Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Senin 12 April 2021: MANUSIA BARU

Kita membutuhkan rasa aman. Tetapi untuk maju dan hidup secara penuh, kita pun perlu mengambil risiko.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Senin 12 April 2021: MANUSIA BARU (Yohanes 3:1-8)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Kita membutuhkan rasa aman. Tetapi untuk maju dan hidup secara penuh, kita pun perlu mengambil risiko. Keamanan yang terlalu besar melumpuhkan kita dan membuat kita tak bisa berkembang maju.

Kita merindukan kemajuan dan perubahan; kita berusaha untuk bergerak maju, mau berubah. Tetapi kemauan untuk maju tanpa ada keamanan, bisa membuat kita takut dan cemas. Bagaimana kita dapat berubah, tetapi tetap terbuka terhadap yang tak dapat diperhitungkan?

Nikodemus, seorang Farisi, anggota Sanhedrin, lembaga pengadilan tertinggi Yahudi. Ia tentu merasa nyaman dengan jabatan dan kedudukannya. Namun rupanya ia tertarik dan mengagumi Yesus. Ada keinginan dalam hatinya untuk menjadi murid Yesus. Hanya ia mempunyai rasa takut, kalau-kalau para pemimpin agama yang lain tahu mengenai keinginannya.

Nikodemus datang menemui Yesus "pada waktu malam". Penginjil menyebut "pada waktu malam", mungkin untuk menunjukkan bahwa Nikodemus berada dalam kebimbangan, ketakutan; pun untuk memperlihatkan jalan buntu. Ia tak tahu jalan mana yang harus ia pilih, agar ia dapat berubah, tapi sekaligus tidak memberi risiko untuk hidupnya.

Ia berkata diplomatis kepada Yesus, bahwa tak seorang pun bisa melakukan mukjizat-mukjizat, jika Allah tidak menyertainya. Yesus menjawabnya, "... jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah ... jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Yoh 3:3.5).

Bagi Yesus, pokok sebenarnya bukan soal mukjizat-mukjizat dan keajaiban-keajaiban. Tetapi yang penting ialah adanya suatu perubahan di dalam hidup batiniah seseorang yang sedemikian rupa sehingga perubahan itu bisa disebut sebagai kelahiran baru.

Dilahirkan kembali itu sama dengan mengalami suatu perubahan yang benar-benar radikal seperti suatu kelahiran baru. Perubahan itu adalah sesuatu yang terjadi di dalam jiwa dan yang hanya dapat dijelaskan dengan ungkapan dilahirkan kembali sekali lagi; dan seluruh proses perubahan itu bukan karena kemampuan manusia, melainkan terjadi karena anugerah dan kuasa Allah.

Dengan begitu, orang akan lahir baru, kalau ia membiarkan diri-Nya dipimpin oleh Roh Tuhan. Roh Tuhan-lah yang akan memberi orang rasa aman dan memberikan kepastian. Roh Tuhan akan memberanikan orang untuk menghadapi risiko apa pun. Roh Tuhan akan menunjukkan arah ke arah perubahan dan mengubah orang sehingga berkembang maju, menjadi baru.

Kerinduan untuk lahir kembali sesungguhnya ada di dalam diri kita. Kita sering merasa ingin mulai baru, meninggalkan luka-luka, kebiasaan, cara-cara lama dari masa lalu yang membelenggu kita.

Soe Hok Kie, aktivis tahun 1970-an pernah berkata, "Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya". Dalam nada yang sama Thomas Merton bilang, "Kau tidak perlu mengetahui dengan persis apa yang terjadi, atau kepastian ke mana semua akan menuju. Yang kau perlukan adalah untuk mengenali kesempatan dan tantangan yang ditawarkan saat ini, untuk menyambutnya dengan keberanian".

Nah ... pesan Yesus kali ini yakni kita perlu membiasakan diri agar Roh Tuhan masuk dan memenuhi hati kita, tetap merasuki jiwa kita. Hanya dengan itu kita bisa punya keberanian untuk berubah. "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku" (Mz 62:2). *

Simak juga video renungan harian katolik berikut:

Simak artikel-artikel renungan harian katolik DI SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved