dari Allah dan merasa takjub di hadapan-Nya. Kemudian kepercayaan itu bertumbuh dan berakar semakin dalam.
Ada saat di mana kita mungkin tak mengerti Yesus. Kita ragu-ragu, marah, atau memberontak. Ada kalanya kita menjauh dan meninggalkan-Nya. Namun kepercayaan pasti akan menjadi nyata pada titik di mana pikiran dan daya kita seakan menyerah, angkat tangan dan mengaku kalah.
Kekalahan ini bukanlah suatu kekalahan dalam arti kata yang lazim ditanggapi dalam hidup yang biasa, melainkan dalam arti kita akhirnya meletakkan kehendak manusiawi kita di depan kehendak ilahi.
Pelan-pelan kita kemudian menyadari bahwa memang Dia dan hanya Dia yang "gua banget", yang bisa mengerti dan memahami diri kita, bisa mendengarkan dan membuat kita merasa kelegaan; hanya Dia dan tak ada yang lain yang mengasihi kita tanpa syarat, sehabis-habisnya.
Maka kita menjadi semakin terbuka kepada-Nya, terhadap kasih-Nya dan persahabatan-Nya. Apa pun taruhannya, berapa pun bayaran atau susah-sulitnya, tak goyah dan luntur kepercayaan kita pada-Nya. Kita mempercayakan diri dan beriman kepada-Nya.
Kalau perkembangan kepercayaan yang dideskripsikan penginjil ini menjadi kisah kita, maka buahnya adalah anugerah Allah, hidup baru, bahkan hidup kekal. *
Simak juga video renungan harian katolik berikut:
Simak artikel-artikel renungan harian katolik DI SINI