Bencana Alam NTT
Trauma Korban Banjir Ile Ape, 'Orang yang Setiap Hari Ada Bersama Kita Hilang Sekejap'
Trauma Korban Banjir Ile Ape, 'Orang yang Setiap Hari Ada Bersama Kita Hilang Sekejap'rauma mendalam dirasakan para penyintas banjir dan longsor di wi
Trauma Korban Banjir Ile Ape, 'Orang yang Setiap Hari Ada Bersama Kita Hilang Sekejap'
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM-LEWOLEBA-Trauma mendalam dirasakan para penyintas banjir dan longsor di wilayah Ile Ape, Kabupaten Lembata. Tak hanya kehilangan tempat tinggal, mereka juga harus mengikhlaskan kepergian keluarga dan kerabat tercinta dalam sekejap waktu.
Romanus Raba (45), warga desa Waimatan, ingat betul bagaimana longsor dan banjir dari arah gunung Ile Lewotolok menghanyutkan rumah dan keluarganya pada Minggu (4/4/2021) dini hari atau bertepatan dengan Hari Raya Paskah.
Perasaan panik dan takut, kata dia, sebenarnya sudah dirasakan saat hujan dan angin lebat mulai menerjang kampung pada Sabtu malam. Oleh karena itu, pemerintah desa sudah memberi peringatan waspada, bahkan arahan untuk mencari tempat aman.
"Selepas lampu mati, terdengar bunyi gemuruh dari arah gunung. Tapi hujan masih jalan terus. Kebiasaan dari dulu kalau kita dengar gemuruh, kita tahu bahwa itu banjir, apalagi sudah cium bau tanah," kenang Romanus saat ditemui di Aula Kantor Desa Napasabok, Kecamatan Ile Ape, salah satu posko pengungsian, Selasa (6/4/2021).
Baca juga: Kota Kupang Resmi Tetapkan Status Darurat Bencana 14 Hari Ke Depan
Warga yang mulai panik pada malam itu, tambahnya, mulai kebingungan menyelamatkan diri hanya dengan mengandalkan cahaya senter seadanya. Dalam sekejap mata, diselimuti gelapnya malam, longsor dan batu-batu besar dari lereng gunung Ile Lewotolok mengubur sebagian pemukiman desa Waimatan, salah satu wilayah terparah yang terdampak longsor dan banjir. Puluhan orang terkubur hidup-hidup dan masih dalam pencarian dengan alat seadanya hingga kini.
"Kita mau lari ke mana, ke sana tidak bisa, ke sini tidak bisa, kita terpaksa lihat dari jauh," ujarnya sedih.
Romanus tak bisa menyembunyikan perasaan traumanya. Keluarga, teman dan kerabat yang setiap hari ada bersamanya hilang dalam hitungan menit.
"Orang yang setiap hari ada bersama kita hilang sekejap," katanya, pasrah.
Dia menyebut musibah itu 'banjir batu' karena melihat bebatuan besar yang mengubur pemukiman warga.
"Terasa trauma sekali. Kampung kita tidak bisa kasi tinggal tapi kita diurus oleh pemerintah, di mana pemerintah bisa tempatkan kita di tempat yang aman, itu kita betah di situ. Kampung tetap kampung kita bisa pulang untuk lihat," imbuhnya. *)

Update Bencana NTT
Bencana Alam NTT
Bencana Alam di NTT
Bencana Adonara dan Lembata
Bencana Lembata
Pos Kupang Hari Ini
Pos Kupang
berita lembata terbaru
Berita Lembata terkini
fery ndoen
berita NTT hari ini
Berita NTT terbaru
Berita NTT terkini
Kota Kupang Resmi Tetapkan Status Darurat Bencana 14 Hari Ke Depan |
![]() |
---|
Pasca Badai Siklon Tropis Seroja, Pelayanan RSUD SK Lerik Belum Maksimal |
![]() |
---|
Pemuda Puor Meluwiting Menyumbang Logistik ke Posko Bencana Alam di Lewoleba |
![]() |
---|
Murka Harga Bahan Bangunan Melonjak Pasca Bencana, Gubernur Laiskodat : Pol PP dan Polda NTT Sidak! |
![]() |
---|
Di NTT, Wabup Sumba Timur Minta BPBD Tetap Siaga, Kondisi Terkini |
![]() |
---|